Indonesia.go.id - Tetap Siaga Antisipasi Gelombang Baru Covid-19

Tetap Siaga Antisipasi Gelombang Baru Covid-19

  • Administrator
  • Sabtu, 18 Juni 2022 | 13:58 WIB
COVID-19
  Antisipasi Omicron BA.4 dan BA. 5 dengan memberikan suntikan dosis ketiga di Denpasar, Bali. ANTARA FOTO/ Nyoman Hendra Wibowo
Varian Omicron BA.4 dan BA.5 telah menyusup ke Indonesia. Transmisi lokal terjadi. Gelombang baru pun mengancam. Prokes dan vaksinasi tuntas akan mengurangi risiko.

Subvarian baru Covid-19 BA.4 dan BA.5, yang lahir dari klan Omicron, telah menyelinap masuk dan bergentayangan di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan bahwa per 13 Juni 2022 telah terkonfirmasi delapan pasien di Indonesia yang terinfeksi kedua subvarian itu. Transmisi lokal dipastikan telah terjadi.

‘’Seperti sering saya kemukakan, kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini besar kemungkinan disebabkan oleh munculnya varian baru,’’ tutur Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers Senin (13/6/2022) di Jakarta. Ia mengesampingkan kenaikan kasus baru di Indonesia itu akibat mobilitas tinggi masyarakat selama mudik Lebaran akhir April hingga awal Mei lalu.

Dari delapan kasus BA.4 dan BA.5 itu, empat di antaranya ditemukan di Jakarta lewat pemeriksaan genome sequencing (penurutan genomik) yang dilakukan secara purposive sampling, atas pasien Covid-19. Mereka dipastikan telah dijangkiti akibat transmisi lokal.

Tiga penderita lainnya ialah warga asing dari Amerika, Brazil, dan Kepulauan Maurutius (Afrika Timur) yang menjadi delegasi konferensi Global Platform for Disaster Risk Reduction (23--28 Mei 2022) di Nusa Dua Bali. Dari acara di Bali itu, seorang tenaga medis asal Jakarta yang bertugas mengawal event internasional tersebut dipastikan tertular peserta dari luar negeri.

Dari sisi geneologis, BA.4 dan BA.5 adalah subvarian dari Omicron. Itulah sebabnya, mutasi yang terjadi tak membuat kedua varian itu terlalu berbeda. Struktur genetiknya masih mirip Omicron. Namun, mutasi dalam susunan asam nukleatnya membuat mereka lebih tangguh saat memperebutkan inang dibanding subvarian sebelumnya. Mereka lebih kuat dalam persaingan.

Sebagai mutan, BA.4 dan BA.5 itu sudah terdeteksi sejak Januari 2022 di sekitar Afrika Selatan dan Botswana. Dalam perkembangannya, keduanya terus unjuk kekuatan dengan muncul semakin banyak dan di berbagai negara. Pada April 2022, keduanya resmi tercatat sebagai variant of concern (VoC) dan disebut dengan BA.4 dan BA.5. Keduanya dinilai terbukti memiliki transmisibilitas yang lebih tinggi dari varian lama yang ada di lingkungannya.

Kini BA.4 dan BA.5 itu dianggap biang keladi naiknya kasus Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Mereka juga disebut sebagai penyebab kasus Covid-19 tidak kunjung melandai rendah, seperti yang dialami Australia, Amerika, India, atau di negara tetangga Singapura dan Thailand.

Pada 15 Juni 2022, pertambahan kasus baru (harian) di Indonesia tercatat 1.243 orang, melonjak dari 930 orang sehari sebelumnya. Padahal, pada 1 Juni 2022 angka kasus harian masih dapat bertahan di level 366 orang. Episentrum lonjakan ini ada di DKI Jakarta, dengan mencatatkan 730 kasus baru pada 15 Juni. Positivity rate nasional hari ini adalah 2,15 persen dan di DKI 7,67 persen. Batas aman positivity rate menurut standar WHO adalah 5 persen.

Secara umum, kasus harian di Indonesia masih lebih rendah dibanding tetangga. Di Australia kasus hariannya masih di angka 26.000an, Malaysia antara 1.600-2.000, Singapura 3.100-3.200 kasus, dan Thailand 2.500-an. Yang masih cukup tinggi adalah Amerika dengan kasus harian 110.000 orang. Di Kerajaan Inggris sekitar 11.000 dan Jepang 15.000 kasus per hari.

Berita baiknya, meski mudah menular, subvarian BA.4 dan BA.5 itu secara umum tak menyebabkan keparahan yang lebih berat dari Omicron (awal) apalagi varian Delta. Dari delapan kasus yang ditemukan di Indonesia, kata Menkes Budi Gunadi, hanya satu yang menunjukkan gejala sedang.

Pasien dengan gejala sedang itu sudah menjalani vaksinasi primer (dua dosis), tapi belum menerima vaksin booster. Tujuh lainnya bergejala ringan atau tidak bergejala sama sekali. Pemerintah mengatisipasi kemungkinan puncak gelombang serangan BA.4 dan BA.5 itu bisa muncul pada Juli nanti.

‘’Memang, subvarian BA.4 dan BA.5 itu telah menyebabkan kenaikan kasus pada beberapa negara. Belajar dari kejadian yang ada, pada puncaknya kasus positif aktif yang ada tak sampai separuh dari Omicron atau Delta. Hospitalisasinya tak sampai separuhnya. Kasus kematiannya sepersepuluh dari kasus kematian di varian Delta dan Omicron,’’ ujar Budi Gunadi dalam konferensi persnya di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 13 Juni 2022.



Siaga Gelombang Baru

Secara global, pandemi Covid-19 terus menyusut. Laporan epidemiologi mingguan WHO yang dirilis Rabu 15 Juni menyebutkan penyusutan 1 persen terjadi dalam sepekan terakhir. Ada lonjakan 33 persen di kawasan Asia Tenggara dan 58 persen di Mediterania Timur. Tapi kenaikan itu secara statistik bukan merupakan potret besarnya, karena kedua kawasan itu hanya menyumbang 2 dan 1 persen pada angka kasus baru mingguan.

Yang menjadi catatan WHO, mengacu kepada 170 ribu laporan genome sequencing yang masuk ke lembaga GISAID, pada sebulan terakhir, ada tiga varian baru yang sedang aktif tumbuh, yakni BA.4, BA.5, dan BA.2.12.1. Masing-masing tumbuh 2 persen, 4 persen dan 3 persen. Sebanyak 97 persen dari kasus Covid-19 yang ada disebabkan oleh 12 VOC anak cucu Omicron.

Pada pertengahan Juni 2022, secara global varian BA.2.12.1 menyumbang 28 persen dari seluruh kasus infeksi.Varian BA.2 masih dominan dengan kontribusi 39 persen. Varian BA.4 dan BA.5 masing-masing menyumbang 6 persen dan 3 persen. Ke-9 varian lain dari keluarga Omicron mewakili 21 persen kasus dan selebihnya ialah mutan-mutan baru yang tak masuk katagori VoC maupun variant on interest (VoI).

Meski tak menunjukkan efek ledakan, European Centre for Disease Prevention and Control (Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa) mewanti-wanti akan sepak terjang BA.4 dan BA.5. Setelah muncul sebagai varian yang dominan di Afika Selatan pada Maret-April lalu, mereka juga tampil menjadi varian dominan di Portugal di akhir Mei 2022, dengan merepresentasikan 87 persen dari seluruh kasus.

Menurut WHO, pada pekan pertama Juni 2022, BA.4 telah menyusup ke-42 negara dan BA.5 ke-47 negara. Pertengahan Juni ini dipastikan sebarannya meluas. Sebagian besar negara Eropa Barat dan Utara sudah ditembusnya dan dengan kecenderungan semakin dominan. Di Belgia, misalnya, menurut European Centre for Disease Prevention and Control, porsinya cepat meningkat menjadi 19 persen pada BA.5 dan BA.4 menyumbang 7,5 persen. Diyakini angka ini akan terus bertambah pada hari-hari mendatang.

Maka, Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular itu mewanti-wanti bahwa beberapa waktu ke depan bakal terjadi lonjakan Covid-19 lagi di Eropa Barat dan Utara. Namun, lembaga ini tidak merekomendasikan ketentuan karantina wilayah, pembatasan mobilitas, dan kegiatan sosial, maupun dokumen medis bebas Covid-19 sebagai syarat perjalanan dan berkegiatan.

Situasi perekonomian Eropa masih redup setelah diterjang pandemi, disusul inflasi tinggi, dan kini berhadapan dengan harga pangan dan energi yang melonjak akibat perang di Ukraina. Seperti di Indonesia, dan banyak negara lain, otoritas kesehatan Eropa ini mengembalikan soal keselamatan diri terkait pandemi ini kepada masing-masing warga.

‘’Tak perlu panik. Yang penting protokol kesehatan terus ditegakkan,’’ ungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Tetap mengenakan masker terutama saat berada di ruangan tertutup yang padat atau saat berada dalam kendaraan umum. Cuci tangan tetap dianjurkan, vaksinasi tuntas, dan hidup secara sehat. Gelombang BA.4 dan BA.5 mungkin tak terhindarkan, namun yang penting risiko bisa dijauhkan.


Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari