Balap mobil listrik Formula E hanya menghasilkan suara sebesar 80 desibel (dB) atau tidak menggelegar seperti suara mesin mobil Formula Satu yang mencapai 134 dB atau beda tipis dengan mesin jet pesawat terbang, 140 dB.
Ajang balap kelas dunia kembali menghampiri Indonesia. Setelah pada 18-20 Maret lalu balap motor paling bergengsi yaitu MotoGP bertajuk Pertamina Indonesia Grand Prix 2022 diadakan di Sirkuit Internasional Jalan Raya Mandalika, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, kali ini giliran balap roda empat dunia yang mentas.
Namanya Formula E, sebuah adu balap mobil listrik berkecepatan tinggi, mampu melesat hingga 280 kilometer per jam. Memang masih di bawah Formula Satu dengan 397 km per jam. Jakarta akan menjadi tuan rumah seri kesembilan yang digelar di Sirkuit Internasional Jakarta E-Prix Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (6/6/2022).
Baru kali ini Jakarta dipilih sebagai tuan rumah balap Formula E atau dikenal juga sebagai E-Prix kendati sudah 16 kali singgah di kawasan Asia. Seperti di sirkuit jalan raya Diriyah di Arab Saudi, Beijing dan Sanya (Tiongkok), Putrajaya (Malaysia), Seoul (Korea Selatan), serta Hong Kong. Jakarta menjadi tuan rumah setelah balapan diadakan di Berlin (Jerman). Setelah Jakarta, balap akan diadakan di Marrakesh (Maroko) pada 2 Juli 2022.
Sirkuit Internasional Jakarta E-Prix Ancol memiliki panjang 2,4 km, lebar 12 meter dengan 18 tikungan dan trek lurus terpanjang mencapai 600 meter yang terletak antara Tikungan 18 dan Tikungan 1. Sirkuit dibangun di atas lahan rawa seluas 10 hektare dalam waktu 54 hari dan telah disetujui oleh Federasi Otomotif Internasional (FIA) selaku regulator balap mobil dunia.
"Sirkuit Ancol ini luar biasa, bukan jalan umum seperti kota-kota lain dan disiapkan dalam waktu singkat dengan persiapan matang. Kami bangga bisa membawa E-Prix ke Jakarta untuk pertama kalinya," kata Chief Competition Officer E-Prix, Alberto Longo ketika meninjau lokasi sirkuit, Rabu (1/6/2022).
Lokasi sirkuit berada di area Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), tepatnya di selatan Ancol Beach City Mall. Ini menjadi sirkuit balap kedua yang pernah dibangun di kawasan Ancol. TIJA adalah sebuah taman hiburan tepi pantai sebesar hampir 552 hektare, terluas di Asia Tenggara. Lokasi sirkuit sekitar 700 meter dari Jakarta International Stadium, stadion sepak bola berkapasitas 82 ribu penonton.
Profil sirkuit berbentuk kuda lumping berlatar Stadion JIS ini sudah muncul sejak sepekan sebelum pelaksanaan Jakarta E-Prix 2022 di website resmi Formula E. Seperti halnya Sirkuit Mandalika, Sirkuit Jakarta Internasional E-Prix pun memiliki paddock atau garasi pebalap, panggung kursi penonton (grandstand). Terdapat pula pagar pembatas berbahan baja sebagai pengaman lintasan dengan kursi penonton.
Garasi pebalap di Sirkuit Jakarta E-Prix Ancol dapat dibongkar pasang atau modular. Begitu pula grandstand semipermanennya dengan kursi warna-warni biru, kuning, merah, oranye. Grandstand ini dikerjakan oleh pihak GL Event asal Prancis yang turut memasang tribun penonton di Mandalika.
Grandstand di Sirkuit Jakarta Internasional E-Prix Ancol ini mampu menampung 60 ribu penonton atau sepertiga dari kapasitas di Mandalika. Sebuah jembatan penyeberangan dibangun untuk menghubungkan penonton dengan grandstand di Sirkuit E-Prix Ancol. Hanya saja untuk balapan kali ini, penyelenggara membatasi kursi Jakarta E-Prix 2022 untuk 22 ribu penonton.
Vice President of Infrastructure and General Affairs Formula E-Jakpro, Irawan Sucahyono mengatakan, sirkuit dibangun dengan spesifikasi berbeda dibandingkan penyelenggara Formula E lainnya. Lantaran sebagai satu-satunya sirkuit permanen dan bukan lintasan berbasis jalan raya yang umumnya digunakan sebagai arena balap Formula E.
Sirkuit Ancol punya karakter banyak lintasan lurus panjang diikuti tikungan tajam. Menurut Irawan yang ikut mengotaki pembangunan Sirkuit Mandalika, karakter seperti itu sengaja dibuat untuk membantu regenerasi daya listrik mobil balap. Juga memperbanyak kesempatan para pebalap untuk saling menyalip.
Sepintas, bentuk mobil balap Formula E mirip dengan Formula Satu. Mobil Formula E Generasi Kedua (Gen 2) punya panjang sekitar 5,1 meter, lebar 1,7 meter, tinggi 1 meter, dan wheelbase 3,1 meter. Lebih kecil dari Formula Satu Mercedes-AMG F1 model W11 EQ Performance yang dipakai Lewis Hamilton. Tunggangan juara dunia tujuh kali Formula Satu itu memiliki panjang 5 meter, lebar 2 meter , dan tinggi 950 milimeter.
Anti Bising
Teknologi baterai berkekuatan 250 kilowatt per jam (kWh) yang menggerakkan mobil Formula E membuatnya mampu melesat dalam kecepatan 100 km per jam hanya dalam 3 detik. Memang kecepatan ini masih di bawah laju Formula Satu yang hanya butuh 2,1 detik untuk menyentuh 100 km per jam.
Beda dengan balap Formula Satu, para penonton Formula E tak perlu khawatir dengan suara menggelegar mesin mobil balapnya. Lantaran digerakkan oleh tenaga baterai, selain lebih ramah lingkungan, balapan mobil-mobil listrik terkencang di muka bumi ini pun nyaris tak berisik alias bebas bising.
Suara yang dihasilkan pun hanya 80 desibel (dB). Menurut pakar suara (audiolog) Lisa Nathan seperti dikutip dari website Cape Town MediClinic, suara balap Formula E setara dengan orang mendengkur keras atau mesin bor melubangi lapisan beton. Saat balapan digelar, mobil-mobil E-Prix ini hanya menghasilkan suara seperti desingan saja dari dapur pacunya.
Sungguh futuristik dan unik. Situasi ini membuat para penonton tidak perlu harus saling berteriak ketika sedang berbicara di sekitar lintasan pada saat lomba berlangsung. Beda halnya dengan mobil Formula Satu yang ditenagai dapur pacu berjenis Internal Combustion Engine (ICE) dengan bantuan motor listrik atau dikenal sebagai mesin hibrid.
Mesin ini menghasilkan tenaga sekaliber maksimal 1.000 tenaga kuda (horse power) dan putaran mesin maksimal 17.000 rotasi per menit (rpm). Tenaga sebesar ini setara dengan mesin berbasis baterai listrik sebesar 780 kWh. Bandingkan dengan mesin mobil listrik yang setara 335 tenaga kuda.
Itulah pasalnya suara menggelegar dari dapur pacu yang dihasilkan Formula Satu mencapai 134 dB atau masuk kategori memekakkan telinga. Hanya beda tipis dengan suara mesin jet pesawat terbang komersial ketika lepas landas, 140 dB. Karenanya, di setiap balap Formula Satu, para penontonya disarankan untuk menggunakan alat khusus untuk menutup kuping.
Mesin berbasis baterai listrik ternyata punya keterbatasan. Mereka tak mampu melaju lebih dari 305 kilometer seperti yang dilakukan para pebalap Formula Satu tanpa pengecasan atau ganti mobil. Para pebalap Formula E hanya dibatasi membalap selama 45 menit atau sekitar 34-38 putaran seperti di Sirkuit Ancol.
Ketika basis mesin Formula E masih berkekuatan 190 kWh atau Gen 1, balapan dilakukan dengan sekali pergantian mobil, biasanya di separuh lomba atau saat memasuki 18 putaran. Tapi hal itu sudah tidak perlu dilakukan lagi ketika mesin dikembangkan menjadi Gen 2. Para pebalap Formula E pun dapat melajukan mobil mereka hingga garis akhir tanpa perlu berganti unit kendaraan.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari