Indonesia.go.id - Delegasi Sherpa G20 Disuguhkan Budaya Keraton Yogyakarta

Delegasi Sherpa G20 Disuguhkan Budaya Keraton Yogyakarta

  • Administrator
  • Selasa, 27 September 2022 | 09:14 WIB
G20

Jakarta, InfoPublik - Delegasi Pertemuan ke-3 Sherpa G20 di Yogyakarta disambut dengan kekayaan budaya di Keraton. Para perwakilan negara G20 itu diwajibkan untuk menggunakan batik untuk bisa merasakan dan menikmati salah satu kebudayaan Indonesia.

"Selamat Datang di Yogyakarta. Momentum itu kian bermakna, karena menjadi agenda penting bagi Sherpa G20 untuk memandu sekaligus membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Semoga Sherpa mendapatkan berbagai inspirasi menyongsong pelaksanaan KTT G20, dengan memasukkan dunia dalam bingkai persahabatan, inklusivitas, dan perdamaian global,” tutur Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyambut para delegasi di Keraton, seperti disebutkan dalam siaran persnya yang diterima InfoPublik Selasa (27/9/2022).

Sajian makan malam diawali dengan bir jawa yang terbuat dari berbagai rempah dan menjadi salah satu minuman khas Yogyakarta. Makanan utama yang disajikan adalah bistik keraton dan ikan dengan bumbu mangut yang merupakan cita rasa khas Yogyakarta. Dengan ini, semua delegasi diharapkan dapat menikmati masakan nusantara yang disajikan dalam suasana Keraton Yogyakarta.

Sembari menikmati hidangan nusantara, para Sherpa G20 juga dihibur oleh persembahan tarian Beksan Punggawa. Tarian tersebut adalah tari klasik yang berfokus pada perkembangan ragam gerak, pola lantai, tata urutan, dan struktur dramatisasi. Tarian ini berisikan tiga bagian, yaitu bagian awal, maju gendhing; bagian isi, enjeran (adu kesaktian) sebelum dan saat berperang; serta bagian akhir, mundur gendhing.

Pada akhir acara, setiap delegasi diberikan kesempatan untuk berfoto dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selesai acara, semua delegasi kembali ke hotel untuk mempersiapkan dua hari pertemuan yang diharapkan dapat menghasilkan harmonisasi tujuan dan menyepakati substansi draft Leaders’ Declaration yang akan dibawa ke KTT G20 pada November 2022 di Bali.

Rangkaian penyambutan itu menjadi salah satu upaya Indonesia yang saat ini menjadi Presidensi G20 untuk mendorong dan mengenalkan berbagai warisan budaya lokal ke kancah global. Gelaran acara budaya di Keraton ini dilaksanakan dengan tetap mematuhi adat budaya Keraton Yogyakarta.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut hangat para delegasi Sherpa G20, dengan memberikan welcoming speech secara virtual. "Selamat datang di Yogyakarta yang indah, di mana nilai-nilai dedikasi, ketulusan dan solidaritas tertanam dalam sejarahnya," ujarnya Senin(26/9) malam.

Dia juga meminta para delegasi untuk dapat meluangkan waktu setelah pertemuan Sherpa, untuk menikmati kekayaan budaya di Yogyakarta, kehangatan dan keramahan masyarakat, serta merasakan kelezatan berbagai masakan khas Yogyakarta.

"Semoga kehangatan sambutan kami dan masyarakat Yogya tersampaikan sepenuhnya kepada Anda, dan mendukung kesuksesan pertemuan Sherpa yang lebih produktif," tutur Airlangga.

Dia juga menyampaikan bahwa pada masa perjuangan, Yogyakarta mendukung sepenuhnya perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan pernah menjadi Ibukota Indonesia. Hal tersebut menjadikan provinsi ini menerima hak istimewa sebagai daerah khusus, bahkan terus mempertahankan tradisi Kesultanan dalam administrasi pemerintahannya.

Yogyakarta, kata Airlangga, adalah kota yang melambangkan keberanian dalam menghadapi kesulitan. Karenanya pemerintah memilih Kota Pelajar itu sebagai tempat Pertemuan ke-3 Sherpa G20. "Kami berharap para Sherpa yang terhormat dapat berkumpul dalam semangat yang sama, untuk merumuskan solusi dalam mengatasi krisis yang sangat kompleks yang dihadapi dunia saat ini," tuturnya.

Saat ini, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang mengalami transformasi sosial yang cepat dari sektor agraris menuju semi-industrial, terutama industri kreatif. Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang juga menjabat sebagai Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,@ berharap Pertemuan Sherpa ke-3 ini dapat membawa pada orkestrasi peradaban dunia sehingga “no one left behind”.

Foto: Humas Ekon

Berita Populer