Indonesia.go.id - Krisis dan Daya Tahan Demokrasi

Krisis dan Daya Tahan Demokrasi

  • Administrator
  • Selasa, 8 Oktober 2019 | 01:04 WIB
DEMOKRASI
  Pemilu di Indonesia. Foto: Dok. KPU

Indonesia memberikan dukungan yang lebih tinggi terhadap keberlangsungan demokrasi. Tetapi dalam sisi lain secara kultural dan kesejarahan, publik Indonesia sebagian masih menyukai kepemimpinan yang kuat.

Apa sebab orang kecewa dengan demokrasi? Pertanyaan ini muncul di berbagai negara akhir-akhir ini. Umumnya kekecewaan itu terjadi karena kemarahan terhadap sepak terjang politikus elit, ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi, dan kecemasan atas perubahan sosial yang begitu cepat. Hal inilah yang  membuat politik memanas di berbagai wilayah.

Pemimpin politik antikemapanan pun bermunculan. Datang dari sayap kiri atau sayap kanan. Dalam banyak kasus mereka menentang nilai-nilai dan institusi demokrasi liberal. Berbagai perkembangan yang memperlihatkan turunnya kesehatan demokrasi inilah yang menjadi perhatian lembaga survei Pew Research Center. Bulan April 2019 mereka mengeluarkan laporan yang diberi judul "Banyak Orang di Dunia tidak Puas dengan Jalannya Demokrasi".

Survei Pew Research sebelumnya pada 2017 memperlihatkan bahwa ide dasar demokrasi liberal masih populer di masyarakat, tetapi komitmen terhadap demokrasi menunjukkan pelemahan. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Salah satu yang paling mengemuka adalah seberapa efektif demokrasi berjalan. Penelitian pada tahun ini memperlihatkan bahwa performa demokrasi di berbagai negara cenderung negatif. Dari 27 negara yang diberlakukan survei, rata-rata 51% merasa tidak puas dengan berjalannya demokrasi. Hanya 45% yang merasa puas.

Berikut ini adalah beberapa temuan survei Pew Research yang melibatkan 30.133 orang dari 27 negara yang dilakukan sejak 14 Mei 2018 hingga 12 Agustus 2018.

https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1570517188_Demokrasi_2.jpg" />

Perkembangan Ekonomi

Kondisi ekonomi yang memburuk cenderung membuat orang tidak puas dengan jalannya demokrasi. Hasil survei menunjukkan bahwa keterkaitan antara keduanya sangat kuat.

Dari 27 negara yang diteliti, 24 negara memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian. Ada tiga negara yang tidak memenuhi syarat yakni, Brazil, Tunisia, dan Yunani. Besaran sampel yang diperoleh di tiga negara ini tidak memenuhi ketentuan. Indonesia adalah salah satu negara yang perolehan besaran sampelnya memenuhi syarat.

Di Indonesia 56% persen orang yang diwawancarai mengatakan bahwa situasi ekonomi memburuk, hanya 21% yang mengatakan ekonomi berjalan baik. Amerika Serikat menunjukkan 80% orang mengatakan kondisi ekonomi memburuk sementara 46% berkata bahwa ekonomi berjalan baik. Sementara di India 68% orang mengatakan ekonomi memburuk sedangkan 18% berkata ekonomi berjalan baik.

Salah satu faktor yang menyebabkan kesan buruk terhadap perkembangan ekonomi adalah tidak meningkatnya tingkat kesejahteraan hidup sehari-hari. JIka banyak orang sulit mendapatkan kesejahtaraan yang lebih baik, mereka cenderung tidak puas dengan perkembangan demokrasi.

Hak-hak Dasar Individu

Mereka yang merasa bahwa kebebasan berpendapat tidak cukup terlindungi di negerinya cenderung tidak puas dengan berjalannya demokrasi. Di Belanda misalnya, 76% orang merasa bahwa hak mereka untuk berbeda pendapat tidak cukup dilindungi. Hanya 27% yang merasa cukup terlindungi. Di India 52% orang merasa tidak cukup terlindungi sementara itu 28% merasa cukup dilindungi. Di Indonesai, 45% orang merasa tidak terlindungi sedangkan 33% orang Indonesia merasa terlindungi.

Salah satu yang menyebabkan melemahnya keyakinan terhadap demokrasi adalah rasa frustrasi terhadap wakil rakyat yang terpilih dalam demokrasi. Di Jepang misalnya, 70% orang merasa wakil mereka yang terpilih performanya buruk. Di Belanda 53% orang melihat hal yang sama. Di Amerika serikat 67% persen orang melihat wakil rakyat yang terpilih kualitasnya buruk sedangkan 44% merasa cukup baik. Di Indonesia 42% orang melihat wakil rakyat kualitasnya buruk berbanding dengan 31% yang melihat kalau yang terpilih cenderung baik.

Ketidakpuasan Kian Meluas

Secara global ternyata lebih banyak orang tidak puas dengan berjalannya demokrasi yang berlangsung di negerinya. Angka umumnya adalah 51% persen tidak puas berbanding dengan 45% yang puas. Walaupun kalau diperinci sebenarnya terjadi berbagai pola yang berbeda di beberapa wilayah.

Asia Pasifik misalnya cenderung memperlihatkan kepuasan atas berlangsungnya Demokrasi. Australia misalnya, 59% merasa puas dengan demokrasi, sementara 49% cenderung tidak puas. Indonesia, 65% merasa puas dan 33% tidak puas. Di Filipina,  69% merasa puas dan hanya 31% tidak puas. Hanya di Jepang, 49% merasa puas berbanding dengan 56% yang merasa tidak puas.

Kawasan benua Amerika hanya memperlihatkan Canada dengan 61% orang merasa puas berbanding dengan 39% yang tidak puas. Amerika Serikat 40% puas sedangkan 56% tidak puas. Mexico lebih buruk lagi hanya 14% merasa puas sedangkan 85% tidak puas.

Di Eropa hanya di Swedia, Belanda, German, dan Polandia yang merasa puas dengan demokrasi. Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, dan Yunani memperlihatkan tingkat ketidakpuasan yang semakin menanjak sesuai urutan.

Alternatif Nondemokrasi

Survei Pew Research memperlihatkan munculnya keinginan untuk mengadopsi sistem nondemokrasi. Dengan menggunakan data survei 2017, orang-orang diberi pertanyaan yang terkait dengan empat hal. Pertama, pilihan terhadap sistem demokrasi yang menghasilkan perwakilan. Melalui pemilihan oleh warga negara untuk menetapkan hukum (demokrasi perwakilan). Kedua, sistem kepemimpinan seorang ahli walaupun tidak melalui pemilihan umum. Dan pemimpin ini menetapkan apa yang terbaik buat negeri (kepemimpinan ahli). Ketiga sistem dengan pemimpin yang kuat tanpa dipengaruhi kekuatan parlementer (pemimpin kuat), dan keempat sistem kepemimpinan militer.

Keempat indikator di atas ditanyakan lagi kepada narasumber di tahun 2018. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang tidak puas dengan demokrasi cenderung tidak suka dengan sistem demokrasi perwakilan. Mereka bahkan cenderung mendukung kepemimpinan tokoh atau ahli, pemimpin yang kuat, bahkan militer. Ketidakpuasan dengan demokrasi menunjukkan adanya keinginan mengadopsi sistem pemerintahan nondemokrasi.

Potensi pemerintahan nondemokrasi cenderung berbeda berdasarkan tingkat kekayaan negara. Bagi negara dengan pendapatan tinggi pilihan nondemokrasi jatuh pada pemimpin yang ahli atau ketokohan. Bagi negara berpendapatan rendah tentu cenderung pada pemimpin yang kuat hingga kekuatan militer.

Indonesia dalam catatan Pew Research lebih terlihat karakteristiknya dalam dukungan yang lebih tinggi terhadap keberlangsungan demokrasi sejak masa reformasi. Tetapi dalam sisi lain secara kultural dan kesejarahan, publik Indonesia sebagian masih menyukai kepemimpinan yang kuat.

Munculnya disrupsi di bidang ekonomi, yang membawa ke arah krisis ekonomi perlahan meningkatkan kecenderungan ke arah pemerintahan yang kuat. Di sisi lain karakter ekonomi negara kepulauan tropis yang tidak terlalu bergantung pada perdagangan internasional membuat daya tahan ekonomi Indonesia walaupun di tingkat ekonomi portofolio mengalami guncangan, tetap memperlihatkan grafik pertumbuhan yang ajeg. Apalagi jika pemerintah demokratis yang sekarang berkuasa bisa mengurangi hambatan-hambatan investasi, tentu ekonomi Indonesia masih merupakan ekonomi yang punya daya tahan lebih dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah yang lain. (Y-1)

Berita Populer