Hingga akhir 2024, Indonesia akan merampungkan pemesanan berlusin armada kapal perang sebagai bagian dari pemenuhan pokok minimum alat pertahanan TNI.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan 17.000 pulau dan wilayah lautan seluas 3.257.483 kilometer persegi dan daratan sebanyak 1.922.570 km2. Melihat besarnya luas lautan yang mencapai dua pertiga dari besarnya daratan tentu memberi dampak tersendiri bagi bangsa Indonesia. Setidaknya, perairan kita mempunyai potensi perikanan sangat besar, yakni mencapai 115,63 juta ton per tahun.
Hal itu mengutip pemaparan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dari IPB University Rokhmin Dahuri dalam Konferensi Internasional Perikanan dan Budaya Perikanan 2022 di Sri Lanka, Agustus 2022. Jika divaluasi, menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilainya dapat menyentuh USD1,33 triliun atau Rp20.482 triliun. Belum lagi potensi mineral bawah laut seperti minyak dan gas bumi yang nilainya tak kalah besar dari perikanan.
Untuk menjaga aset kekayaaan maritim Nusantara yang melimpah tadi, tentu saja dibutuhkan suatu benteng kokoh dan perkasa berwujud alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) seperti kapal perang. Menurut data Global Firepower tahun 2023, Indonesia sebagai negara urutan 13 dari 145 negara dalam hal kekuatan persenjataan militernya diketahui memiliki 324 unit armada perang.
Dengan kekuatan sebanyak yang disebutkan Global Firepower, maka Indonesia berada di urutan enam besar pemilik armada tempur laut terbanyak di antara 145 negara. Seluruh armada tempur tadi dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut, selaku penanggung jawab keamanan matra perairan Indonesia. Jika dirinci, sebanyak 10 unit kapal perang berjenis fregat, 21 unit korvet, empat unit kapal selam, sembilan unit kapal penyapu ranjau, dan 202 unit kapal patroli berbagai ukuran.
Namun, sebagian besar usia armada tidak bisa lagi dibilang muda karena berumur di atas 25 tahun, termasuk di dalamnya kapal-kapal perang bekas AL Jerman Timur yang dibeli Indonesia pada 1994. Pemerintah tentu tak tinggal diam dan bertekad kuat untuk meremajakan alpalhankam matra darat, laut, dan udara.
Lewat program pemenuhan kekuatan pokok minimum atau minimum essential forces (MEF) yang berjangka waktu 25 tahun, pemerintah juga berkeinginan supaya terjadi alih teknologi dari produsen asing kepada industri militer domestik, seperti melakukan produksi bersama di Indonesia. Sehingga, dapat memberi dampak ekonomi bagi terciptanya ekosistem industri pertahanan terpadu di Indonesia.
MEF sendiri dibagi dalam empat tahap di mana pada periode 2019--2024 merupakan tahap ketiga dan akan berakhir di periode 2024--2029.
Modernisasi dan Pengadaan
Pemerintah, melalui Kementerian Pertahanan, telah melakukan sejumlah langkah untuk belanja alpalhankam. Semua bermodal alokasi Pinjaman Luar Negeri (PLN) dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional senilai USD25,7 miliar atau Rp395,7 triliun untuk periode 2020-2024.
Misalnya, melakukan modernisasi terhadap 41 unit kapal perang di galangan milik PT PAL dan akan dituntaskan dalam dua tahap, akhir 2023 dan 2024. Demikian dikatakan Menhan Prabowo Subianto, di Jakarta, Rabu (8/3/2023). Menurut Menhan Prabowo, sebanyak 27 unit di antaranya bakal rampung di akhir 2023.
Paling cepat, ke-27 kapal perang hasil modernisasi itu akan diserahkan kepada TNI-AL pada 5 Oktober 2023. "Kita sedang modernisasi 41 kapal perang. Saya berharap 5 Oktober atau paling lambat pada Hari Armada RI 5 Desember 2023 sudah siap 27 kapal. Mudah-mudahan akan bertambah terus kesiapan kita," ujar purnawirawan bintang tiga tersebut.
Bukan saja modernisasi, Kemhan juga sudah menyepakati pembelian sejumlah fregat, kapal selam, dan kapal peluru kendali (rudal). Semua itu, kata mantan Panglima Kostrad TNI-AD tersebut, sudah masuk dalam prioritas pemerintah. Khusus kapal fregat, 50 persen dari armada fregat TNI-AL adalah buatan Belanda dan sudah berusia di atas separuh abad.
Kemhan telah menyepakati pembelian delapan unit fregat kelas berat (heavy frigate) kepada produsen kapal asal Italia, Fincantieri. Enam unit berupa fregat dari kelas FREMM dan dua lainnya merupakan unit bekas pakai AL Italia dari kelas Maestrale yang diretrofit oleh Fincantieri. Hal itu diketahui dari siaran pers perusahaan yang bermarkas di Trieste itu, pada 10 Juni 2021.
Seperti dikutip dari website Fincantieri, terbuka kemungkinan untuk menggandeng PAL dalam proses produksinya. Menurut orang nomor satu di Fincantrieri, yakni Giuseppe Bono, pembelian delapan unit fregat oleh Indonesia bermakna strategis dan membuka peluang kerja sama untuk produk lainnya. Mereka sendiri diketahui telah membangun 10 unit kapal FREMM untuk AL Italia.
Kelas FREMM merupakan kolaborasi teknologi Italia dan Naval Group, produsen kapal ternama Prancis dengan spesifikasi panjang 140 meter dan lebar 20 meter serta mampu membawa 108 awak dan perwira kapal. Sistem rudal pertahanan udara SAAM Aster 15 kaliber NATO dan rudal antikapal Teseo Mk2 disematkan pada kapal yang juga dipersenjatai Milas, sistem antikapal selam di segala cuaca.
Dua sistem peluncuran vertikal DCNS A43 ditanamkan pada setiap produk kelas FREMM ini. Sistem radar kapal berupa suite sonar Thales Type 4110 yang dipasang di lambung dan sonar derek aktif frekuensi sangat rendah, Thales Type 4929. Perlengkapan canggih lainnya adalah radar kendali tembakan pada sistem rudal berupa EMPAR multifungsi dan sistem kendali pelacak inframerah (IRST) dari Galileo Avionica SASS.
Selanjutnya, Indonesia juga akan membeli lisensi produksi dua fregat kelas Arrowhead 140 dari produsen Inggris, Bobcock. Kontrak pembelian telah dilakukan sejak Mei 2021 dan rencananya akan diproduksi di PAL, Surabaya dalam waktu 69 bulan.
Monster Bawah Laut
Sebelumnya, Indonesia juga telah memesan dua unit kapal selam kelas Scorpene dari Naval Group beserta persenjataan, suku cadang, dan pelatihan. Kesepakatan pembeliannya telah dilakukan antara Menhan Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Florence Parly di Jakarta, 10 Februari 2022.
Prancis juga telah setuju kalau produksi Scorpene dilakukan di PAL dengan pengawasan dari pihak Naval. PAL sendiri sudah berpengalaman memproduksi satu unit kapal selam kelas Chang Bogo dengan lisensi Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) Korea Selatan. Kapal selam buatan PAL yang dinamai KRI Alugoro-405 itu diresmikan pada 17 Maret 2021 dan bagian dari pembelian tiga unit kapal selam kepada DSME yang semuanya bertenaga diesel.
Dua unit lainnya, yaitu KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404, dibuat di galangan kapal DSME di Pulau Geoje, Gyeongsang, Korsel. Namun, kelas Scorpene lebih mutakhir dibandingkan Chang Bogo karena didesain sebagai kapal selam perang menengah. Mengutip Janes, Indonesia disebut akan memilih tipe terbesar yaitu Riachuelo, pengembangan Scorpene untuk AL Brasil atau dikenal sebagai Scorpene-1000.
Scorpene yang beratnya mencapai 1.800 ton dan panjang 75 meter tersebut dikembangkan bersama perusahaan Spanyol, Navantia. Kemampuan berpatrolinya bisa selama 70 hari karena tersemat teknologi Air-Independent Propulsion (AIP). Kapal berjulukan monster bawah laut ini memiliki kemampuan membawa 30 ranjau laut, 18 torpedo berat atau rudal Exocet antikapal, antikapal selam, dan antimisil permukaan di tubuhnya.
Tabung torpedonya mampu melakukan peluncuran manuver salvo dan semua proses, mulai dari pengisian senjata sampai peluncuran, dilakukan otomatis. Kapal ini dibekali empat generator diesel yang mampu menghasilkan daya sebesar 2.500 kilowatt (kW). Kecepatan maksimalnya di bawah laut mencapai 20 knot atau 37 kilometer per jam dan 12 knot saat di permukaan air.
Kemampuan menyelam terdalamnya saat uji coba mencapai 350 meter di bawah permukaan laut. Saat ini, Scorpene telah diproduksi sebanyak 12 unit dan digunakan oleh AL India (6), Brasil (4), Chile dan Malaysia masing-masing dua unit. Masuknya Scorpene ke dalam armada kapal selam RI akan menambah kekuatannya menjadi enam unit dan menurut rencana MEF, Indonesia mesti memiliki 12 unit kapal selam.
Tentu saja pengadaan alpalhankam matra laut tak akan berhenti sampai di situ. Masih berlusin kapal perang dan persenjataan canggih lainnya yang siap untuk dibeli Indonesia, demi menjaga keutuhan wilayah maritim serta supaya kita tetap berjaya di lautan.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari