Bandara Halim Perdanakusuma dipercantik. Semoga bersoleknya bandara satu-satunya di tengah Kota Jakarta ini mampu memberi kebanggaan bagi Indonesia kepada dunia.
Beragam upaya dilakukan pemerintah agar pelaksanaan pertemuan para kepala pemerintahan dari 20 negara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, 15-16 November 2022 bisa berlangsung lancar. Salah satunya, merevitalisasi Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Proses itu telah dimulai sejak 15 Maret dan selesai 9 September 2022. Revitalisasi selama 175 hari itu mengacu kepada Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2022 tentang Revitalisasi Fasilitas Pangkalan Tentara Nasional Indonesia/Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Kegiatan itu meliputi, perbaikan sisi udara atau air side dan sisi darat (land side). Untuk sisi udara, misalnya, penyehatan landasan pacu pesawat (runway), landasan hubung (taxiway), dan landasan parkir pesawat (apron). Sedangkan sisi darat dilakukan revitalisasi pada sistem saluran air (drainase), Terminal VVIP Naratetama dan Terminal VIP Naratama, terminal penumpang, dan fasilitas penunjang lainnya.
Untuk keperluan itu, Kementerian Perhubungan mesti menyiapkan anggaran sebesar Rp600 miliar. Tiga badan usaha milik negara (BUMN) sektor karya, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, dan PT Indah Karya (Persero) dilibatkan untuk penataan kembali. “Kami memetakan ada tiga permasalahan, yaitu runway yang sudah terkelupas karena faktor usia, drainase yang kurang baik. Lalu kondisi gedung terminal VVIP yang kurang representatif untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar,” ucap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Selama proses revitalisasi, lalu lintas penerbangan komersial di bandara yang telah ada sejak 1924 itu sempat dialihkan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kabupaten Tangerang, Banten. Pengalihan tak hanya berlaku bagi pesawat komersial, melainkan juga pesawat-pesawat militer. Sebab diketahui, bandara yang awalnya bernama Lapangan Terbang Cililitan itu juga berfungsi sebagai Pangkalan Udara, dikelola oleh Komando Operasi Angkatan Udara I TNI-AU.
Sebagai Lanud, Halim menjadi rumah bagi Wing Udara 1 yang terdiri dari Skadron Udara 2 untuk angkut udara ringan, Skadron 31 (angkut berat), serta Skadron 17 dan Skadron 45 sebagai angkut VIP/VVIP. Pada masa revitalisasi itu, sebanyak 67 unit pesawat komersial dari 21 operator penerbangan dan 12 pesawat militer dipindahkan operasionalnya.
Revitalisasi sisi udara dari bandara yang dikelola sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia sejak 20 Juni 1950 itu meliputi penambahan panjang runway. Pascarevitalisasi panjangnya menjadi 3.000 meter dan lebar 45 meter, sehingga pesawat berbadan lebar (wide body), seperti Boeing 747 dan Boeing 777 serta Airbus A330, dapat mendarat di Bandara Halim.
Untuk apron, kapasitasnya diperbesar sehingga dapat menampung 16 pesawat badan sempit (narrow body), seperti Boeing 737 dan Airbus A320, atau enam unit pesawat berbadan lebar. Uji coba terhadap kualitas revitalisasi sisi udara itu telah dilakukan Kemenhub pada 12 Juli 2022. Kegiatan itu memakai pesawat kalibrasi Beechcraft King Air 350i milik Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Kemenhub juga meningkatkan ukuran terminal kedatangan sebesar 30 persen, dari sebelumnya 819,32 meter persegi (m2) dan setelah revitalisasi ukurannya jadi 1.194,24 m2. Fasilitas ban berjalan untuk bagasi dan koper (baggage conveyor belt) pun ditambah. Dari semula dua unit, kini menjadi tiga unit. Musala bandara ikut diperluas ukurannya agar mampu menampung lebih banyak jemaah.
Menurut Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, dalam siaran persnya, revitalisasi telah membuat alur penumpang (passanger flow) menjadi lebih baik setelah bertambahnya fasilitas. Ia mencontohkan, penambahan baggage conveyor belt akan berdampak kepada kecepatan penumpang dalam mendapatkan koper atau bagasi mereka.
"Penambahan baggage conveyor belt ini juga bisa mendukung kelancaran operasional penerbangan. Ini membuat maskapai dapat memenuhi target ketepatan waktu atau on-time performance (OTP),” ujar Muhammad Awaluddin.
Untuk sistem drainase sudah jauh lebih baik setelah seluruh saluran air diperbaiki dan dibuatkan penampungan air (catchment area). Ini berguna agar air dapat ditampung di lokasi khusus dan tidak menggenangi sejumlah tempat.
Terakhir adalah mengubah tampilan Terminal VVIP Naratetama dari sebelumnya terkesan tidak terawat, kini tak ubahnya mirip hotel bintang lima. Tak tampak lagi kesan kusam pada terminal yang berada di sisi depan dari bandara yang terletak di Jakarta Timur itu.
Usai revitalisasi, Terminal VVIP memiliki sejumlah ruangan khusus bagi presiden, wakil presiden, dan tamu negara. Ruang pertemuan presiden dan tamu negara kini lebih luas, langit-langitnya lebih tinggi, dan tentu saja lebih nyaman. Unsur kearifan lokal tetap dipertahankan dengan adanya lukisan alam Indonesia karya Iwan Yusuf.
Desain terminal kendati lebih modern, namun tetap bersahaja dan menampilkan ciri keindonesiaannya. Pemerintah mempercayakan desain arsitekturnya kepada arsitek kenamaan Indonesia Gregorius Antar Awal, yang lebih dikenal sebagai Yori Antar Reza. Dia kerap diikutsertakan oleh pemerintah dalam penataan kawasan pariwisata di sejumlah tempat di tanah air. Arsitek berjuluk Pendekar Arsitektur Nusantara ini turut membantu penataan kawasan Labuan Bajo, Danau Toba, dan Taman Mini Indonesia Indah.
Lewat tangan kreatif Yori Antar, Terminal Naratetama disulap berdesain seperti bangunan tradisional Jawa lengkap dengan kubah limas sebagai penutup gedung. Dinding luar bangunan dilapisi bata terakota sehingga semakin menarik.
Ruang-ruangnya pun diberi nama tokoh dari Pandawa, seperti Bima, Nakula, Yudhistira, Sadewa, dan Arjuna. Setelah proses revitalisasi itu selesai, Presiden Joko Widodo pun meresmikan wajah baru Bandara Halim pada 5 Oktober 2022, bertepatan dengan HUT ke-77 TNI.
Sehari setelah meresmikan fasilitas Bandara Halim, lewat akunnya di platform media sosial Twitter, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa gedung Nararetama dan Naratama kini telah bertambah luas. Tadinya luas gedung itu hanya 1.500 m2, kini menjadi 5.270 m2. "Demikian juga dengan terminal operasi TNI-AU yang luasnya bertambah dari 500 meter persegi menjadi 2.230 meter persegi," tulis Presiden.
Bandara Halim pun menjadi semakin kinclong setelah dipercantik. Semoga bersoleknya bandara satu-satunya di tengah Kota Jakarta ini mampu memberi kebanggaan bagi Indonesia kepada dunia. Karena kendati berusia cukup tua, kondisinya tetap bisa dipertahankan dan dipercantik serta tetap mampu menjalankan fungsinya sebagai gerbang utama Indonesia.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari