Agustus adalah bulan istimewa bagi seluruh bangsa Indonesia. Di bulan ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memeringati 75 tahun kelahirannya, selain ada beberapa momentum peringatan nasional lainnya.
Pada bulan ini juga diperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas). Namun, peringatan tahun ini ada pembeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2020 juga menandai seperempat abad tonggak sejarah kebangkitan teknologi Indonesia, sejak penerbangan perdana N-250 Gatotkaca buatan putra-putri bangsa pada 10 Agustus 1995.
Apakah itu artinya negara ini sudah termasuk bagus dari sisi inovasi? Menyitir Global Innovation Index 2019, saat ini Indonesia masih berada di urutan 85 dari 129 negara penghasil inovasi di dunia. Sedangkan di Asean, Indonesia berada di urutan kedua terendah di atas Kamboja.
Hakteknas ke-25 diharapkan dapat menjadi titik kebangkitan Indonesia menuju negara berbasis inovasi. Seiring dengan peringatan HUT ke-75 Tahun RI, Hakteknas diharapkan menjadi momentum penguatan kolaborasi tiga pihak (triple helix)--pemerintah, akademisi/penelitian dan dunia usaha--dalam mewujudkan kemandirian nasional dan menjadikan inovasi sebagai solusi berbagai persoalan bangsa.
"Merupakan impian kita semua untuk menciptakan Indonesia yang mandiri, maju, dan sejahtera. Mari sukseskan transformasi Indonesia dari negara berbasis konsumsi menjadi negara berbasis inovasi," ujar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Inovasi dan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro.
Bambang mengemukakan itu saat acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-25, Senin (10/8/2020), yang digelar secara terbatas di Auditorium BJ Habibie, BPPT Jakarta, dan disiarkan langsung secara virtual dan oleh televisi nasional.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin, berpesan agar penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap) menjadi arus utama dalam meningkatkan kemandirian bangsa dengan meningkatkan inovasi dalam negeri, dan kandungan material produk Indonesia.
Ma’ruf Amin pun mengingatkan, belajar dari pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), kini Kemenristek/BRIN bersama kementerian, lembaga litbang dan unit litbang lainnya diharapkan fokus ke depan.
Pertama, fokus kesiapan dan ketahanan bangsa dalam menghadapi berbagai pandemi dan penyakit-penyakit tropis lainnya. Kedua, kemandirian alat kesehatan dan obat, khususnya obat modern asli Indonesia, serta produk-produk dalam negeri lainnya.
Ketiga, pembangunan kehidupan yang berkelanjutan, antara lain, kaitannya dengan perubahan iklim, energi baru dan terbarukan, serta ekonomi digital (termasuk kecerdasan artifisial).
Tak dipungkiri, pandemi Covid-19 yang melanda tanah air dalam enam bulan terakhir rupanya menjadi momentum kalangan perguruan tinggi untuk menghasilkan sedikitnya 1.300 inovasi dan teknologi yang mendukung penanggulangan wabah virus tersebut.
Fenomena ini tak disangka-sangka oleh Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro maupun Mendikbud Nadiem Makarim sebagai penanggung jawab sektor ristek dan pendidikan tinggi.
Di tengah situasi elemen akademisi tersedot energinya untuk menanggulangi Covid-19 dan keterbatasan anggaran, kalangan mahasiswa, dosen dan peneliti masih mampu membuat serangkaian inovasi.
Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dukungan anggaran hingga Rp405 miliar untuk penanganan Covid-19 di lingkungan perguruan tinggi termasuk alokasi bagi pengembangan dan modifikasi produk inovasi untuk pengendalian Covid-19.
Para ahli negara inipun tak kalah sigap dalam menghasilkan inovasi untuk mencegah dan mengendalikan Covid-19. Dalam bidang kesehatan, kecerdasan artifisial ditujukan pula untuk penanganan Covid-19, salah satunya alat deteksi dini Covid-19.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengembangkan teknologi RT-LAMP. RT-LAMP atau Reverse Transcription-Loop-Mediated Isothermal Amplification Turbidimetri merupakan teknologi alternatif pendeteksi virus SARS COV-2, dengan hasil diagnosa seakurat Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction atau RT-PCR. RT-LAMP dirancang untuk bisa diaplikasikan di laboratorium-laboratorium dengan fasilitas yang terbatas.
Ada pula alat terapi oksigen beraliran tinggi pertama di Indonesia, Gerlip HFNC-01 (Gerlink LIPI High Flow Nasal Cannula 01) yang merupakan produk anestesi terbaik kelas 2B. Alat ini membantu untuk mencegah pasien gagal napas.
LIPI juga mengembangkan kandidat immunomodulator yang berasal dari tanaman herbal asli Indonesia untuk pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Dua produk yang akan diuji klinis adalah Cordyceps militaris dan kombinasi herbal yang terdiri dari rimpang jahe, meniran, sambiloto, dan daun sembung
Peringatan Hakteknas kali ini juga diluncurkan Strategi Nasional Artificial Intelligence (Stranas AI) yang menjadi arah kebijakan nasional 2020-2045. Adapun lima bidang yang menjadi fokus dalam Stranas AI adalah layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, dan mobilitas dan kota cerdas.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini