Indonesia.go.id - EdWG G20 Mendorong Mahasiswa Punya Nilai Jual

EdWG G20 Mendorong Mahasiswa Punya Nilai Jual

  • Administrator
  • Minggu, 26 Juni 2022 | 13:51 WIB
G20
  Ilustrasi. Sejumlah peserta didik menyusun bahasa pemograman web saat mengikuti program
Dunia kerja di masa depan membutuhkan orang yang memiliki kepribadian dan keahlian unik yang memiliki nilai jual.

Pemerintah terus mendorong isu pendidikan berkualitas serta merata dalam forum Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Education Working Group/EdWG). Pada pertemuan ketiga EdWG, Indonesia mengagendakan pembahasan tema "Solidarity and Partnership dan The Future Work Post Covid-19" atau Solidaritas dan Kemitraaan serta Masa Depan Dunia Kerja Pasca-Covid-19.

Pada pertemuan kedua, Ketua EdWG G20 Iwan Syahril mengatakan, Indonesia telah mendorong pembahasan seputar isu quality education dan digital teknologi. Dalam forum tersebut, ada empat agenda prioritas, yakni solidaritas dan kemitraan atau solidarity and partnership, pendidikan berkualitas untuk semua atau universal quality education, teknologi digital dalam pendidikan atau digital technologies in education, dan masa depan dunia kerja pasca -Covid-19 atau the future of work post Covid-19.

Iwan yang juga Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek mengatakan, pada intinya, keempat isu yang diusung Indonesia mendapat apresiasi dan sambutan positif dari para delegasi negara anggota dan negara undangan khusus. "Alhamdulillah empat isu penting ini didukung oleh negara-negara anggota dan negara-negara undangan khusus, sehingga diskusi berjalan dengan baik," ujar Iwan Syahril dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertema “Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pasca Pandemi” pada Kamis (23/6/2022).

Badai Covid-19 dalam dua tahun terakhir membuat seluruh dunia mengalami hambatan dan tantangan. Termasuk, salah satunya, di sektor pendidikan yang mengubah pola pembelajaran dari tatap muka menjadi secara dalam jaringan (daring) atau memakai piranti online.

Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, Indonesia selaku pemangku Presidensi G20 2022, menginisiasi Kelompok Kerja Pendidikan G20 yang dipimpin oleh Kemendikbudristek. Forum yang terdiri dari negara-negara anggota G20, negara undangan khusus, organisasi internasional, serta kelompok pelibatan bisnis dan kepemudaan itu bertujuan untuk memperkuat sistem pendidikan yang berkualitas dan inklusif.

Pada pertemuan EdWG kedua, Kemendikbudristek membagikan terobosan Merdeka Belajar sebagai contoh praktik baik yang menjadi tonggak gotong royong transformasi pendidikan di Indonesia, sekaligus sebagai dasar agenda prioritas bidang pendidikan G20. Lebih spesifik lagi, untuk mempersiapkan mahasiswa guna menghadapi dunia kerja nyata, Kemendikbudristek juga menerapkan terobosan Kampus Merdeka.

Kampus Merdeka adalah program persiapan karier yang komprehensif guna mempersiapkan generasi terbaik Indonesia, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan.

"Kampus Merdeka yaitu merdeka belajar yang kedua. Dari awal Mas Menteri (Mendikbudristek Nadiem Makarim,red) itu memiliki visi bahwa kita harus mendisrupsi perguruan tinggi. Kita melakukan unbundling higher education. Di mana belajar itu tidak harus di kampus. Jadi belajar itu bisa dari mana saja, kapan saja," jelas Iwan Syahril.

Dalam konsep Kampus Merdeka, Iwan menuturkan, mahasiswa diberikan kemerdekaan atau hak untuk mengambil tiga semester di luar program studinya, bahkan di luar kampus tempat ia menempuh pendidikan tinggi. Antara lain, yang dapat dilakukan mahasiswa tersebut, adalah dengan magang di perusahaan, social project, start up, ataupun menjadi guru di program Kampus Mengajar.

"Kampus mengajar adalah yang paling populer. Mereka bisa mengajar di daerah-daerah yang betul-betul membutuhkan, daerah-daerah yang sulit. Nah, golden fokusnya yakni di pendidikan dasar. Jadi ada SD dan SMP. Lagi fokus di literasi dan numerasi," terang Iwan.

Pihak Kemendikbudristek meyakini, dengan menggerakkan para mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja, mereka akan dapat menguasai soft skill yang tak mungkin mereka dapatkan di ruang kuliah.

Kepribadian Unik

Pada kesempatan yang sama, Tim Juru Bicara G20 Maudy Ayunda mengatakan, dalam dunia kerja di masa depan membutuhkan orang yang memiliki kepribadian dan keahlian unik yang memiliki nilai jual. "Kita sebagai manusia juga harus bisa berpikir bahwa kita juga memerlukan unique selling point semacam a personal value proposition. Karena dunia kerja ke depannya bukan lagi yang penting keterampilan, uniformity gitu. Karena adanya keterampilan, akan berubah terus begitu," kata Maudy Ayunda.

Menurutnya, dunia kerja di masa depan menuntut pribadi-pribadi yang memiliki semangat dan kemauan yang besar untuk terus melakukan pengembangan diri, eksplorasi diri dalam menunjang pendidikan diri sendiri. Untuk mencapai hal ini, jelas Maudy, dasarnya adalah semangat dan kemauan yang besar untuk terus belajar. “Ini penting untuk dimiliki setiap anak-anak Indonesia,” tambahnya.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari