Indonesia.go.id - Ekosistem Unik Sedunia

Ekosistem Unik Sedunia

  • Administrator
  • Minggu, 4 Agustus 2019 | 02:47 WIB
PARIWISATA
  Snorkeling di antara ubur-ubur di Danau Kakaban. Foto: Pesona Indonesia

Bukan hanya sejarah pembentukan geologisnya yang unik, melainkan aspek biologisnya juga sangat kaya dan tak kalah uniknya. Danau Kakaban yang berisi air payau ini dihuni oleh beragam biota laut, yang mengalami evolusi selama terkurung di dalamnya. Ribuan tahun kemudian, muncullah beragam spesies yang memiliki sifat dan tampilan fisik yang berbeda dengan spesies sejenis yang berada di laut.

Konon, di zaman antah-berantah, alkisah terdapat dua keluarga yang berasal dari dua pulau yang berbeda hendak melangsungkan pernikahan anak-anak mereka. Sedianya rencana pernikahan itu akan dilangsungkan di Pulau Panjang. Dua keluarga ini kemudian berlayar menuju pulau itu.

“Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”, demikiah petatah-petitih mengajarkan. Saat di tengah laut, hujan badai dan gelombang besar menerjang kedua kapal itu. Kapal itu hancur dan semua penumpangnya tenggelam. Dua keluarga itu kemudian berubah menjadi pulau-pulau.

Anak perempuan yang hendak dinikahkan itu menjadi Pulau Derawan, yang asal katanya “perawan”. Kakaknya menjadi Pulau Kakaban yang berasal dari kata “kakak”, dan ibunya menjadi Pulau Samama yang berasal dari kata “mama”. Sedangkan calon pengantin laki-laki menjadi Pulau Sangalaki, yang berasal dari kata “laki-laki. Sementara, orang tua kelurga laki-laki atau calon mertua si perempuan menjadi Pulau Maratua yang berasal dari kata “mertua”.

Demikianlah legenda seputar terbentuknya gugus kepulauan Derawan. Kepulauan ini terdiri atas enam gugusan pulau besar, yaitu Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau Panjang, Pulau Samama, serta beberapa pulau kecil dan gugusan karang. Total jumlah pulau di sekitar gugus kepulauan Derawan ialah 31 pulau. Dari pulau-pulau itu, sedikitnya ada empat pulau yang terkenal di kepulauan tersebut, yakni Pulau Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban.

Bicara gugus kepulauan Derawan berarti bicara kekayaan wisata bahari di Indonesia. Secara administrasi terletak di Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau. Secara geografis berada di sebelah timur Pulau Kalimantan dan bagian selatan selat Makassar yang terhubung dengan perairan Sulawesi dan Jawa.

Boleh dikata kepulauan Derawan merupakan tempat wisata terindah nomor dua setelah Raja Ampat di Papua. Keanekaragaman hayati sudah tentu menjadi pesona dan daya daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Termasuk dalam wilah segitiga terumbu karang (coral triangle) dunia membuat obyek unggulan pariwisata di sini berupa panorama keindahan bawah laut. Merujuk WWF Indonesia, coral triangle merupakan wilayah laut dengan tingkat keanekaragaman hayati karang paling tinggi di bumi. Keberadaannya sama pentingnya dengan hutan hujan Amazon dan dataran rendah Kongo bagi kehidupan planet ini.

Tak aneh, dari segi jenis ikan hampir 37 persen dari total ikan terumbu karang bisa ditemukan di wilayah ini. Juga ditemukan hampir 8 persen ikan terumbu karang spesies endemik. Pada bulan-bulan tertentu, di wilayah kepulauan ini juga menjadi tempat habitat dari beberapa mamalia ikan, di antaranya ialah Paus Biru (The Blue Whale), Paus Sperm (Sperm Whales), lantas Lumba-lumba punggung bungkuk Indo-Pasifik, dan Dugongs.

Di kepulauan ini terdapat sejumlah objek wisata bahari yang menawan. Salah satunya ialah Taman Bawah Laut, yang diminati wisatawan mancanegara terutama para penyelam kelas dunia. Selain memiliki keragaman ikan dan terumbu karang tertinggi kedua setelah Raja Ampat, kepulauan Derawan juga dikenal menjadi habitat asli bagi beberapa jenis penyu langka dan tergolong spesies yang terancam punah, seperti penyu hijau dan penyu sisik.

Danau Kakaban

Lebih dari itu, di kepulauan itu terdapat pulau yang sohor memiliki keunikan dari sudut pandang geologis dan biologis. Dikenal dengan nama Pulau Kakaban, yang di tengahnya terdapat sebuah danau berair panyau. Bagaimana keunikannya?

Pembentukan Pulau Kakaban nisbi berbeda dengan pulau atol lainnya. Pulau ini memiliki pulau atol yang utuh menutup rapat dan membentuk cincin di bagian utaranya, sehingga terbentuk laguna di tengahnya. Laguna inilah yang membentuk danau air panyu di tengah pulau itu. Di bumi ini, pulau atol dan laguna yang tertutup hanya ada di dua tempat, di Pulau Kakaban Indonesia dan Pulau Palau Mikronesia.

Bentuk pulau beserta danaunya ini menyerupai angka “9” dan didominasi oleh daratan karst berbukit kecil dengan lapisan tanah permukaan yang dangkal. Pulau itu dinamai Pulau Kakaban, mempunyai panjang 6 km, lebar 2,5 km dan luas 774,20 hektar. Sedangkan danaunya dinamai Danau Kakaban, memiliki panjang 2,6 km, lebar 1,5 km, dan luas sekitar 390 hektar, serta kedalaman maksimum berkisar 25 meter.

Peneliti geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wahyoe Hantoro, memiliki penjelasan tentang terbentuknya gugus kepulauan itu. Menurutnya, karena tarik-menarik antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi mendorong munculnya karang atol perlahan-lahan sehingga mengalami pengangkatan setinggi 40-60 meter di atas permukaan laut. Proses "uplifted reef as land" ini diperkirakan terbentuk selama 1-2 juta tahun yang lalu.

Akibatnya, air laut yang berada di tengah atol pun terjebak dan tidak dapat keluar lagi. Dengan begitu bagian dalam atol merupakan laguna yang tertutup dan terpisah dari laut di sekitar Kakaban. Namun, melalui pori-pori karang itu air laut masuk ke laguna, sehingga bercampur dengan air hujan yang tertampung di situ. Inilah yang menyebabkan air di cekungan itu berasa payau.

Laguna berasal dari bahasa Inggris, lagoon, ialah sekumpulan air asin yang terpisah dari laut karena adanya penghalang berupa pasir, batu karang atau semacamnya. Jadi, air yang tertutup di belakang gugusan karang (barrier reef) atau pulau-pulau atau di dalam atol disebut laguna.

Walhasil, bukan hanya terbentuk sebuah pulau, melainkan bersamaan dengan itu juga terbentuk sebuah danau berair payau, sebagai hasil dari kombinasi air laut dan air hujan. Bentuk danau yang seolah-olah dipeluk oleh daratan yang ada disekelilingnya, membuat danau ini mendapatkan namanya “Kakaban”, yang dalam bahasa daerah setempat berarti “pelukan”.

Wujud Biota Laut

Bukan cuma sejarah pembentukan geologisnya yang unik, melainkan aspek biologisnya juga sangat kaya dan tak kalah uniknya. Bagaimana tidak unik, Danau Kakaban yang berisi air payau ini dihuni oleh beragam biota laut, yang mengalami evolusi selama terkurung di dalamnya.

Perubahan fisik biota laut yang terperangkap ini terjadi karena adaptasinya terhadap lingkungan yang tertutup dan tidak berombak, berisi air payau yang miskin hara, memiliki keragaman biota yang rendah, dan jaring makanan yang sederhana. Ribuan tahun kemudian, hasilnya ialah muncul spesies yang memiliki sifat dan tampilan fisik yang berbeda dengan spesies sejenis yang berada di laut.

Ya, Danau Kakaban menjadi tempat tinggal empat jenis ubur-ubur yang tak menyengat, yakni Aurelia aurita, Tripedalia cystophora, Mastigias papua, dan Cassiopeia ornata. Peneliti terumbu karang LIPI, Suharsono, mengatakan proses evolusi di danau ini membuat ubur-ubur ini hidup dalam habitat yang tidak memiliki musuh, sehingga ubur-ubur ini tidak lagi membutuhkan alat pertahanan diri.

Menurut Suharsono, ubur-ubur tanpa sengat ini ialah ciri khas danau di tengah laut. Fenomena ini juga terdapat di danau yang terletak di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah-Indonesia, dan Pulau Eil Malk di Republik Palau, sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik. Meskipun ubur-ubur tanpa sengat juga terdapat di tempat lain, namun masih merujuk Suharsono, spesies yang terdapat di Danau Kakaban lebih banyak dibandingkan di danau lain.

Empat jenis ubur-ubur ini memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Aurelia aurita berbentuk seperti piring transparan. Ukurannya antara 15-40 sentimeter. Mastigias papua berbentuk seperti payung dengan ukuran 1-20 sentimeter.

Cassiopeia ornata, baik bentuk maupun ukurannya hampir serupa dengan Mastigias papua. Bedanya, ubur-ubur ini banyak terlihat di dasar danau dalam posisi terbalik. Adapun Tripedalias cystophora berukuran paling kecil dibandingkan ubur-ubur lainnya. Warnanya transparan dan kubahnya hanya sekitar satu sentimeter dengan tentakel kecil memanjang.

Penduduk menyebutnya dalam bahasa Bajau, “bung”, yang berarti ubur-ubur. Masyarakat menamai keempat ubur-ubur berdasar bentuk dan warnanya. Ada ubur-ubur cokelat, kuning, transparan bulat, transparan panjang, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, Danau Kakaban juga menjadi tempat tinggal beberapa spesies alga, spons, cacing tabung, kerang setangkup, udang, anemon laut, teripang, ular laut, ikan kardinal, dan ikan gobi.

Jenis-jenis makhluk hidup yang ditemukan di Danau Kakaban pada dasarnya adalah jenis yang hidup di air laut, namun selama beribu-ribu tahun mereka telah beradaptasi dan menyesuaikan diri hidup di dalam lingkungan air payau yang terisolasi dari air laut.

Dilihat dari isi luar Danau Kakaban, bicara kontur alam umumnya merupakan tebing yang tinggi dan curam yang langsung masuk ke laut. Sedikit area merupakan pantai sempit berpasir putih. Perairan laut Pulau Kakaban jelas menyajikan keindahan terumbu karang dan penghuninya yang sangat beragam, dengan gua dan tebing serta lorong yang menjadi surga penjelajahan para penyelam.

Merujuk Jelajah Kalimantan karya Nasrudin Ansori (2016), dari dunia hobi penyelaman setidaknya telah dikenal beberapa titik spot penyelaman di sekitar Pulau Kakaban, yaitu Barracuda Point, The Drift, Cabbage Patch, The Wall, Blue Light Cave, The Plateau, Rainbow Run, Diver's Delight, dan The North Face. Variasi dari berbagai tipe lokasi penyelaman ini tentu sangat menarik, bukan hanya menawarkan panorama bawah air yang indah, juga tantangan tersendiri bagi para penyelam yang berpengalaman.

Sadar akan kekayaan biologis, keanekaragaman hayati dan keunikan geologis di Kepulauan Derawan, Pemerintah Daerah Kalimantan Timur tengah menyiapkan kawasan gugus kepulauan ini menjadi KEK Pariwisata. Selain itu, sejak 2005 Kepulauan Derawan telah diusulkan oleh Pemerintah Indonesia ke UNESCO sebagai kawasan warisan dunia (World Nature Heritage Area) dan kini statusnya masuk dalam ‘Sites on the Tentative List’.

Selain itu, tak lupa juga disemai popularitas di tingkat domestik. Salah satunya yang utama ialah melalui Bank Indonesia, yaitu dengan cara menampilkan gambar Kepulauan Derawan pada uang rupiah pecahan dua puluh ribu edisi 2017. (W-1)