Pantauan InfoPublik di Simpang Peminge Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022), puluhan pecalang dengan baju seragam adat warna putih dan hitam ikut membantu pengamanan yang dilakukan personel TNI dan Polri.
Nusa Dua, InfoPublik- Para pecalang mengaku bangga menjadi bagian dari pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, pada 15-16 November 2022. Mereka pun berupaya semaksimal mungkin untuk menyukseskan KTT G20 demi Bali, Indonesia, dan dunia.
Ratusan orang pecalang yang biasa disebut “polisi tradisonal” adat Bali, dari beberapa desa ikut dilibatkan dalam pengamanan G20. Mereka berjaga di sejumlah titik pangamanan, yang dekat dengan jalan-jalan yang ditutup. Mereka membantu memberikan informasi jalur-jalur alternatif, ketika adanya penutupan jalan karena kepentingan KTT G20.
Manggala Utama atau Ketua Pasikian Bantuan Keamanan Desa Adat (Bankamda) Bali, I Made Mudra, mengatakan pecalang dengan bangga mendapatkan amanah itu.
“Kami membantu menjaga, terutama warga di Desa Bualu dan Peminge, yang mendapatkan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama konferensi berlangsung. Jika ada warga yang perlu akses jalan dengan kepentingan tertentu, kami bisa membantu komunikasikan dengan aparat terkait. Harapannya semua lancar dan damai, kami sangat bangga ikut serta berpartisipasi,” kata Mudra, dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi dan Media G20.
Pantauan InfoPublik di Simpang Peminge Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022), puluhan pecalang dengan baju seragam adat warna putih dan hitam ikut membantu pengamanan yang dilakukan personel TNI dan Polri.
Mereka bisa disebut “polisi tradisonal” adat Bali, dan setiap banjar (setara rukun warga) hingga desa memiliki sejumlah pecalang.
Selain menjaga di sekitaran jalur menuju kegiatan utama konferensi, pecalang juga menjaga beberapa jalur ke obyek wisata, seperti akses ke pantai. Terlebih lokasinya dekat dengan delegasi menginap. Itu yang perlu mendapat atensi penjagaan.
Menurut Mudra, desa yang terlibat, di antaranya Desa Pecatu, Kampial, Kutuh, dan Ungasan. Masing-masing desa yang mendapatkan tugas pengamanan ini mengerahkan 50 orang pecalang.
Akan tetapi, pecalang di desa-desa lainnya se-Bali, tegas Mudra, tetap diminta berjaga-jaga. Mereka bersiaga di lingkungannya masing-masing dan saling berkoordinasi.