Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menyampaikan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 telah mencatat surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Perekonomian global pada 2024 masih menghadapi tantangan yang signifikan berupa ketidakpastian politik dan perubahan dinamika ekonomi antarnegara.
Tantangan itu berupa masih terus terjadi perang dagang, fluktuasi harga komoditas, serta dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan menjadi faktor utama yang mempengaruhi arus perdagangan internasional.
Di tengah kondisi ini, Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi berkembang tentu berupaya mengoptimalkan posisinya di pasar global dengan menjaga keseimbangan neraca perdagangannya.
Upaya yang tak kenal henti kini mulai membuahkan hasil. Kondisi itu tergambarkan dari perkembangan neraca perdagangan Indonesia di periode Mei 2024, seperti dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (19/6/2024).
Menurut laporan lembaga tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 kembali mencetak surplus USD2,93 miliar, atau naik USD0,21 miliar secara bulanan. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan RI mencapai USD13,06 miliar di periode tersebut.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah menyampaikan surplus neraca perdagangan Indonesia ini telah mencatat surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Dia menuturkan surplus pada Mei 2024 ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu “Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas yaitu sebesar USD4,26 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya bahan bakar mineral HS 27, lemak dan minyak hewani nabati HS 15, besi dan baja HS 72,” ujarnya.
Habibullah mengatakan surplus neraca perdagangan nonmigas Mei 2024 lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan lalu namun lebih tinggi dibandingkan dengan Mei 2023.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,33 miliar dengan komoditas penyumbang utama yaitu hasil minyak dan miyak mentah.
Defisit neraca perdagangan komoditas Mei 2024 lebih rendah dari bulan lalu dan bulan yang sama tahun sebelumnya. BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 anjlok menjadi USD19,65 miliar secara year-to-year (yoy).
Mulai Bergairah
Namun, secara month-to-month atau mtm, kinerja ekspor naik 13,82 persen dibandingkan April 2024. Artinya, pelaku usaha mulai kembali bergairah dan mulai menggenjot aktivitas ekspornya.
Produk ekspor apa saja yang mendongkrak kinerja ekspor pada Mei 2024? BPS melaporkan peningkatan ekspor nonmigas, terutama terjadi pada komoditas mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya.
Komoditas itu adalah mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya yang naik sebesar 26,66 persen dengan andil 1,34 persen, bijih logam terak dan abu sebesar 25,96 persen dengan andil 1,09 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 26,8 persen dengan andil 1 persen.
Sementara itu, total nilai impor Indonesia pada Mei 2024 mencapai USD19,40 miliar, naik sebesar 14,82 persen jika dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya (mtm).
Habibullah menjelaskan nilai impor migas mengalami penurunan pada Mei 2024 sebesar 7,91 persen secara bulanan (mtm) menjadi USD2,75 miliar. Di sisi lain, nilai impor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 19,7 persen mtm menjadi USD16,65 miliar.
Berkomentar soal kinerja neraca perdagangan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menilai surplus neraca perdagangan periode Mei 2024 dukung surplus sektor nonmigas sebesar USD4,26 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas sebesar USD1,33 miliar.
Airlangga menyebutkan di tengah kondisi ekonomi global saat ini, kinerja ekspor Indonesia mampu menunjukkan performa baik dimana pada Mei 2024 nilai ekspor Indonesia mencapai USD22,33 miliar, meningkat 13,82 persen secara mtm atau 2,86 persen secara yoy.
Capaian tersebut terdiri ekspor migas sebesar US$ 1,42 miliar dan ekspor nonmigas sebesar US$ 20,91 miliar. Dengan demikian, ekspor migas naik sebesar 5,12% mtm dan ekspor nonmigas naik sebesar 14,46% mtm.
Kemana saja tujuan ekspor nonmigas Indonesia periode Mei 2024 dibandingkan April 2024? Laporan BPS menyebutkan peningkatan nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Adapun ekspor Indonesia ke ASEAN dan Uni Eropa.
Kenaikan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia mengindikasikan bertambahnya daya serap atas produk ekspor Indonesia. Ini tercermin dari peningkatan aktivitas PMI manufaktur Tiongkok, Amerika Serikat, ASEAN dan Uni Eropa.
Dari 10 komoditas dengan nilai ekspor nonmigas terbesar, hampir semua komoditas mengalami peningkatan, dengan peningkatan terbesar pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar USD263,6 juta (naik 26,66 persen). Sementara yang mengalami penurunan hanya lemak dan minyak hewani/ nabati sebesar USD268,0 juta (turun 14,32 persen).
Berdasarkan sektornya, kinerja ekspor sektor industri pengolahan meningkat sebesar 16,40 persen mtm, pertambangan dan lainnya meningkat 6,26 persen mtm, pertanian, kehutanan, dan perikanan meningkat 32,45 persen mtm, serta migas meningkat 5,12 persen mtm.
Sedangkan nilai Impor pada Mei 2024 mencapai USD19,40 miliar, naik 14,82 persen mtm, namun turun 8,83 persen yoy. Impor ini terdiri dari impor nonmigas sebesar USD16,65 miliar, naik sebesar 19,70 persen mtm namun turun 8,23 persen yoy. Kemudian, impor migas sebesar USD2,75 miliar, turun 7,91 persen mtm dan 12,34 persen yoy.
“Kinerja impor terbesar berdasarkan penggolongan penggunaan barang yakni Bahan baku atau penolong, diikuti dengan barang modal, kemudian barang konsumsi,” ungkapnya.
Tiga negara dengan kenaikan impor nonmigas terbesar yakni Tiongkok, Amerika Serikat, dan Thailand. Sedangkan Belanda menjadi negara dengan penurunan terdalam untuk impor komoditas nonmigas.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari