Warga Dusun Tompak banyak yang mempunyai lahan pertanian di seberang jembatan di Dusun Pogangan dan sekitarnya. Mereka yang dulunya harus memutar lewat Tegalrejo dan Wonotirto, yang sangat jauh memakan waktu, sekarang hanya lima hingga sepuluh menit, sampai ke lahan.
Sebuah pementasan Tari Gambyong digelar saat peresmian jembatan gantung Pagergunung dan Banyusidi, Dusun Tompak, Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pada 19 Maret 2022. Kehadiran jembatan itu disambut gembira masyarakat sekitar. Dengan adanya jembatan itu, untuk ke Gandurejo, masyarakat tak perlu lagi melewati lereng Gunung Sumbing sedalam 60 meter dan menempuh rute memutar yang memakan waktu 20--30 menit.
“Setelah jembatan ini tersambung, waktu tempuh kedua desa terpangkas menjadi dua hingga tiga menit saja,” kata Sukarman, Kepala Desa Pagergunung.
Jembatan itu sangat memberikan manfaat bagi masyarakat Gandurejo dan Pagergunung, serta desa-desa sekitarnya. Pemangkasan waktu tempuh dan kenyamanan perjalanan akan mendukung perkembangan pertanian di sana. Maklum, di kedua desa itu masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani lombok, sayuran, tembakau, dan lainnya.
Keberadaan infrastruktur baru itu membuat mereka lebih mudah memperdagangkan komoditasnya ke kota. Alhasil, harapan ekonomi masyarakat pun meningkat.
Warga Dusun Tompak banyak yang mempunyai lahan pertanian di seberang jembatan di Dusun Pogangan dan sekitarnya. Mereka yang dulunya harus memutar lewat Tegalrejo dan Wonotirto, yang sangat jauh memakan waktu, sekarang bisa lebih menyingkat waktu. Hanya lima hingga sepuluh menit, warga sampai ke lahan.
Untuk mencari pakan ternak pun lebih cepat memakai motor. Kalau dulu harus jalan kaki terjal dan licin di musim hujan. “Akses silaturahmi juga lebih mudah kalau kondangan. Kami pemerintah desa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Harapannya, jembatan itu menjadikan warga kami meningkat ekonominya," tutur Nurohmad, Kepala Desa Gandurejo.
Proyek pembangunan jembatan gantung untuk koneksi antardesa itu tak hanya di Gandurejo. Tapi juga menyebar di desa-desa seluruh Indonesia. Selama enam tahun terakhir, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun 410 unit jembatan gantung di seluruh Indonesia.
"Hadirnya jembatan gantung akan mempermudah dan memperpendek akses warga masyarakat perdesaan menuju sekolah, pasar, tempat kerja, mengurus administrasi ke kantor kelurahan atau kecamatan dan akses silaturahmi antarwarga,” kata Basuki, dikutip dari keterangan pada laman resmi Kementerian PUPR, pada Rabu, 22 Juni 2022.
Jembatan gantung merupakan salah satu wujud kebijakan pemerintah untuk membangun infrastruktur daerah perdesaan, terutama yang sulit dijangkau, sehingga lebih terbuka. Kehadiran jembatan gantung sangat dibutuhkan masyarakat karena kondisi geografi wilayah Indonesia yang memiliki banyak gunung, lembah, dan sungai. Secara fisik, kondisi ini kerap menjadi pemisah antara lokasi tempat tinggal penduduk dengan berbagai fasilitas pelayanan publik seperti sekolah, pasar, dan kantor pemerintahan.
Dari 410 unit jembatan gantung, total panjang keseluruhan mencapai 30.171 meter. Jembatan gantung tersebut dibangun dengan bentang terpendek 32 meter dan terpanjang 300 meter.
“Ini adalah pencapaian luar biasa. Jembatan gantung terlihat pendek, tapi kalau dirangkai kita telah membangun 30 km jembatan gantung,” ujar Kepala PMU Jembatan Gantung dan Rangka Baja Jembatan Ditjen Bina Marga Hendarto.
Pada 2015, Kementerian PUPR membangun 10 jembatan gantung dengan total panjang 762 meter, 2016 sebanyak tujuh unit jembatan gantung sepanjang 720 meter, pada 2017 dibangun 13 unit jembatan gantung sepanjang 850 meter. Kemudian pada 2018 ada 130 unit jembatan gantung yang dibangun dengan panjang 9.124 meter, lalu pada 2019 sebanyak 140 unit jembatan gantung sepanjang 10.008 meter, 2020 sebanyak 43 jembatan gantung sepanjang 3.764 meter, dan pada 2021 Kementerian PUPR membangun 67 unit jembatan gantung sepanjang 4.943 meter.
Jembatan gantung terpanjang, yakni jembatan gantung Kali Erok yang terdapat di Distrik Korupun, Kabupaten Yahukimo, Papua. Jembatan ini memiliki panjang 300 meter yang dikerjakan pada 2020. Sementara itu, jembatan gantung terpendek dengan panjang 32 meter di antaranya jembatan gantung Slada di Brebes, Jawa Tengah dan jembatan gantung Aek Silang di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.
Sementara di Provinsi Aceh dibangun empat jembatan gantung di tiga kabupaten, yakni di Kabupaten Aceh Besar, Pidie, dan Bireun. Keempat jembatan itu adalah jembatan gantung Siron dengan panjang 120 meter. Adapun jembatan penghubung Desa Paloh-Gapong Meulum dengan panjang jembatan 84 meter. Lalu, jembatan gantung Lubok 120 meter yang menghubungkan Desa Lubok Pusaka dan Desa Sahraja untuk membantu anak-anak di kedua desa itu menuju ke sekolah, karena sebelumnya para siswa itu harus menggunakan perahu. Keempat, jembatan gantung Banda Masen sepanjang 60 mter di Kabupaten Bireun.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari