Dalam kirisis ekonomi yang terjadi 10 tahun lalu, Jokowi mengatakan, sejumlah negara kolaps. Dia juga memuji para pengambil kebijakan ekonomi seluruh dunia yang memiliki keberanian politik untuk menghindari kehancuran ekonomi.
Tapi kini perang dagang telah terjadi. Kebijakan AS memang memberi limpahan ekonomi dalam negerinya. Tapi di sisi lain, justru langkah Trump itu telah mengguncangkan tatanan ekonomi global. Limpahan rezeki yang dinikmati AS, berimbas pada kerusakan yang dialami negara lain.
Selain itu perubahan teknologi yang cepat membuat para industriawan ketar-ketir. Tekanan pasar menghemat, termasuk pada negara yang baru saja tumbuh. "Dengan banyaknya masalah dunia, cukup bagi kita untuk mengatakan winter is coming," ujar Jokowi.
Yang menarik, dalam penggambaran perang dagang yang terus berkecamuk ini, Jokowi mengimajikan hubungan negara-negara besar kini mirip serial Games of Thrones. Sebuah kisah epik yang menggambarkan perebutan kejayaan masing-masing klan. Mereka saling berkelahi untuk memperebutkan The Iron Thrones.
Ketika para kekuatan besar sibuk bertarung memperebutkan kejayaan, di belakang mereka ada musuh yang mengintai, seorang Evil Winter yang ingin menghancurkan dunia dengan menyelimutinya dengan es dan kehancuran.
Adanya Evil Winter, semestinya membuat semua yang bertarung sadar, bahwa keinginan saling menghancurkan itu tidak ada gunanya jika pada akhirnya semua harus rusak. Kemenangan tidak berarti jika yang didapat hanyalah dunia yang runtuh.
Bencana dan perubahan iklim akibat kemajuan dunia adalah salah satu wujud bencana yang harus ditangani bersama. Setiap negara harus bergandengan tangan saling membenahi kehidupan.
Ini adalah kali kedua Presiden Jokowi berpidato dengan menyertakan tokoh-tokoh imajinasi sebagai analogi. Pada pertemuan pemimpin Asean kemarin, pidato Jokowi juga membawa tokoh seperti Thanos, sebuah karakter ciptaan Marvel Studios.
Dia menyampaikan hal yang sama, bahwa pertempuran pada akhirnya akan menyengsarakan semuanya. Tidak ada yang menang dalam sebuah perkelahian. Keduanya akan mengalami kerugian.
Begitupun dalam kondisi perang dingin ini, tidak ada yang akan keluar sebagai pemenang sejati. Sebab sesungguhnya para pemenang juga akan merasakan dampak dari kerusakan yang dihasilkan dari sebuah pertempuran.
Di depan pimpinan Asean itu, Jokowi mengajak semua orang introspeksi. Sebab menurutnya Thanos ada dalam diri setiap orang. Berupa keserakahan dan keegoisan.
Padahal dunia membutuhkan kerja sama. Kesejahteraan adalah hasil dari kerja sama semua pihak. Tidak ada sejahterakan sejati yang didapat dari mengambil kesejahteraan pihak lain.
Ini bukan hanya sebagai seruan moral. Tetapi juga merupakan pandangan utuh dari seorang Presiden negara berkembang. Suara yang disampaikan Presiden Jokowi mewakili semua bangsa di dunia yang sebagian besar masih berada dalam kategori negara berkembang.
Perang dagang AS dan China memang berlangsung sangat sengit. Kedua negara itu membuat kebijakan untuk saling membalas. Karena keduanya merupakan raksasa ekonomi dunia, mau tidak mau, akibatnya berdampak pada negara-negara lain.
Kekacauan nilai tukar membuat sebagian negara terjengkang. Demikian juga ketidakstabilan perdagangan. Kondisi ini membuat pemimpin-pemimpin yang berwenang membuat kebijakan ekonomi di berbagai negara harus memutar otaknya agar negerinya bisa selamat dari perang yang semakin merusak ini.
Indonesia ingin menegaskan pada dunia bahwa peperangan apapun bentuknya pada akhirnya akan menghasilkan kehancuran. Perang dagang yang terjadi saat ini untuk jangka pendek mungkin efektif membawa kemajuan bagi AS. Tapi juga telah menyeret dunia dalam ketidakpastian.
Dalam ekonomi, sebuah kondisi tidak pasti adalah musuh yang paling berbahaya. Untuk itulah Presiden Jokowi menyerukan agar dunia saling bergandeng tangan agar semua negara bisa secara bersama-sama menghadapi tantangan yang makin mendesak.