Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan mencapai 3,7 persen--4,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2021 diproyeksikan tetap positif. Bahkan, proyeksi pertumbuhan di kuartal III-2021 diperkirakan di kisaran 4 persen--5 persen yang didukung oleh faktor konsumsi dan produksi.
Proyeksi, baik yang dirilis otoritas moneter maupun fiskal itu tentu sangat menyejukkan di tengah-tengah pandemi yang kini semakin terkendali, terutama bagi pelaku usaha dan masyarakat. Namun, kondisi saat ini yang sudah memberikan harapan cerah dan lebih baik ke depannya, jangan sampai membuat bangsa ini lupa diri.
Terlebih, The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengingatkan melalui rilisnya, pada Selasa (21/9/2021), adanya pemulihan ekonomi global yang tidak merata. OECD menjelaskan, ekonomi dunia telah bangkit kembali tahun ini dengan bantuan langkah-langkah stimulus, peluncuran vaksin Covid-19 yang efektif, dan dimulainya kembali banyak kegiatan ekonomi.
Berbeda dengan OECD yang hanya mengingatkan secara makro, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) lebih berani dengan menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini. Bila pada April 2021, ADB memproyeksikan pertumbuhan Indonesia sebesar 4,5 persen (yoy). Kini, lembaga itu merevisinya menjadi 3,5 persen (yoy).
Demikian pula proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diturunkan dari sebelumnya 5 persen (yoy) menjadi 4,8 persen (yoy). “Pemulihan akan terus berlangsung namun dengan laju yang lebih moderat di level 3,5 persen dibandingkan 4,5 persen yang diproyeksikan pada April lalu,” kata Senior Country Economist ADB Henry Ma dalam Asian Development Outlook 2021 di Jakarta, Rabu (22/9/2021).
Henry menjelaskan, beberapa aspek yang melatarbelakangi ADB dalam menurunkan proyeksinya adalah realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen yang lebih rendah dari perkiraan. Pandangan, baik dari OECD maupun ADB, soal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap memberikan optimisme bahwa ekonomi negara masih tetap menjanjikan ke depannya.
Ini juga terkonfirmasi dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan mencapai 3,7 persen--4,5 persen, dan 4 persen--5 persen khusus untuk III-2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap, proyeksi ini didasari positifnya indikator konsumsi dan produksi perekonomian Indonesia. “Konsumsi dan produksi menggambarkan resiliensi atau cukup bertahannya ekonomi kita meskipun kemarin dihadapkan varian Delta yang cukup berat,” katanya di Jakarta, Kamis (23/9/2021).
Perkembangan Positif
Menkeu mengatakan, perkembangan yang cukup positif itu memberikan optimisme laju pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021. Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 mencapai 3,7 persen--4,5 persen.
Senada seirama juga diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Menurut komandan lembaga moneter itu, dirinya tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021 berada di zona positif, bahkan masih di level yang tinggi yakni 5 persen secara year on year (yoy).
“Pertumbuhan kuartal III-2021, kami perkirakan bisa berada di kisaran 5% (yoy),” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan BI secara virtual pada Selasa (21/9/2021).
Meski begitu, ia tak menampik bahwa pertumbuhan ekonomi awal kuartal III-2021 sempat tertahan akibat peningkatan kasus harian varian Delta Covid-19. Ini menyebabkan pemerintah memberlakukan rem darurat dengan menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat serta level 3 dan 4.
Alhasil, PPKM pun berimbas pada kegiatan ekonomi masyarakat yang tertahan dan menurunkan aktivitas transaksi ekonomi maupun keuangan. Tetapi PPKM dinilainya berhasil menurunkan kasus harian Covid-19.
“Kami sampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi tingginya dengan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah. Alhamdulilah, peningkatan kasus varian Delta menurun dan bed occupancy rate (BOR) di wilayah tidak hanya Jawa, Bali dan sejumlah wilayah luar Jawa juga cukup baik. Kecenderungan tingkat BOR terus menurun,” tuturnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Sri Mulyani juga mewanti-wanti bahwa apa yang disampaikan berkaitan dengan proyeksi tersebut dibuat dengan asumsi tidak ada Covid-19 varian baru yang menghantam Indonesia dan tidak ada klaster penularan baru. Dengan demikian, pemerintah tak perlu memperketat aktivitas.
Pemerintah, lanjut Menkeu, memperkirakan konsumsi pada kuartal III-2021 akan tumbuh 2 persen hingga 2,4 persen dan tumbuh 2,3 persen hingga 2,6 persen sepanjang 2021. “Kita masih berharap September ini kalau akselerasi 2 minggu terakhir bisa mengompensasi pelemahan di bulan Juli, bukan tidak mungkin konsumsi rumah tangga kita cukup baik,” katanya.
Konsumsi pemerintah diperkirakan terkontraksi -0,9 persen atau tumbuh 0,1 persen pada kuartal III-2021. Sepanjang 2021, konsumsi pemerintah diprediksi tumbuh 3,4 persen hingga 4,2 persen.
Bagaimana dengan pertumbuhan investasi? Sri Mulyani pun tetap optimistis bahwa sektor itu tetap memberikan pertumbuhan 4,9 persen hingga 5,4 persen pada kuartal III-2021. Sepanjang 2021, investasi diperkirakan tumbuh 4,4 persen hingga 4,9 persen.
Begitupun dengan ekspor yang pada kuartal III-2021 diperkirakan tumbuh 20 persen hingga 22,4 persen dan akan mencapai 17,9 persen hingga 19,4 persen pada sepanjang 2021.
Sementara itu, kinerja impor diperkirakan tumbuh 24 persen hingga 25,2 persen pada kuartal III-2021. Sepanjang 2021, impor diperkirakan tumbuh 17,3 persen hingga 18 persen.
Apa yang tersaji di atas itu memberikan harapan ekonomi ke depan akan lebih baik lagi untuk bangkit dan pulih lagi. Semoga dengan tren kasus Covid-19 yang terus menurun memberikan spirit bagi ekonomi bangsa ini untuk menggeliat kembali.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari