Pandemic preparedness fund sudah digalang. Terkumpul USD1 miliar untuk membangun sistem ketahanan kesehatan global. Platform GISAID dipilih sebagai keranjang data surveilans.
Tahap demi tahap persiapan sudah bergulir. Setelah sesipertama Health Working Group Meeting G20 rampung digelar 28--30 Maret 2022 di Yogyakarta, sesi keduanya pun sudah dilaksanakan di Lombok, 6--8 Juni 2022. Pada tahap pertamatema yang dibahas adalah "Harmonisasi Standar ProtokolKesehatan Global”, sedangkan pada isu keduanya ialah “Membangun Sistem Ketahanan Kesehatan Global’’.
Dalam press briefing di sela-sela acara meeting di Lombok, Senin (6/6/2022), Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, ada tiga isu pokok yang dibahas pada pertemuan tahap kedua itu. Yang pertama, soal dana pencegahan pandemi. Kedua, mekanisme penggunaan dana itu. Ketiga, pengoperasian data di laboratorium dunia untuk berbagi patogen yang dinilai dapat berkembang menjadi pandemi.
"Tiga hal itu yang kami mau capai di Health Working Group II Meeting hari ini. Yang pertama, kami ingin memformalkan pembentukan pandemic preparedness fund. Jadi kalau ada pandemi lagi, nanti ke depannya, itu harus ada cadangan uang," ujar Budi kepada wartawan.
"Kedua yang kita mau capai adalah tata kelolanya. Begitu fund ini terbentuk, kita harus menemukan cara bagaimana uang ini bisa dipakai untuk mengakses apa yang disebut sebagai emergency health countermeasures, seperti alat-alat kesehatan dan objek-objek kesehatan yang memang dibutuhkan pada saat pandemi," Budi Gunadi menambahkan.
Yang ketiga ialah surveilans patogen dan sebarannya. Dalam soal ini, ada isu tentang standardisasi peralatan. Diperlukan standar perkakas yang setara di seluruh dunia untuk melakukan identifikasi penyakit menular, memonitor perkembangan dan melaporkan, serta saling mengonfirmasikan hasil surveilans. Tujuannya agar memperoleh gambaran yang valid tentang penyebarannya.
"Kita mau memastikan ada agreement, agar semua lab-lab di dunia bisa sharing data patogen. Bisa sharing data virus, bakteri, atau parasit, nanti kalau ada pandemi berikutnya," ujar Budi Gunadi lagi. Ketiga isu besar itu memerlukan rincian teknis pada aspek pelaksanaannya, agar sistem ketahanan kesehatan global itu bisa berjalan.
Ketiga agenda itulah yang dibahas selama tiga hari oleh para peserta pertemuan yang berlangsung secara hibrida itu, ada yang hadir secara online dan ada pula yang offline. Secara keseluruhan ada 43 tim utusan negara dan organisasi internasional yang diundang, termasuk delegasi anggota G20. Peserta domestik datang dari berbagai instansi pemerintah,seperti Kementerian Kesehatan serta pemangku kepentingan lainnya.
Dalam pembicaraan teknis itu muncul gambaran yang lebih aktual. Pandemic preparedness fund yang terkumpul sampai saat ini (Juni 2022), seperti dikemukakan oleh Menkes Budi Gunadi, baru sebesar USD1 miliar. Indonesia menyumbang USD50 juta. Keperluannya USD15 miliar. Uang ini akan dikelola sebagai dana perantara keuangan (financial intermediary). Urusan berikutnya ialah mendorong negara-negara anggota G20 merealisir komitmen bantuannya.
Draf tentang tata kelola dan penggunaannya pun sudah disusun, termasuk alokasi untuk aksi-aksi surveilans dan aksi tanggap darurat atau pandemic preparedness and response(PPR). Ujungnya, semua diharapkan akan berada di bawah WHO. Namun, pelaksanaannya akan melibatkan banyak lembaga filantropi seperti The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI).
Terkait aksi surveilans, tema yang berkembang adalah pada sharing data dan tata kelolanya. Forum Health Working Group Meeting G20 itu cenderung menyepakati tak semua data patogen dibagikan yang perlu di-share, tutur Sekjen Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha, pada press briefing Selasa (7/6/2022), adalah data patogen yang membawa potensi pandemi. “Yang perlu kita dorong, agar bisa dibagi data analisisnya. Semua negara bisa mengaksesnya, dan bisa memberikan analisis dari berbagai sisi,” ujarnya.
Kunta Wibowo menuturkan pula, platform GISAID dinilai paling pas menjadi keranjang data patogen itu. "Kita sudah melihat seluruh platform yang mempunyai job serupa dengan GISAID. Dan waktu kita lihat sebenarnya ada perbedaan-perbedaan. Pada GISAID bukan sampel yang kita kirim, tapi analisisnya," tutur Kunta.
Dengan begitu, data yang terkumpul di GISAID bisa langsung dipakai untuk analisis kondisi pandemi secara lebih cepat.Masih ada sejumlah isu lainnya yang dirumuskan dalam Health Working Group (HWG) Meeting di Lombok itu. Rumusan itu akan melengkapi draf yang dihasilkan HWG Meeting tahap satu di Yogyakarta, akhir Maret lalu. Dalam HWG Meeting bertema “Harmonisasi Standar ProtokolKesehatan Global” di Yogyakarta itu banyak dibahas antara lain soal standardisasi alat deteksi, alat surveilans, alat diagnosis, metode tracing, berikut indikator-indikator pandemi.
Bukan hanya Covid-19, forum HWG Yogyakarta itu sempat membahas penyakit tuberculosis. Rumusan ini nantinya akan menjadi masukan bagi draf untuk sherpa track sektor kesehatan, yang ujungnya semua akan bermuara ke KTT G20 di Nusa Dua Bali, di akhir November 2022. Untuk sampai ke KTT itu, dilakukan serangkaian pertemuan tingkat working group dan side event-nya.
Seluruhnya ada 150 working group meeting dan 200 side event. Semua digelar di 20 kota/lokasi.
Penulis : Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari