Indonesia.go.id - Menatap 2024 dengan Percaya Diri

Menatap 2024 dengan Percaya Diri

  • Administrator
  • Sabtu, 27 Mei 2023 | 13:15 WIB
KEBIJAKAN FISKAL
  Presiden Jokowi menggelar pertemuan dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Hotel Rihga Royal, Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/05/2023). SETPRES
Ekonomi Indonesia bakal tetap mencatatkan pertumbuhan di kisaran 5,1 persen pada 2023 dan tumbuh 5 persen di 2024.

Perekonomian global dinilai masih tidak menentu dengan kondisi pertumbuhan yang melambat. Namun, di tengah-tengah perekonomian dunia yang tidak bersahabat itu, ekonomi Indonesia dinilai masih cukup baik dan stabil.

Adanya sinyalemen itu bukan sebuah isapan jempol. Pernyataan bahwa ekonomi Indonesia yang cukup baik dan stabil muncul dari seorang pejabat elit Dana Moneter Internasional (IMF). Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyampaikannya ketika bertemu dengan Presiden Joko Widodo di sela-sela rangkaian KTT G7 di Hiroshima, Jepang, Sabtu (20/5/2023), sebagaimana dikutip dari laman Sekretariat Presiden.

Sinyalemen Georgieva itu pun dibenarkan oleh Presiden Joko Widodo. Bahkan, Presiden Jokowi pun menyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap mencatat pertumbuhan 5,1 persen pada 2023, dan tumbuh 5 persen pada 2024.

Sementara itu, selama kuartal I-2023, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi 5,03 persen secara year on year (yoy). “Indonesia memiliki peran yang penting di tengah situasi dunia yang kini sedang banyak tantangan. Peran Indonesia sangat penting di tengah tantangan dunia saat ini. Indonesia bisa berbicara dengan semua negara, semua pihak. Situasi dunia saat ini membutuhkan peran seperti yang dilakukan Indonesia saat ini," tambah Georgieva.

Dalam konteks yang lebih makro, mengutip laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis pada Selasa (16/5/2023), pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan sebesar 2,3 persen pada 2023. Angka tersebut naik 0,4 poin dari perkiraan Januari.

Sedangkan untuk 2024, PBB menurunkan prediksi sebesar 0,2 poin menjadi 2,5 persen. “Terlepas dari kenaikan ini, tingkat pertumbuhan masih jauh di bawah tingkat pertumbuhan rata-rata dalam dua dekade sebelum pandemi sebesar 3,1 persen,” demikian laporan Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia, seperti yang dilansir Reuters, yang dikeluarkan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB.

Proyeksi PBB itu lebih rendah dari prediksi Dana Moneter Internasional (IMF), yang mengatakan pada awal tahun ini bahwa pertumbuhan global akan turun menjadi 2,9 persen pada 2023 dari 3,4 persen pada 2022 dan untuk 2024 akan naik sedikit menjadi 3,1 persen. "Negara-negara kurang berkembang diperkirakan tumbuh 4,1 persen pada 2023 dan 5,2 persen pada 2024, jauh di bawah target pertumbuhan 7 persen yang ditetapkan dalam agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan," sebut laporan PBB tersebut.

 

Ekonomi Makro Indonesia

Menimbang sejumlah proyeksi lembaga keuangan internasional dan PBB, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun telah menyusun kerangka ekonomi makro Indonesia untuk menatap 2024. Kerangka tersebut juga telah disampaikan dalam Paripurna DPR terkait penyampaian Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN Tahun 2024.

Sri Mulyani menargetkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen hingga 5,9 persen pada 2024. Target tersebut ditetapkan untuk menciptakan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan (sustainable) dengan mempertimbangkan berbagai risiko serta dinamika dalam negeri maupun global.

“Dengan mencermati risiko dan dinamika global dan dalam negeri, agenda pembangunan untuk tahun 2024 diarahkan untuk mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Sri Mulyani, seperti dikutip dari Antara, Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Bendahara Negara tersebut menjelaskan, penetapan target pertumbuhan ekonomi Indonesia disusun berdasarkan fenomena guncangan besar perekonomian global yang diakibatkan kebijakan fiskal AS yang tak menentu dan tensi geopolitik global yang kian berlarut. Kemudian atas pertimbangan kondisi perekonomian dalam negeri yang saat ini cenderung masih stabil.

Pemerintah juga mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro lainnya yang digunakan sebagai asumsi dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Indikator tersebut meliputi, inflasi tahun depan yang berada di kisaran 1,5 sampai 3,5 persen, nilai tukar rupiah yang mencapai Rp14.500 hingga Rp15.300 per dolar AS, serta tingkat suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 Tahun antara 6,49 hingga 6,91 persen.

Kemudian harga minyak mentah Indonesia di kisaran USD75--USD85 per barel, lifting minyak bumi di tingkat 597.000 sampai 652.000 barel per hari, serta lifting gas 999.000 hingga 1,54 juta barel setara minyak per hari.

Dengan adanya indikator-indikator tersebut, rencana kebijakan fiskal tahun depan ditetapkan untuk mengarahkan pemerintah dalam memperkokoh struktur perekonomian nasional serta tingkat produktivitas nasional melalui percepatan transformasi ekonomi. Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan, kebijakan belanja 2024 diarahkan untuk menuntaskan proyek prioritas strategis yang mencakup pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), pemenuhan infrastruktur dasar dan konektivitas, serta pelaksanaan Pemilu 2024.

"Pembangunan IKN adalah dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, kompetitif, dan meluaskan, serta memeratakan magnet pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian ekonomi Indonesia tidak hanya bertumpu pada pulau Jawa. Sementara itu, dukungan pelaksanaan pemilu 2024 diharapkan mewujudkan iklim demokrasi Indonesia yang semakin sehat dan kondusif," ujarnya.

Selaras dengan tujuan tersebut, pemerintah terus mendorong agar kualitas belanja makin baik dan ini dilakukan pada tingkat pusat maupun daerah, sinergi, dan harmonisasi dari kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai target pembangunan nasional yang efisien.

Artinya, dari paparan poin-poin dari KEM PPKF RAPBN Tahun 2024, pemerintah terlihat optimistis dan dengan kepercayaan diri yang tinggal, ekonomi Indoesia tetap masih menjanjikan dan positif pada 2024.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari