Sejak Mei 2022, angka penularan harian naik, begitupun positivity rate. Prokes harus tetap dijadikan sebagai panduan utama dalam beraktivitas.
Pemerintah memperbarui data terkait penularan virus penyebab corona di Indonesia. Pada Selasa (7/6/2022), dilaporkan adatambahan 518 kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Angka positif Covid-19 pada Selasa itu menunjukkan selisih hampir sebesar 200 kasusdari kasus harian pada Senin (6/6/2022), sebanyak 342 kasus. Sedangkan sehari sebelumnya, yakni pada Minggu (5/6/2022), pertambahan penularan harian berada di angka 388 kasus.
Kenaikan yang tampak pada data yang diperbarui setiap hari dan diterbitkan Kementerian Kesehatan pada Selasa sore itu menggenapkan total kasus Covid-19 di Indonesia sejak Maret 2020 hingga hari ini menjadi 6.057.660 kasus. Dengan pertambahan penularan Selasa itu, maka total kasus aktif corona pada hari itu berjumlah 3.664.
Satgas Covid-19 juga telah mengungkapkan kenaikan kasus virus corona selama tiga pekan terakhir dan memasang sinyal kewaspadaan. "Menjadi perhatian bahwa terdapat kenaikan pada tren kasus positif selama tiga minggu terakhir, dan kasus aktif selama empat hari terakhir. Dilihat pada grafik kasus positif mingguan, terjadi kenaikan 571 atau 31 persen dari kasus 22 Mei 2022, dari 1.814 menjadi 2.385 kasus mingguan," ucap juru bicara Covid-19 Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers, Rabu (8/6/2022).
"Kemudian pada kasus aktif terjadi kenaikan 328 atau 10 persen dari kasus aktif tanggal 2 Juni 2022, yaitu 3.105 menjadi 3.433 kasus aktif harian," katanya. Profesor Wiku pun menyebut, angka itu menjadi penting untuk diwaspadai.
Profesor Wiku mengingatkan, Indonesia berhasil mempertahankan kasus tetap stabil dalam beberapa bulan terakhir. "Hal ini penting untuk diwaspadai, mengingat selama kurang lebih tiga bulan berturut-turut, sejak Omicron, kita berhasil mempertahankan kasus agar tetap stabil," katanya.
Kenaikan kasus aktif Corona itu didominasi di Pulau Jawa. Terdapat lima provinsi yang menjadi perhatian adanya kenaikan kasus, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur."Pertama DKI Jakarta mengalami kenaikan 30 persen, kedua Banten mengalami kenaikan 38 persen, dan yang ketiga Jawa Barat mengalami kenaikan 18 persen, keempat Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan 45 persen, dan kelima Jawa Timur mengalami kenaikan 37 persen," kata Wiku.
Peningkatan angka penularan harian memang mulai terdeteksi sejak sekitar pekan terakhir Mei 2022. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir (30 Mei--5 Juni 2022) mencapai 2.385, naik 30,7% dibandingkan pekan sebelumnya pada kurun 23--29 Mei 2022, yang tercatat 1.825.
Artinya sudah hampir dalam dua pekan terakhir, terjadi kenaikan kasus Covid-19 di tanah air. Pada pekan sebelumnya, kasusCovid-19 juga naik 0,6%, dan sejak Selasa(31/5/2022), tambahan kasus Covid-19 hariandi Indonesia juga selalu bertengger di atasangka 300.
Padahal, sepanjang 26--30 Mei tahun ini, penambahan kasus harian selalu berada di bawah 300. Peningkatan drastis juga terjadipada rasio positivity rate. Sepekan terakhir, rata-rata positivity rate mencapai 0,71%. Level tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada pekan sebelumnya yang tercatat 0,57%.
Pada Minggu (5/6/2022), positivity ratebahkan menembus 1,14%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak 15 April lalu(1,26%) atau sebulan lebih.
Kepatuhan Melorot
Tren kenaikan sejumlah indikator bahaya wabah corona tersebut bergerak seiring dengan minimnya tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan. Hasil monitoring kepatuhan prokes tingkat nasional yang di-update Satgas Covid-19 pada 29 Mei 2022, berdasarkan penghitungan selama tujuh hari terakhir, terhadap 767.820 orang yang dipantau di 114.451 titik di 125 kabupaten/kota di 23 provinsi, menunjukkan sejumlah hal.
Yakni, sebanyak 26,40 % kabupaten/kota di Indonesia memiliki tingkat kepatuhan yang kurang dari 75% dalam hal penggunaanmasker. Sedangkan, sebanyak 26 kabupaten/kota atau 20,80% dari 125 kabupaten/kota yang ada persentase kepatuhan dalam menjaga jarak juga kurang dari 75 persen.
Dibandingkan empat pekan sebelum updating itu dilakukan, angka kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak memang semakin menurun. Rata-rata kepatuhan memakai masker terendah terjadi di restoran/kedai yakni hanya sebesar 43,40%. Sedangkan di pemukiman dan tempat wisata masing-masing 74,58% dan 79,73%. Khusus terkait kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan, rata-rata terendah terjadi di pemukiman yakni sebesar 75,24%.
Dari pemantauan selama tujuh hari di lokasi kerumunan, ada lima tempat yang diketahui masuk dalam kategori kepatuhan memakai masker kurang dari 60 persen, yakni restoran(59,0%), tempat wisata (21,5%), rumah(19,2%), tempat olahraga publik atau RPTRA (10%), dan sekolah yang terendah hanya 6,1 persen.
Sedangkan, lima lokasi kerumunan yang paling tidak patuh menjaga jarak dan menghindari kerumunan sehingga angkanya kurang dari 60 persen adalah pemukiman(18,2%), tempat wisata (16,7%), restoran/kedai (12,7%), sekolah (11.6%), dan tempat olahraga publik/RPTRA (11%).
Monitoring itu juga menemukan delapan provinsi yang memiliki rata-rata kepatuhan memakai masker di bawah 75 persen. Yakni, NTT, Aceh, Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Sedangkan lima provonsi yang diidentifikasi memiliki rata-rata kepatuhan menjaga jarak di bawah 75 persen adalah NTT, Aceh, Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Satgas Covid-19 juga memonitoring secara khusus kepatuhan institusi terhadap penerapan protokol kesehatan. Diketahui, hasil monitoring dalam kurun tujuh hari terakhir sebelum updating dilakukan menunjukkan dari sebanyak 278 institusi yang dipantau di 17 provinsi, terdapat 31,25 persen institusi yang tidak patuh.
Secara umum, disampaikan Satgas Covid-19 bahwa temuan angka kepatuhan sangat dipengaruhi oleh jumlah laporan yang masuksecara real time di lapangan ke para personel TNI, Polri, dan duta perubahan perilaku menggunakan aplikasi yang terhubung dengan sistem Bersatu Lawan Covid-19 dan satu data Covid-19 nasional.
Hasil monitoring, khususnya dalam grafik perkembangan kepatuhan nasional dan lokasi kerumunan dengan kepatuhan terendah yang disajikan lembaga itu, memperlihatkan pula bahwa cakupan kelurahan/desa dengank epatuhan lebih dari 75 persen pada lima bulan terakhir terus menurun. Bahkan pada kurun 25 April hingga 1 Mei 2022, grafik penurunan bahkan terlihat menukik tajam baik untuk pemakaian masker maupun menjaga jarak masing-masing dari 73,91 persen dan 76,17 persen menjadi 67,64 persen dan 61,12 persen. Di periode berikutnya hingga updatle monitoring dilakukan pada akhir Mei, tren kepatuhan bermasker dan menjaga jarak pun terus menurun.
Dari sajian data-data di atas, menjadi jelas hal penting yang kini harus sangat dipahami dan disadari. Yakni, bahwa pandemi belumlah brrakhir. Bahkan beberapa waktu belakangan, angka penularan virus corona mutan pun kembali naik.
Alhasil, diperlukan semacam kesepakatan bersama untuk tetap komit menggiatkan promosi prokes. Sebab hanya melalui kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat dalam mengawal penerapan prokes itulah, harapan menuju status endemi tidaklah menjadi mimpi belaka.
Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari