PT Balai Pustaka (Persero), yang merupakan Badan Usaha Milik Negara, merambah ke industri kreatif dengan memproduksi film, komik digital, hingga gim.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang selama ini dikenal bergerak di bidang penerbitan dan percetakan buku telah bertransformasi. Sesuai instruksi Menteri BUMN Erick Thohir untuk menghidupkan kembali karya-karya sastra yang diterbitkan Balai Pustaka melalui film dan media digital yang diproduksinya.
"Balai Pustaka semangat untuk membangkitkan apa yang dimiliki Balai Pustaka, sebagai bagian perjalanan transformasi. Dimulai dengan film, kemudian ada produk digital yang juga dapat dinikmati masyarakat mulai dari game, webtoon, sampai beberapa produk lain yang diminati milenial," kata Direktur Utama PT Balai Pustaka Achmad Fachrodji, dalam acara press screening film "Kutukan Peti Mati" di kawasan Karet Kuningan, Jakarta Selatan, seperti dikutip Antara, 17 Juli 2023.
Erick Thohir sebagai Menteri BUMN yang berasal dari kalangan media dan sudah banyak malang melintang di industri kreatif mengharapkan, Balai Pustaka bisa hidup dan bangkit kembali melalui kekayaan intelektual atau buku-buku yang dimilikinya.
Bentuk transformasi Balai Pustaka menuju industri kreatif ini dimulai dengan merilis film perdana bertajuk "Kutukan Peti Mati" yang merupakan adaptasi dari novel "Sarcophagus Onrust" karya Astryd Diana Savitri.
Selain film itu, Balai Pustaka juga akan menghadirkan film adaptasi novel "Sitti Nurbaya" karya Marah Roesli. Ke depannya Balai Pustaka akan memproduksi film adaptasi karya-karya lain, seperti "Sengsara Membawa Nikmat", "Mencari Pencuri Anak Perawan", "Bawang Merah Bawang Putih", "Layar Terkembang", dan "Salah Asuhan" dengan cara menggaet sejumlah rumah produksi film.
Sementara itu, untuk media digital lain seperti gim dan komik digital, saat ini tengah menjalani tahap pengembangan dengan melibatkan para ahli di bidangnya masing-masing. Achmad mengatakan, akan mengumumkan produk-produk tersebut bila proses pengembangan telah rampung.
Kehadiran film dan media digital dapat mengenalkan karya sastra Indonesia kepada generasi penerus bangsa, yang pada masanya akan membuat mereka lebih mencintai negara. Dalam beberapa kesempatan, Menteri BUMN Erick Thohir juga mengarahkan PT Balai Pustaka berfokus kepada kekayaan intelektual (intellectual property/IP) karya kreatif yang sudah dimiliki oleh Indonesia.
"Lalu juga IP di Balai Pustaka, kita sedang bicara dengan direksi dan komisaris Balai Pustaka bahwa kenapa tidak Balai Pustaka fokus kepada IP-IP (karya) yang sudah dimiliki oleh Indonesia, tidak bersaing dengan IP (karya) baru yang diciptakan anak muda Indonesia," ujar Menteri Erick, dalam seminar daring di Jakarta, Minggu, 16 Juli.
Menteri BUMN pun mencontohkan, cerita-cerita rakyat Indonesia seperti "Lutung Kasarung", "Legenda Tangkuban Perahu", atau cerita-cerita lainnya yang bisa dijadikan IP. Selain itu, Menteri Erick, karya-karya ternama seperti "Siti Nurbaya" ataupun "Tiga Dara" ini dijadikan IP saja.
"Di mana nanti kita pegang IP-nya, silakan produsernya dari pihak swasta. Kita kembangkan," kata Menteri Erick.
Menteri Erick juga mencontohkan, dinamika pengadopsian cerita "Mulan" yang tadinya dimiliki oleh Tiongkok dan kini menjadi milik Walt Disney. "Ini sama, Balai Pustaka fokus saja kepada IP-IP karya yang sudah kita miliki. Namun, berkolaborasi dengan kreator konten lokal," kata Menteri Erick.
Lebih Kekinian
Menteri Erick mengatakan bahwa kesungguhan, kreativitas, inovasi, dan semangat untuk menang ini juga diharapkan menjadi spirit atau semangat, baik direksi serta tim Balai Pustaka agar melakukan inovasi memproduksi konten yang menarik, serta menghidupkan properti intelektual yang dimiliki Balai Pustaka agar bisa dibuat lebih kekinian.
Di samping itu Menteri Erick juga ingin agar Telkom dan Telkomsel menjadi agregator bagi konten lokal seperti film dan musik dalam rangka membantu ekosistem yang baik bagi dunia perfilman dan konten kreatif Indonesia. Menteri Erick juga sudah meminta Produksi Film Negara (PFN) jangan menjadi pesaing yang membuat film. PFN justru mau dijadikan lembaga pembiayaan film oleh Menteri BUMN tersebut.
Perum PFN akan segera diubah menjadi lembaga keuangan perfilman atau pembiayaan film yang akan mendanai produksi film-film Indonesia. Sehingga PFN akan mengarah dan masuk ke klaster jasa keuangan nantinya.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari