Produk obat-obatan tradisional Indonesia yang telah terstandardisasi diharap bisa terus dipromosikan dan dikembangkan agar mampu bersaing dengan ginseng Korea Selatan.
Indonesia dikenal berabad silam sebagai pusat rempah dunia. Saking masyhurnya, bangsa Eropa dan Asia seolah senantiasa berlomba memborong rempah jenis tanaman obat, penyedap makanan, maupun bahan aromatik dari Bumi Nusantara, antara lain, cengkeh, lada, pala, kayumanis, jahe, dan vanili.
Ada ratusan jenis tanaman obat yang tumbuh di Indonesia yang menjadi bahan obat tradisional alias jamu, obat herbal, atau fitofarmaka. Indonesia memang menjadi salah satu eksportir tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah yang dikenal di pasar internasional.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia mengekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah seberat 279,3 ribu ton, meningkat 5,55% dari tahun sebelumnya (year on year/yoy). Adapun nilai total ekspor tersebut mencapai USD607,86 miliar.
Salah satu tanaman asli Indonesia yang banyak dipakai untuk obat herbal adalah temulawak (Curcuma zanthorrhiza). Sampai akhirnya tanaman itu ditetapkan sebagai tanaman obat unggulan. Penetapan ini disampaikan Kementerian Kesehatan dalam pameran alat kesehatan dan farmasi dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-59 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin, yang hadir membuka pameran, mengaku merasa senang atas penetapan tersebut. Wapres menilai, penetapan itu merupakan langkah besar Indonesia untuk mendukung terwujudnya kemandirian bahan baku obat di tanah air.
Dengan penetapan ini, Wapres meminta agar pengembangan dan pengelolaan temulawak sebagai obat tradisional unggulan Indonesia dijaga mutu dan kualitas, sehingga aman dikonsumsi masyarakat. Wapres Ma’ruf Amin juga meminta produk obat-obatan tradisional Indonesia lainnya yang telah terstandardisasi agar terus dipromosikan dan dikembangkan supaya tidak kalah dengan produk sejenis, seperti ginseng dari Korea Selatan.
Temulawak sendiri dapat digunakan dalam berbagai bentuk, seperti kapsul, serbuk, minyak, bahkan segar bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Jika digunakan dengan benar, Temulawak dapat menjadi aset berharga dalam menjaga kesehatan tubuh dan mendukung kualitas hidup yang lebih baik.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa penetapan temulawak sebagai tanaman obat tradisional unggulan Indonesia didasarkan pada banyaknya kandungan yang terdapat di tanaman tersebut. Beberapa kandungan, di antaranya, zat besi, vitamin, kalsium, sodium dan asam folat. Selain itu, temulawak juga mengandung banyak zat aktif salah satunya kurkuminoid yang berkhasiat untuk mencegah berbagai penyakit hati, seperti fatty liver, sirosis bahkan kanker hati.
“Penyakit fatty liver itu pengobatannya susah, tapi ada tanaman Indonesia yang bisa mengobati. Karena itu butuh antioksiden yang bernama kurkumin,” tukas Menkes.
Menteri Budi Gunadi Sadikin berharap, dengan penetapan ini, ke depan upaya pengembangan dan riset kandungan dalam tanaman temulawak terus dilakukan agar lebih banyak mendapatkan manfaat kesehatan yang didapatkan. Tentunya pemerintah juga berharap di tengah perkembangan riset Temulawak sebagai bahan baku obat, nantinya sektor farmasi dapat membantu mempromosikan produk ini secara aktif, sehingga dapat dikenal secara luas tidak hanya nasional tapi juga global.
Pencegahan Stunting
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Inggrid Tania mengatakan, temulawak juga menjadi salah satu solusi mencegah stunting pada anak karena berkhasiat menambah nafsu makan. “Manfaat spesifik temulawak pada anak meningkatkan nafsu makan. Dengan nafsu makan baik berharap berat badan normal, tumbuh kembang dan tinggi badan normal sehingga bisa mencegah stunting akibat berat badan kurang,” ucap Inggrid dalam gelar wicara inovasi temulawak untuk kesehatan di Jakarta, Kamis (9/11/2023).
Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang anak pada 1.000 hari pertama kehidupan akibat kekurangan nutrisi yang sifatnya kronis dan infeksi berulang pada anak, sehingga anak gagal tumbuh dan terjadi weight faltering berat badan tidak naik. Salah satu faktor risiko stunting adalah kurangnya nafsu makan pada anak.
Temulawak dinilai bisa mengatasi faktor risiko tersebut karena bersifat koleretik, yaitu bisa mempercepat pelepasan empedu yang mengaktifkan enzim pencernaan. Senyawa curcuminoid dalam temulawak juga dapat mempercepat pengosongan lambung dan melancarkan penyerapan dan pencernaan lemak di usus sehingga mengaktifkan hormon yang bekerja dan meningkatkan nafsu makan anak.
Dengan begitu, harapannya dengan mengonsumsi temulawak, nafsu makan anak bertambah sehingga tubuh mendapatkan nutrisi dan gizi seimbang untuk mencegah stunting. Selain menetapkan Temulawak sebagai obat tradisional unggulan Indonesia, Kementerian Kesehatan juga bekerja sama dengan produsen jamu dan komunitas untuk meningkatkan konsumsi jamu pada masyarakat. Kerja sama ini diperkuat dengan terbitnya Peraturan Presiden tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu. Ayo minum jamu agar badan kian bugar.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari