Indonesia.go.id - Menilai Kondisi Makro Ekonomi Indonesia

Menilai Kondisi Makro Ekonomi Indonesia

  • Administrator
  • Selasa, 30 Mei 2023 | 08:48 WIB
EKONOMI
  Sejumlah wisatawan mancanegara mengunjungi pasar seni di Pantai Kuta, Badung, Bali, Selasa (9/5/2023). Sebanyak 2,24 juta wisman melakukan kunjungan ke Indonesia, jumlah itu mengalami kenaikan 508,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Membaiknya kinerja neraca pembayaran Indonesia mendorong posisi cadangan devisa di akhir Maret 2023 meningkat.

Di tengah-tengah perekonomian global yang masih tidak menentu, kondisi makro ekonomi Indonesia masih tetap stabil dan terjaga likuiditasnya. Indikator itu tergambarkan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat surplus USD6,5 miliar pada kuartal I-2023, naik dari kuartal IV-2023 yang sebesar USD4,7 miliar.

Kinerja NPI yang moncer itu tak lepas dari berlanjutnya surplus transaksi berjalan serta diiringi dengan kenaikan signifikan surplus transaksi modal dan finansial. Sebelum lebih jauh membahas kinerja NPI di kuartal I-2023, mungkin ada pembaca yang belum mengetahui apa itu neraca pembayaran?

Neraca pembayaran merupakan suatu catatan yang meringkas transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu. Neraca pembayaran terdiri dari lima komponen utama, yaitu neraca transaksi berjalan, neraca modal, neraca finansial, selisih perhitungan bersih, dan lalu lintas moneter.

Berkomentar soal kinerja NPI, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengemukakan, kinerja itu telah mendorong posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2023 meningkat dari sebelumnya USD137,2 miliar pada akhir Desember 2022 menjadi USD145,2 miliar. "Artinya lainnya, kondisi itu menggambarkan posisi cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ujar Erwin dalam pernyataan resminya, Selasa (23/5/2023).

Lebih jauh lagi data Bank Indonesia menunjukkan transaksi berjalan kembali mencatat surplus, yang didukung oleh surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi. Sebagai informasi, pada kuartal I-2023, transaksi berjalan membukukan surplus seebsar USD3 miliar (0,9 persen dari PDB), melanjutkan capaian surplus pada kuartal IV-2022 sebesar USD4,2 miliar atau setara dengan 1,3 persen dari PDB.

Erwin menjelaskan, surplus neraca perdagangan barang tetap tinggi didukung oleh permintaan dari mitra dagang utama yang tetap baik terhadap komoditas ekspor nonmigas dan penurunan defisit migas seiring penurunan harga minyak dunia.

Defisit neraca jasa mengalami penurunan, ditopang oleh kinerja jasa perjalanan yang terus menguat seiring dengan mobilitas yang meningat dan dampak positif dari pembukaan ekonomi Tiongkok, sehingga mendorong kenaikan kunjungan wisatawan manca negara.

 

Membaiknya Sektor Pariwisata

Tak dipungkiri, membaiknya kinerja sektor pariwisata telah mendongkrak transaksi berjalan. Dari sektor tersebut, pemerintah telah menetapkan target perolehan devisa sekitar USD10 miliar, atau Rp148,73 triliun dari semula USD5,95 miliar.

Target itu naik 42,25 persen dibandingkan perolehan devisa pada 2022 senilai USD7,03 miliar. Sebagai informasi, seperti disampaikan Kemenparekraf, perolehan devisa itu dari kunjungan wisatawan mancanegara telah dinaikkan targetnya menjadi 8,5 juta tahun ini.

"Revisi target berdasarkan capaian kinerja sektor pariwisata yang impresif pada kuartal I-2023. Pada periode itu, sebanyak 2,24 juta wisman melakukan kunjungan ke Indonesia, " ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Selasa (23/5/2023).

Kunjungan wisman di periode tersebut, tambah Sandi Uno, naik 508,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya 369.180 kunjungan. Salah satu strategi untuk mencapai target itu adalah dengan berkolaborasi dengan pelaku industri pariwisata karena mereka itulah yang menjadi garda terdepan dalam menjual potensi pariwisata negara ini.

Masih pada kesempatan yang sama soal neraca pembayaran Indonesia, Erwin Haryono menambahkan, selain penurunan defisit neraca jasa juga diikuiti dengan penurunan defisit neraca pendapatan primer. “Kondisi itu dipengaruhi oleh pembayaran imbal hasil investasi yang lebih rendah," ujar Erwin.

Di sisi lain, transaksi modal dan finansial mencatat surplus terutama ditopang oleh peningkatan kinerja investasi portofolio. Transaksi modal dan finansial pada kuartal I-2023 mencatat surplus USD3,4 miliar (1 persen dari PDB), naik signifikan dibandingkan dengan surplus USD0,3 miliar (0,1 persen dari PDB) pada kuartal IV-2022.

Dia menjelaskan, perkembangan ini dikontribusikan oleh peningkatan kinerja investasi portofolio, terutama dalam bentuk aliran masuk pada surat berharga negara (SBN) domestik, seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda dan imbal hasil aset keuangan yang menarik.

Investasi langsung juga tetap solid, dengan membukukan peningkatan surplus sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap terjaga. Sedangkan, transaksi investasi lainnya mengalami peningkatan defisit, antara lain, disebabkan oleh peningkatan investasi swasta dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri.

Bank Indonesia menilai kinerja neraca pembayaran kuartal I-2023 yang meningkat, terus menopang ketahanan eksternal Indonesia. Dalam rangka itu, dia menambahkan, ke depan Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI.

“Kami juga terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," ujar Erwin.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari