Indonesia.go.id - PMI Indonesia Naik Tajam, Pemulihan Ekonomi pada Jalurnya

PMI Indonesia Naik Tajam, Pemulihan Ekonomi pada Jalurnya

  • Administrator
  • Senin, 5 April 2021 | 07:23 WIB
EKONOMI
  Suasana pengolahan kertas tisu di sebuah pabrik di Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia Maret 2021 mengalami kenaikan yang cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya. Sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI oleh IHS Markit.

IHS Markit memberikan kabar menggembirakan bagi upaya negara ini menuju pemulihan. Dalam keterangan tertulisnya yang dirilis Kamis (1/4/2021), lembaga itu melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia seperti tecermin dalam Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 53,2 pada Maret 2021.

Artinya, PMI Indonesia mengalami kenaikan yang cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,9, sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI oleh IHS Markit, yaitu sejak April 2011. Indeks di atas 50 menandakan bahwa industri manufaktur berada dalam level ekspansif.

"Perbaikan yang menembus rekor ini didorong oleh pertumbuhan pesanan baru (new orders) dan produksi (output). Keduanya mencapai angka tertinggi sejak survei dilakukan. Produksi meningkat lima bulan beruntun karena dorongan permintaan baru," sebut keterangan tertulis IHS Markit tersebut.

Menurut Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker, ada tiga poin penting terkait kenaikan signifikan PMI Indonesia pada Maret 2021. Pertama, kenaikan paling tajam pada output dan pesanan baru selama survei satu dekade. Kedua, ketenagakerjaan yang stabil, serta ketiga, kenaikan tercepat pada biaya input sejak Oktober 2018. “Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri kuartal pertama tahun ini di posisi tinggi, perusahaan meningkatkan produksinya untuk menanggapi masuknya pesanan baru paling kuat dalam survei selama satu dekade,” jelasnya.

Andrew menambahkan, tercatat rekor perbaikan pada sektor kesehatan yang dipacu dengan permintaan baru dan output. “Sejauh ini, keduanya naik pada kisaran terbesar dalam periode survei satu dekade. Produksi naik selama lima bulan berturut-turut, dengan panelis umumnya mengaitkan ekspansi terkini dengan kenaikan permintaan baru,” imbuhnya.

Sontak laporan HIS Markit disambut sumringah oleh Pemerintah Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa kenaikan PMI ke level tertinggi dalam 10 tahun terakhir akan dijadikan sebagai momentum untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional. “Indeks PMI ini menunjukkan pemulihan ekonomi yang semakin terakselerasi sejak awal 2021. Momentum ini harus terus kita jaga agar pemulihan ekonomi nasional setelah pandemi semakin cepat,” katanya melalui siaran pers, Kamis (1/4/2021).

Segendang seirama, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui bahwa pencapaian itu tentu sangat menggembirakan. “Ini hasil jerih payah para pelaku industri. Sedangkan kami di pemerintahan, all out untuk men-support mereka. Terbukti, selama lima bulan berturut-turut, PMI Indonesia menunjukkan ekspansi,” ujar Agus Gumiwang di Jakarta, Kamis (1/4/2021).

Tentu saja, berita itu bila diibaratkan jadi pemompa dan pembangkit optimisme, maka pembalikan situasi yang berupa pemulihan itu memang sudah berada pada jalurnya. Awal tahun, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan beberapa lembaga dunia sebenarnya sudah memproyeksikan ekonomi Indonesia menuju pertumbuhan yang positif seiring dengan semakin masifnya pelaksanaan vaksinasi dan menumbuhkan kepercayaan publik. Bahkan, ketika mengumumkan APBN 2021, pemerintah berani memproyeksikan pertumbuhan ekonom di kisaran 4,5-5,5 persen. Asumsi itu tentu dengan mempertimbangkan faktor vaksinasi, reformasi struktural, dan dukungan ekspansi fiskal.

Demikian pula dengan sejumlah lembaga ekonomi dunia. Bahkan, organisasi untuk kerja sama dan pembangunan atau Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) merevisi ke atas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021. 

 

Revisi Proyeksi

Di akhir tahun lalu, OECD memperkirakan Indonesia bisa tumbuh 4,0 persen year on year (yoy) pada tahun ini. Namun di akhir kuartal pertama 2021, lembaga tersebut merevisi proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi tumbuh 4,9 persen secara yoy. 

Yang menarik, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 bakal memimpin, menjadi 5,4 persen yoy, atau yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang sebesar 4,0 persen yoy. Demikian pula dengan Bank Dunia juga telah memproyeksikan pertumbuhan negara ini di kisaran 4,5 persen. IMF pun memberikan di kisaran 4 persen--4,8 persen.

Berkaitan dengan laporan IHS Markit, Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi di tahun ini, pemerintah akan mempercepat pelaksanaan vaksinasi untuk memulihkan kepercayaan publik, khususnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dari sisi konsumsi hingga investasi.

Bagi pemerintah, ekonomi yang terus berbalik positif pada tahun ini, salah satunya, diyakini disebabkan oleh sejumlah program yang telah digulirkan sejak 2020 dalam rangka memulihkan perekonomian nasional. Oleh karena itu, fokus pemerintah di 2021 terus memberikan stimulus untuk meningkatkan belanja masyarakat, mengingat belanja masyarakat menyumbang 57,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Pada 2021, pemerintah telah memberikan relaksasi pajak pertambahan nilai (PPN) atas sektor properti, setelah sebelumnya memberikan stimulus berupa relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil baru dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 705 untuk mobil bermesin 1.500 cc dan 2.500 cc.  “Pemberian insentif PPnBM untuk Kendaraan Bermotor dan insentif PPN untuk sektor perumahan, bisa berkontribusi cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, melalui multiplier effect-nya,” ujar Airlangga. 

Pada kesempatan yang berbeda, Menperin Agus Gumiwang juga menuturkan kenaikan yang sangat signifikan ini menunjukkan bahwa rebound-nya ekonomi Indonesia akan semakin cepat,” ungkapnya. Bahkan, Menperin menambahkan, di kawasan ASEAN, Indonesia memiliki performa paling baik selama lima bulan terakhir. Diharapkan, hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2021 telah melampaui capaian PMI manufaktur Vietnam (51,3), Thailand (49,0), dan Malaysia (48,9).

Dalam konteks regional, PMI manufaktur ASEAN pada awal tahun ini berada di level 51,4. Ironisnya, Tiongkok yang digadang-gadang sebagai pemimpin ekonomi dunia, PMI manufakturnya mengalami penurunan ke titik 51,3 dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,9.  Terlepas dari semua itu, perkembangan ekonomi dunia tetap harus dicermati karena ekonomi Indonesia juga sangat terkait dengan ekonomi global.

Namun yang jelas, keteguhan hati pemerintah agar ekonomi bergerak meski wabah Covid-19 masih berlangsung dengan memberikan stimulus terhadap sektor manufaktur terbukti sangat mujarab bagi ekonomi dibenarkan oleh Agus Gumiwang kartasasmita. Menurutnya, insentif fiskal berupa penurunan tarif PPnBM ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) untuk kendaraan bermotor terbukti meningkatkan confidence para pelaku industri dan mendorong daya beli masyarakat.

Kebijakan itu pemberian relaksasi PPnBM-DTP mulai 1 Maret hingga 31 Desember 2021 untuk kendaraan roda empat dengan kapasitas mesin sampai dengan 1.500 cc. Kebijakan tersebut juga akan diperluas hingga kendaraan dengan kapasitas mesin 2.500 cc mulai 1 April ini. 

Menurut laporan Kementerian Perindustrian, hingga akhir Maret 2021, telah terjadi peningkatan penjualan cukup signifikan untuk kendaraan roda empat dengan kapasitas mesin sampai 1.500 CC, yaitu sekitar 140% dari penjualan Februari 2021.“Dengan penerapan kebijakan relaksasi PPnBM-DTP, kinerja produksi kendaraan roda empat atau lebih pada periode Januari-Februari 2021, tercatat sebesar 152 ribu unit, dan penjualan (wholesales) sebesar 102 ribu unit untuk periode yang sama,” jelas Menperin.



Penulis: Firman Hidrantoa
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari