Laporan Bank Dunia juga menunjukkan, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan enam sampai sembilan jam beraktivitas di dunia maya. Tapi hanya tiga persen di antaranya yang memiliki nilai komersial.
Perhelatan Youth G20 (Y20) merupakan momentum bagi anak-anak muda Indonesia turut ambil bagian dari transformasi digital yang terjadi secara global. Diperlukan partisipasi lebih banyak lagi dari kalangan muda untuk terlibat isu literasi keuangan digital.
Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia Maudy Ayunda menjelaskan, dari ajang Presidensi G20 Indonesia 2022 inilah peran anak muda menjadi penting dalam mewujudkan visi "Recover Together, Recover Stronger" sebagai upaya memulihkan dunia dari dampak nestapa pandemi Covid-19.
"Masih banyak lagi program yang dilakukan pemerintah yang berkolaborasi dengan banyak pihak untuk meningkatkan literasi digital dan keuangan digital. But of course, there is still room for more action," ujar Maudy seperti dilansir dari YouTubeSekretariat Presiden di Jakarta, Jumat (29/4/2022).
Diakui oleh Maudy, selama dua tahun pandemi corona melanda tanah air terjadi percepatan digitalisasi yang dirasakan sangat nyata. Khususnya pada sektor layanan publik seperti transportasi, kesehatan, hingga keuangan. Dengan kekuatan digitalisasi tentunya bagi Indonesia pemulihan ekonomi pascapandemi sebenarnya bisa didapatkan dengan mudah.
Apalagi mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat persentase anak muda produktif di tanah air kini mencapai 52 persen lebih. "Bayangkan jika semua anak muda melek digital. Dengan jumlah tersebut tentu akan menjadi efek bola salju untuk memajukan bangsa," ujar pesohor lulusan Harvard University itu.
Kendati demikian, ia tidak menutup mata masih ada kesenjangan di masyarakat dalam mengakses internet. Berdasarkan riset Indonesia Youth Diplomacy dan Cint 2021, sebanyak 61 persen anak muda di negara anggota G20 masih mengalami kesulitan dalam mengakses internet seperti koneksi yang tidak stabil dan lambat, atau persoalan harga yang belum terjangkau.
Laporan Bank Dunia juga menunjukkan, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan enam sampai sembilan jam beraktivitas di dunia maya. "Tapi hanya tiga persen di antaranya yang memiliki nilai komersial. We are clearly using the internet a lot. But not transacting online enough," beber Maudy.
Oleh karena itu, penting untuk menguatkan literasi digital dan keuangan digital di kalangan anak muda. Dengan begitu, mereka semakin terampil sekaligus meraih manfaat bisnis dari digitalisasi keuangan tersebut. Adanya literasi keuangan digital juga diharapkan dapat memudahkan dan mengamankan proses transaksi dan data di dunia digital.
Sebetulnya, pemerintah sudah bergerak aktif untuk mengatasi kesenjangan akses internet, meningkatkan literasi digital termasuk mengenai keuangan digital.
Dari segi infrastruktur, untuk menciptakan kesetaraan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghadirkan jaringan backbone serat optik di seluruh Indonesia lewat proyek Palapa Ring. Pembangunan menara-menara base transceiver station (BTS) untuk menangkap jaringan komunikasi yang lebih baik khususnya di kawasan terpencil pun kini semakin gencar dilakukan.
Di samping itu, terkait literasi digital dan literasi keuangan digital pemerintah juga menyediakan beragam program. Seperti Gerakan Literasi Digital Nasional. Sementara untuk pembahasan spesifik soal keuangan digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggulirkan Gerakan Literasi Keuangan Digital.
Meski demikian diperlukan kolaborasi yang lebih nyata dan dukungan lebih banyak pihak agar literasi digital dan literasi keuangan bisa dicapai dengan baik. Pasalnya, hal tersebut sebenarnya tidak hanya dialami oleh Indonesia, melainkan juga negara-negara lain di dunia terutama untuk negara berkembang.
Pertemuan Youth 20 yang diikuti oleh para anak muda dari negara-negara anggota G20 menjadi salah satu forum yang tepat untuk membicarakan isu-isu global tak terkecuali mengenai literasi keuangan digital.
Selama Presidensi G20 Indonesia, perwakilan Indonesia untuk Y20 pun sudah aktif terlibat dalam Pra-Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Y20 ke-2 yang telah berlangsung pada 23-24 April 2022 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Dalam Pra-KTT itu, literasi keuangan digital menjadi salah satu topik yang dibahas dan menjadi prioritas bahasan sehingga bisa menghasilkan solusi nyata bagi masa depan dunia.
Sebelumnya, saat membuka Pra-KTT Y20 ke-2, Menkominfo Johnny G Plate menjelaskan, perkembangan ekonomi digital saat ini juga mendorong paradigma organisasi eksponensial, di mana perusahaan memanfaatkan teknologi dan mempekerjakan lebih banyak karyawan bertalenta teknologi dan cerdas.
Oleh karenanya para pemuda diharapkan bisa memiliki keterampilan digital mumpuni dengan mulai meningkatkan kapasitas digitalnya.
"Di sana orang-orang, terutama kaum muda, harus mempertahankan keahlian mereka melalui peningkatan keterampilan hard skill untuk mengejar transformasi digital dan keterampilan soft skill yang berfokus pada berpikir kritis, komunikatif, kreatif, dan kolaboratif," tutur Menkominfo.
Terdapat empat bidang prioritas yang diusung dalam event engagement group Y20 ini, yakni ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, planet yang berkelanjutan dan layak huni; serta keragaman dan inklusi.
Indonesian Youth Diplomacy (IYD), organisasi nirlaba kepemudaan, menjadi tuan rumah resmi untuk menyambut delegasi muda Y20 dari berbagai negara. Sebelum KTT Y20 Indonesia 2022 digelar, empat Pra-KTT untuk masing-masing bidang prioritas akan diadakan secara terpisah di empat kota di Indonesia, yakni Palembang (Maret), Lombok (April), Balikpapan (Mei), dan Manokwari (Juni). Acara puncak KTT Y20 Indonesia 2022 direncanakan digelar di DKI Jakarta dan Bandung pada Juli.
Adapun Pra-KTT ke-2 di Lombok ini menyediakan forum bagi para pemimpin muda domestik dan internasional untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan topik yang berfokus pada bidang prioritas transformasi digital, terutama mengenai peran pemuda dalam tata kelola digital dan kesadaran keuangan digital.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari