Indonesia.go.id - Hajat Akbar G20 Lokomotif Kebangkitan Pariwisata Tanah Air

Hajat Akbar G20 Lokomotif Kebangkitan Pariwisata Tanah Air

  • Administrator
  • Kamis, 28 April 2022 | 06:00 WIB
G20
  Delegasi pertemuan EDM-CSWG G20 mendengarkan cerita dari pemandu di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (24/3/2022). Kunjungan wisata peserta forum EDM-CSWG G20 Indonesis 2022 tersebut untuk memperkenalkan destinasi wisata di Indonesia. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Rangkaian acara KTT G20 menjadi sarana promosi kekayaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia ke dunia internasional.

Agenda Presidensi G20 Indonesia 2022 tidak hanya menggelar pertemuan working group, pertemuan tingkat menteri, hingga puncaknya konferensi tingkat tinggi (KTT), melainkan juga side events. Ratusan kegiatan G20 pada tahun ini paling banyak digelar di Indonesia.

Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) optimistis dari sejumlah side events pariwisata dan ekonomi kreatif G20 mampu menonjolkan citra positif sekaligus mempromosikan keragaman budaya dan pariwisata yang dimiliki Indonesia.

Kegiatan G20, selain membangkitkan pariwisata di setiap daerah, juga ikut menyerap tenaga kerja. Kemenparekraf memprediksi, hanya dari side events saja dapat menciptakan sebanyak 10.000 hingga 15.000 lapangan kerja baru. Kegiatan side events yang digelar dalam rangka menyambut G20 ini rencananya akan berada di wilayah Bali, Solo, Yogyakarta, dan 16 kabupaten/kota di Indonesia.

Penyelenggaraan rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang melibatkan berbagai pihak, menjadi salah satu momentum untuk kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tanah air. Selama dua tahun pandemi Covid-19, sektor parekraf paling terdampak.

Dalam sambutannya saat menghadiri workshop nasional “Pemulihan Sektor Pariwisata Global melalui Penguatan UMKM dan Komunitas dalam Kerangka G20” secara daring, Kamis (21/4/2022), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, pemulihan sektor parekraf pascapandemi Covid-19 merupakan prioritas utama Kemenparekraf. Pemulihan tersebut berlandaskan pilar inovasi, adaptasi, dan kolaborasi untuk menghadirkan kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu.

Dengan demikian, rangkaian acara KTT G20 juga menjadi sarana memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan sektor parekraf Indonesia kepada dunia internasional. "Sehingga hal ini diharapkan dapat menggerakkan perekonomian Indonesia," kata Menparekraf.

Pelaksanaan workshop nasional ini merupakan salah satu langkah konkret untuk memperkuat kontribusi masyarakat dalam memperkuat presidensi G20 Indonesia dalam forum Tourism Working Group (TWG).

Di forum TWG G20, isu utama yang akan dibahas dalam pertemuan tahun ini adalah penguatan masyarakat sebagai agen perubahan untuk transformasi pariwisata yang terfokus pada lima line of action. Pertama SDM yang berkaitan dengan tenaga kerja, kecakapan, kewirausahaan, dan pendidikan; kedua inovasi, digitalisasi, dan ekonomi kreatif; ketiga, pemberdayaan perempuan dan pemuda; keempat, penanganan iklim, konservasi biodiversitas, dan ekonomi sirkular; dan yang kelima kerangka kebijakan, tata kelola, dan investasi.

"Dengan tema tersebut saya harap para menteri pariwisata (negara) G20 dengan dukungan UNWTO dan mitra terkait akan menyepakati dokumen policy guidelines. Yaitu, pedoman penguatan komunitas dan UMKM sebagai agen transformasi pariwisata pemulihan yang berpusat pada rakyat," lanjut Sandiaga.

Dalam kesempatan itu, Menteri Sandiaga juga menyampaikan Indonesia akan menyampaikan pemikiran terkait sektor parekraf dalam forum Sidang Umum PBB pada awal Mei 2022. "Ini merupakan suatu kehormatan bagi Indonesia yang memegang Presidensi G20 dan Keketuaan ASEAN Tourism Forum untuk menyampaikan pemikiran kita bagaimana sektor ini bisa menjadi job creator, pengungkit, dan lokomotif kebangkitan ekonomi dan sektor yang akan menata ekonomi baru kita pascapandemi," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Sesmenparekraf/Sestama Baparekraf Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, workshop nasional itu diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi publik secara luas, khususnya pentahelix pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu para pelaku usaha, pemerintah, komunitas lokal, akademisi dan media, mengenai isu-isu yang diangkat dan dibahas dalam TWG G20.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menambahkan, pihaknya siap mendukung perhelatan G20 di Tanah Dewata. Saat ini Bali tengah memasuki masa pemulihan setelah dua tahun terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Mulai dibukanya akses mobilitas masyarakat khususnya turis mancanegara ke Bali sejak Oktober 2021 membuat pariwisata kembali menggeliat. Persyaratan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) ke Bali semakin dimudahkan di masa new normal. Begitu pula dengan kebijakan visa on arrival (VoA) bagi 43 negara dan bebas visa untuk negara ASEAN, yang menambah peluang bertambahnya turis datang ke Bali.

"Jumlah kunjungan turis asing ke Bali kini rata-rata 2.000-2.500 orang per hari. Memang belum kembali ke angka 17.500 per hari seperti sebelum pandemi. Tapi jauh lebih baik karena tahun lalu saat pembatasan kegiatan masyarakat pernah sampai nol. Diharapkan secara bertahap, pada akhir 2023 atau 2024, pariwisata Bali bisa pulih seperti sediakala," jelas Wagub, yang akrab disapa Cok Ace itu.

Cok Ace menambahkan, fasilitas pariwisata di Bali sudah mulai dibuka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sampai saat ini tingkat cakupan penerima vaksin booster di wilayah itu sudah mencapai 58,32 persen. Hingga akhir tahun sudah ada 27 event budaya, 7 MICE internasional/nasional, dan 9 ajang olahraga yang siap digelar di Bali.

Akademisi Universitas Udayana, I Nyoman Darma Putra, mengingatkan G20 diharapkan menjadi pendorong kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali. Untuk itu, ia meminta agar pemerintah memperhatikan kondisi para pelaku pariwisata maupun UMKM di Bali yang terdampak pandemi Covid-19. Pemerintah perlu melakukan pendekatan yang berbeda antara para pelaku pariwisata. Sebab, ada yang sangat siap karena masih bertahan hingga ada juga yang kondisi usahanya sampai kolaps.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari