Keketuaan ASEAN Indonesia di 2023 merupakan keketuaan Indonesia yang keempat kalinya. Kepala Negara optimistis, ASEAN tetap relevan menciptakan Indo Pasifik yang damai dan stabil, serta jadi pusat pertumbuhan ekonomi.
Acara kick off Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 diselenggarakan di Bundaran Hotel Indonesia, pada Minggu (29/1/2023) pagi. Acara ini ditandai dengan pemukulan alat musik rebana biang oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Meski hujan gerimis di Minggu pagi saat kick off berlangsung, tak menghalangi ribuan masyarakat untuk menyaksikan acara tersebut. Presiden Joko Widodo menyampaikan optimisme ASEAN akan tetap relevan menciptakan Indo Pasifik yang damai dan stabil, serta menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
Acara kick off yang diinisiasi Kementerian Luar Negeri, bertepatan dengan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau car free day. Suasana kian terlihat beda dan lebih semarak karena acara itu juga menyajikan Parade Nusantara.
Barisan parade terlihat warna-warni dan semarak yang terdiri atas marching band, parade pakaian karnaval, kelompok musik perkusi, dan kelompok-kelompok seni khas Jakarta, seperti tarian betawi dan ondel-ondel. Presiden didampingi Menteri Luar Negeri RI dan sejumlah menteri lainnya bersepeda santai dari Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara. Di depan Pusat Perbelanjaan Sarinah, Presiden Joko Widodo bergabung dengan barisan parade lalu berjalan kaki bersama-sama menuju Bundaran HI.
Parade itu melibatkan lebih dari 500 orang dari berbagai perwakilan, yakni kelompok sanggar Mawar Budaya, Rumah Musik Jakarta, Paskibra DKI Jakarta, pelajar sejumlah SMA Jakarta, kelompok musik Altajuru, Pemadam Kebakaran, dan SSY. Turut serta dalam barisan parade, sejumlah duta besar negara sahabat dan perwakilan organisasi internasional. Keceriaan HBKB semakin bertambah dengan keberadaan panggung hiburan yang dimeriahkan sejumlah pesohor.
Indonesia ditetapkan sebagai Ketua ASEAN pada KTT ASEAN ke-42 di Phnom Penh, pada November 2022. Periode Keketuaan Indonesia di ASEAN sendiri dimulai sejak 1 Januari 2023 dan akan berlangsung selama setahun sampai dengan 31 Desember 2023.
Sebagai salah satu negara pendiri ASEAN dan negara terbesar di ASEAN, banyak pihak menyandarkan harapan pada Indonesia untuk dapat melakukan berbagai terobosan dan inovasi dalam menghadapi berbagai permasalahan dunia yang juga dihadapi oleh kawasan.
Melalui tema Keketuaan ASEAN yaitu: “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth", Indonesia bertekad untuk terus menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat dari pertumbuhan ekonomi kawasan. “Sejarah ASEAN selalu terkait dengan ekonomi. Bahkan di tengah ancaman resesi, ekonomi Asia Tenggara diperkirakan masih lebih baik dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia,” ucap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, di sebuah kesempatan.
Berkaitan pertumbuhan ekonomi ASEAN, Bank Pembangunan Asia (ADB) pernah memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Menurut lembaga itu, ASEAN akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,75 persen pada 2023. Angka tersebut dinilai lebih tinggi dari angka rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia oleh International Monetary Fund (IMF), yakni sebesar 2,7 persen.
Tantangan Keketuaan
Selama masa Keketuaan Indonesia pada 2023, diperkirakan lebih dari 300 pertemuan akan terselenggara di Indonesia, baik dari pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi, maupun pilar sosial budaya. Pada isu politik dan keamanan, kawasan diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh isu-isu penting yang ada saat ini.
Hal itu di antaranya, (i) perkembangan rivalitas politik antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT); (ii) pembentukan kerja sama keamanan QUAD (The Quadrilateral Security Dialogue) antara AS, Australia, India, dan Jepang; (iii) pembentukan pakta pertahanan AUKUS antara AS, Australia, dan Inggris; (iv) ketegangan di Laut Natuna Utara; (v) situasi krisis pascapengambilalihan kekuasaan oleh militer di Myanmar pada 2021; serta (vi) dampak perang Rusia-Ukraina di 2022.
Situasi-situasi tersebut tidak dapat dipungkiri merupakan tantangan besar bagi ASEAN. Hanya saja, tetap perlu dilihat sebagai kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan semua pihak mengingat posisi ASEAN yang relatif netral dan tidak berafiliasi pada satu kekuatan blok tertentu.
Keketuaan Indonesia diharapkan juga mampu meminimalisir berbagai dampak dari disrupsi tersebut di atas, sekaligus mampu membawa ASEAN menjadi organisasi yang lebih efektif dan memiliki peran yang lebih besar sebagai lokomotif stabilitas dan kesejahteraan di kawasan.
Indonesia perlu menciptakan fondasi kerja sama yang kuat sebagai suatu bentuk legacy agar ASEAN dapat menghadapi segala bentuk tantangan secara agile sebagai satu kawasan.
Pada isu ekonomi, prospek pasar tenaga kerja di kawasan mulai menunjukkan tren pemulihan pada 2022 dan diperkirakan akan berlanjut pada 2023. Berdasarkan laporan ASEAN BioDiaspora Virtual Center (ABVC) per 1 Maret 2022, sekitar 72 persen penduduk ASEAN telah menerima vaksinasi Covid-19 penuh dan telah memenuhi target yang dicanangkan WHO pada angka 70 persen.
Pada isu sosial budaya, pelonggaran restriksi dan pembukaan perbatasan antarnegara dapat meningkatkan mobilitas masyarakat sehingga berbagai program people-to-people di ASEAN dapat bergulir kembali. Kondisi-kondisi itu dapat menjadi pendorong utama program pemulihan ekonomi di kawasan agar dapat kembali stabil dan bahkan melampaui angka-angka indikator pertumbuhan ekonomi yang sehat.
Keketuaan Kali Keempat
Bila dirunut ke belakang, Indonesia pernah menjadi ketua pada 1976, 2003, dan 2011. Artinya, Keketuaan ASEAN Indonesia di 2023 merupakan keketuaan Indonesia yang keempat kalinya. Sehingga tentunya momentum keketuaan ini perlu dipersiapkan secara maksimal. Di antaranya, dengan melakukan penguatan koordinasi di dalam negeri, baik dari segi teknis, substansi, dan sumber daya manusia.
Koordinasi itu dilakukan dalam rangka memastikan bahwa seluruh kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan memiliki kesamaan pandangan terhadap agenda-agenda prioritas yang menjadi kepentingan Indonesia di ASEAN dan mampu menyinergikan langkah implementasinya agar selaras dengan tujuan nasional.
Momentum Keketuaan Indonesia perlu dimanfaatkan demi mewujudkan peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia, memperkuat diplomasi ekonomi dan kesehatan, serta mengamankan kepentingan nasional pada pilar-pilar masyarakat ASEAN. Selain itu, Keketuaan Indonesia juga diharapkan dapat memunculkan ide dan inisiatif baru dalam mengatasi tantangan dan isu-isu krusial lainnya yang menjadi perhatian di kawasan dan dunia.
Terkait penyelenggaraan ratusan pertemuan, boleh jadi akan diadakan secara fisik apabila perkembangan situasi pandemi Covid-19 memungkinkan. Untuk sejumlah pertemuan tingkat teknis, bakal diselenggarakan di Gedung ASEAN Secretariat (Asec) berlokasi di Jl Sisingamangaraja, Jakarta Selatan.
Namun dalam rangka meningkatkan promosi destinasi wisata, pertemuan tingkat menteri ke atas dapat diselenggarakan di luar Jakarta, seperti di Bali, Balikpapan, Labuan Bajo, Lombok, Makassar, Medan, Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta. Dengan demikian diharapkan pula, Keketuaan Indonesia ini dapat berkontribusi meningkatkan potensi devisa negara hingga ratusan miliar rupiah, baik di pusat maupun daerah.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari