Presiden Jokowi mendorong jajaran Polri bekerja keras mengembalikan kepercayaan publik.
Di halaman Kompleks Kepresidenan, Jakarta, ada pemandangan lain dari biasanya. Ratusan perwira polisi, yang berangkat dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta dengan 10 bus, mengantre masuk ke Istana Negara, Jumat (14/10/2022).
Mereka yang datang merupakan perwira Polri dari tingkat pimpinan kepolisian resor hingga daerah (Polres dan Polda) dengan pangkat ajun komisaris besar polisi (AKBP) hingga Inspektur Jenderal. Adapun Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dan sejumlah pejabat teras Mabes Polri menggunakan empat bus VVIP.
Para perwira korps Bhayangkara itu diminta hadir untuk mendapatkan pengarahan dari Presiden Joko Widodo. Sesuai syarat yang diminta pihak Sekretariat Presiden, Kapolri, dan pejabat utama Polri dilarang memakai penutup kepala dan tongkat. Petugas yang dipanggil juga dilarang membawa ADC dan telepon seluler, dan hanya diperkenankan membawa buku dan pulpen.
Mereka yang hadir pun diminta untuk melakukan PCR terlebih dahulu yang difasilitasi Pusdokkes Polri. Sebelum pertemuan, sebagian perwira polisi menunaikan salat Jumat di Gedung Krida Bhakti, Sekretariat Negara.
Ada sejumlah alasan kenapa Presiden Jokowi mendadak memanggil ratusan perwira polisi se-Indonesia tersebut. Institusi pengayom dan pengaman dalam beberapa bulan terakhir mengalami krisis kepercayaan publik. Kasus demi kasus yang melibatkan anggota polisi berturut-turut terjadi seperti penembakan sesama polisi, dugaan konsorsium judi, dan kerusuhan Stadion Kanjuruhan. Semuanya menjadi sorotan masyarakat.
Oleh karena itulah, Presiden Jokowi mendorong jajaran Polri untuk bekerja keras mengembalikan kepercayaan publik kepada institusi yang lahir 1 Juli 1946 tersebut. Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan kepada 559 anggota Polri, mulai dari pejabat utama Mabes Polri, kepala kepolisian daerah (kapolda), hingga kepala kepolisian resor (kapolres) seluruh tanah air di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/10/2022).
“Di November itu (kepercayaan publik terhadap Polri) masih 80,2 (persen), sangat tinggi, bukan tinggi, sangat tinggi sekali. Sekarang, kemarin Agustus, berada di 54 (persen), jatuh, telentang, rendah sekali. Itulah pekerjaan berat yang saudara-saudara harus kerjakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Polri di tengah situasi yang juga tidak mendukung saat ini,” ujar Kepala Negara.
Menurut Presiden Jokowi, sebelum ada peristiwa penembakan di Duren Tiga yang menyeret mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo, Indeks Kepercayaan Masyarakat menempatkan Polri di puncak teratas. Hal tersebut didorong oleh kerja keras jajaran Polri dalam penanganan Covid-19, sehingga pandemi mereda dan ekonomi bisa tumbuh.
“Tetapi begitu ada peristiwa FS (Ferdy Sambo), runyam semuanya, dan jatuh ke angka yang paling rendah,” ungkapnya.
Satu hal, Kepala Negara melanjutkan, saat ini situasi di semua negara sedang sulit karena menghadapi gelombang dan badai ekonomi global. Bahkan, saat ini 66 negara telah berada pada posisi rentan dan 345 juta orang di 82 negara sudah menderita kekurangan pangan akut.
Untuk itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu, mengingatkan kepada seluruh jajaran Polri agar memiliki kepekaan terhadap situasi krisis (sense of crisis) yang sama. Presiden Jokowi juga mengingatkan agar jajaran Polri bisa lebih memperhatikan gaya hidupnya agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial dan menjadi sorotan masyarakat.
Lebih jauh, Presiden Jokowi mengingatkan, sekarang adalah masa penuh keterbukaan. Semua orang bisa mengabarkan peristiwa yang terjadi pada media sosial, bukan hanya TV, media cetak, atau media daring.
Lima Arahan Presiden
Setidaknya ada lima arahan Presiden Jokowi kepada jajaran polri. Pertama, Presiden Jokowi meminta Polri untuk memperbaiki apa yang menjadi keluhan masyarakat kepada institusi Polri. Hilangkanlah perilaku pungutan liar (pungli), bersikap represif, dan suka mencari-cari kesalahan.
Hal kedua, mengingatkan seluruh anggota kepolisian agar memberikan pelayanan kepada masyarakat serta menjaga rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Arahan ketiga, Kepala Negara meminta jajaran Polri menjaga kesolidan baik di internal Polri maupun dengan TNI.
Hal tersebut dipandang penting, utamanya karena saat ini sudah mulai masuk tahun politik dan tahapan pemilu sudah mulai berjalan sejak Juli lalu. Keempat, Presiden Jokowi meminta adanya kesamaan visi Polri serta ketegasan terkait kebijakan organisasi. Visi presisi Polri agar disederhanakan, sehingga bisa dijalankan dengan mudah oleh anggota di lapangan.
Arahan kelima, Presiden mengingatkan agar jangan sampai pemerintah maupun Polri dipandang lemah terkait dengan penegakan hukum. Untuk itu, Presiden Jokowi secara tegas meminta Kapolri agar memberantas judi daring serta jaringan narkoba sehingga bisa mengembalikan kepercayaan publik kepada Polri yang menurun.
Menyikapi arahan Presiden Jokowi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun berjanji akan menindaklanjuti semua arahan tersebut, di antaranya komitmen untuk bekerja lebih presisi lagi. Jenderal Polisi Sigit mengatakan, dia akan menindak tegas para polisi yang melanggar aturan dan berdampak terhadap menurunnya tingkat kepercayaan publik kepada Polri. Pelanggaran yang dia maksud, termasuk perintah untuk tidak bergaya hidup mewah bagi anggota Polri dan keluarganya.
Kapolri menerangkan, Presiden Jokowi juga meminta supaya polisi tanggap dan peka terhadap keluhan yang dialami masyarakat. "Arahan beliau jelas dan tegas, kami semua harus solid untuk bersama-sama berjuang, melakukan apa yang menjadi tugas pokok fungsi kami, pelindung pengayom, pelayan masyarakat," tukas Sigit, usai menerima arahan Presiden di Istana Negara, Jumat (14/10/2022).
Entah kebetulan atau tidak, momen Presiden memberikan arahan kepada ratusan perwira polisi tersebut bertepatan dengan 101 tahun kelahiran Kapolri ke-5 Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Almarhum dikenal sebagai jenderal polisi yang jujur, berintegritas, dan humanis. Ia diangkat sebagai Kapolri oleh Presiden RI ke-2 Soeharto dan menjabat dari 1968 hingga 1971.
Mengenang sosok Pak Hoegeng, memang sudah saatnya korps Bhayangkara melakukan bersih-bersih sekarang untuk kembali ke jati dirinya. Pengayom dan pelayan masyarakat.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari