Kapasitas produksi terpakai triwulan I-2022 tercatat sebesar 73,08% atau meningkat 72,60% dari triwulan sebelumnya.
Perekonomian Indonesia menunjukkan geliat dan resiliensinya di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum mereda. Kombinasi kebijakan insentif fiskal dan moneter serta perlindungan sosial berbuah terdorongnya konsumsi masyarakat.
Pelonggaran mobilitas dan cakupan vaksinasi corona yang tinggi membuat kalangan industri percaya diri untuk menggulirkan produksi mereka. Indikator-indikator pemulihan ekonomi nasional tersebut dicatat oleh Bank Indonesia.
Otoritas moneter nasional itu mencatat berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengindikasikan peningkatan kegiatan usaha pada triwulan I-2022. Menurut Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Kamis (14/4/2022), hal itu tecermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 8,71%, lebih tinggi dari SBT pada triwulan IV-2021 sebesar 7,10%.
Sektor usaha yang menggeliat, terutama pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Khususnya, subsektor tanaman bahan makanan (Tabama). Peningkatan itu sejalan dengan pola musim panen awal tahun serta sumbangan sektor agroindustri ke industri pengolahan.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas industri pengolahan dan mobilitas masyarakat, Survei BI menyebut kapasitas produksi terpakai triwulan I 2022 tercatat sebesar 73,08%, meningkat dari 72,60% pada triwulan sebelumnya. Penggunaan tenaga kerja terindikasi membaik meski masih berada dalam fase kontraksi.
Sementara itu, kondisi keuangan dunia usaha terindikasi membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya, khususnya dari aspek likuiditas, disertai akses pembiayaan yang lebih mudah. Pada triwulan II-2022, responden memprakirakan peningkatan kegiatan usaha berlanjut dengan SBT sebesar 23,24%.
Peningkatan kegiatan usaha diprakirakan terjadi pada beberapa sektor utama, yakni sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor-sektor tersebut terdorong oleh didorong peningkatan aktivitas masyarakat seiring periode Ramadan dan Idulfitri serta kebijakan pelonggaran kebijakan mobilitas. Diketahui, pemerintah telah membolehkan masyarakat mudik ke kampung halaman pada masa liburan Idulfitri, setelah dua tahun terakhir diperketat.
Sinyal positif pemulihan ekonomi juga terlihat dari kenaikan penjualan listrik sebesar 8,42% year on year (yoy) menjadi 65,42 Terra Watt hour (TWh) pada triwulan pertama tahun ini. Kenaikan konsumsi listrik ini menjadi sinyal positif pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi memastikan, PLN akan terus memberikan layanan listrik terbaik untuk mendukung kegiatan masyarakat dan memulihkan perekonomian.
"Kenaikan penjualan listrik menjadi sinyal bahwa perekonomian kembali pulih. Aktivitas masyarakat kembali pulih sehingga mendorong konsumsi listrik. Terutama di sektor industri dan retail, konsumsi listrik semakin meningkat," ujar Agung, Selasa (12/4/2022).
Menurut Agung, konsumsi listrik di sektor industri pada triwulan pertama tahun ini mencapai 21.953 Giga Watt hour (GWh). Angka itu 33,56% dari total konsumsi nasional. Konsumsi industri juga tumbuh pesat menjadi 16% dibandingkan Maret tahun lalu masih pada kisaran 4%.
Industri apa saja yang paling banyak menyedot listrik PLN? Industri tekstil berkontribusi paling besar, yaitu 2,8 GWh atau tumbuh 14% pada Maret tahun ini. Sedangkan sektor besi dan baja sebesar 2,01 GWh atau naik 10%.
Sedangkan, industri kimia tumbuh 8% dengan konsumsi sebesar 1,6 GWh dan industri semen tumbuh 7% dengan konsumsi sebesar 1,4 GWh.
Kenaikan penjualan listrik juga diikuti dengan peningkatan daya tersambung pelanggan. Pada Maret 2022, jumlahnya mencapai 153.744 Mega Volt Ampere (MVA) atau tumbuh 11,28% dibandingkan tahun 2021.
Sejumlah upaya dilakukan PLN demi meningkatkan pemanfaatan listrik sektor industri. Salah satunya, melalui captive power acquisition yang merupakan bentuk dukungan layanan PLN dalam pemenuhan pasokan listrik untuk pelanggan industri yang masih mengoperasikan pembangkit listrik sendiri.
Lampaui Tiongkok dan Korsel
Tanda-tanda pemulihan ekonomi Indonesia juga terus dipantau dunia luar. Yang menggembirakan, laporan S&P Global menunjukkan, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus ekspansif hingga melampaui Korea Selatan, Tiongkok, dan Rusia. Per Maret 2022, PMI Indonesia berada di posisi 51,3 atau naik dibandingkan level 51,2 di Februari 2022.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, sektor industri manufaktur di Indonesia terus meningkatkan produktivitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Laporan itu menerangkan, terjadi perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur di Indonesia selama tujuh bulan berturut-turut. Terbukti, PMI Manufaktur Indonesia pada Maret mampu melampaui PMI Manufaktur Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), Tiongkok (48,1), Rusia (44,1), serta di atas rata-rata ASEAN (50,8).
Hasil laporan S&P Global menunjukkan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia Maret 2022 tidak berbeda jauh dari indeks PMI yang dilakukan Bank Indonesia. Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) sebesar 51,77%, lebih tinggi dari 50,17% pada triwulan IV 2021, dan menunjukkan industri pengolahan nasional berada dalam fase ekspansi (indeks di atas 50).
Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI, dengan indeks tertinggi pada komponen volume total pesanan, volume produksi, dan volume persediaan barang jadi. Berdasarkan subsektor, peningkatan terjadi pada mayoritas subsektor, dengan indeks tertinggi pada subsektor kertas dan barang cetakan (56,36%); sub sektor makanan, minuman dan tembakau (53,47%); serta subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki (53,29%).
Perkembangan PMI-BI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor industri pengolahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang positif dan meningkat dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 0,84%.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari