Indonesia.go.id - Kemitraan ASEAN-Uni Eropa Berlandaskan Kesetaraan

Kemitraan ASEAN-Uni Eropa Berlandaskan Kesetaraan

  • Administrator
  • Selasa, 20 Desember 2022 | 14:23 WIB
INTERNASIONAL
  Presiden Jokowi saat menghadiri acara pembukaan KTT Peringatan 45 Tahun ASEAN-Uni Eropa di Justus Lipsius Atrium, Brussels, 14 Desember 2022. SETPRES
Uni Eropa berkomitmen memobilisasi dana investasi di kawasan Asia Tenggara sebesar 10 miliar Euro via skema “Global Gateway”.

Hubungan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Uni Eropa (UE) memasuki babak baru. Nuansa itu tersirat dalam ASEAN–EU Commemorative Summit, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 45 Tahun Hubungan ASEAN-Uni Eropa, yang digelar di Brussels, Belgia, Rabu (14/12/2022).

Kehadiran Presiden RI Joko Widodo di markas besar Uni Eropa itu memiliki arti penting. Mengingat, Indonesia akan memegang Keketuaan ASEAN di 2023.

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi menegaskan pentingnya kemitraan ASEAN dan Uni Eropa yang didasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan serta harus berkontribusi pada pemulihan ekonomi yang inklusif.

“Jika kita ingin membangun sebuah kemitraan yang baik, maka kemitraan harus didasarkan pada kesetaraan, tidak boleh ada pemaksaan. Tidak boleh lagi ada pihak yang selalu mendikte dan beranggapan bahwa my standard is better than yours,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan KTT ASEAN-Uni Eropa di Justus Lipsius Atrium, Brussels, Belgia.

Kepala Negara menambahkan, selama beberapa dekade, Asia Tenggara telah menjadi economic powerhouse. Kawasan Asia Tenggara akan tetap menjadi pusat pertumbuhan regional maupun global. “Dengan demikian kemitraan dengan ASEAN dipastikan akan saling menguntungkan,” ujarnya.

Seiring dengan melesunya ekonomi global akibat dampak pandemi Covid-19 dan tensi geopolitik, Asia Tenggara merupakan kawasan yang mengalami pertumbuhan ekonomi cukup baik dibandingkan dengan kawasan lain di dunia. Dengan begitu, penguatan kerja sama ekonomi tentu akan memberikan manfaat dan keuntungan yang besar.

Mengutip survei EU–ASEAN Business Council pada September 2022 disebutkan, 63 persen responden menyatakan kawasan ASEAN sebagai kawasan yang memberikan peluang ekonomi yang lebih besar. Berikutnya sebanyak 69 persen responden juga berharap pasar ASEAN akan menjadi kawasan yang banyak meraup keuntungan secara global, dan 97 persen menginginkan UE untuk mempercepat perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas/Free Trade Agreement(FTA) dengan negara–negara di kawasan Asia Tenggara.

Indonesia juga mengharapkan dukungan dari Uni Eropa untuk agenda prioritas Keketuaan Indonesia ASEAN 2023 dengan tema yang diusung “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Agenda prioritas Indonesia pada Keketuaan ASEAN 2023, antara lain, recovery-rebuilding, digital transformation, dan sustainability.

Agenda tersebut juga selaras dengan prioritas Uni Eropa terkait isu konektivitas, ekonomi digital, perubahan iklim, dan transportasi, ditambah lagi dengan perhatian Uni Eropa terhadap permasalahan krisis pangan dan krisis keuangan global.

Dalam kesempatan KTT Peringatan ASEAN–UE tersebut, pihak UE telah menyampaikan komitmen untuk memobilisasi dana investasi di kawasan Asia Tenggara sebesar 10 miliar Euro melalui skema “Global Gateway” yang akan difokuskan di sektor energi, transportasi, digitalisasi, pendidikan, dan mendorong trade and sustainable value chains.

Dukungan UE ini diharapkan akan dapat mendukung upaya transisi energi di Kawasan Asia Tenggara menuju ekonomi hijau dan juga akan membuka peluang ekonomi dan lapangan pekerjaan yang lebih besar.

Presiden Dewan Eropa Charles Michel menyatakan, pihaknya siap berkolaborasi dengan ASEAN, khususnya di beberapa sektor seperti konektivitas, ekonomi digital, perubahan iklim, serta krisis pangan, dan keuangan global.

Memperkuat Rantai Pasok Perdagangan

KTT ASEAN-UE kali ini dihadiri oleh tujuh kepala negara dari sembilan negara di kawasan ASEAN yang diundang (kecuali Myanmar), sedangkan dari pihak Uni Eropa dihadiri oleh 22 kepala negara dari 27 negara yang bergabung ke dalam Uni Eropa.

Seperti dilansir dari Channel News Asia, Rabu (14/12/2022), UE disebut akan mendorong agenda konektivitas ke depan dan mencoba merayu ASEAN dengan strategi "Global Gateway"-nya. Mereka menyiapkan total dana investasi infrastruktur senilai 300 miliar Euro (Rp4.680 triliun) untuk memacu proyek konektivitas di negara-negara berkembang.

Rencana tersebut dipandang sebagai upaya untuk menyaingi China's Belt and Road Initiative atau One Belt, One Road (OBOR). Menyikapi hal itu, pengamat ASEAN-UE di Pusat Studi Kebijakan Eropa, Hu Weinian, meyakini bahwa ke depan negara-negara Eropa akan lebih banyak menjalin bisnis dengan ASEAN.

Menurutnya, Eropa telah belajar dari dampak pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina. Dengan demikian, diversifikasi produk dan rantai pasokan yang kuat jadi agenda perdagangan UE. “ASEAN akan memainkan peran yang sangat penting dalam hal ini,” ujar Hu Weinian.

Meski begitu, UE saat ini baru memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan dua anggota ASEAN, yakni Singapura dan Vietnam. Pihak Brussels sedang mencoba memperluas daftar mitranya. Tapi kesepakatan di masa depan bisa menjadi rumit oleh undang-undang UE yang baru. Beleid tersebut, antara lain, mengatur pembatasan impor barang terkait deforestasi atau hasil dari kerja paksa.

Ketua Delegasi Parlemen Eropa untuk Hubungan dengan Negara-negara Asia Tenggara dan ASEAN Daniel Caspari mengatakan, ada kebutuhan untuk menghentikan deforestasi secara global. Tetapi di sisi lain, pihaknya harus menerima bahwa negara-negara ASEAN memang memiliki kepentingannya sendiri.

Tercatat total perdagangan ASEAN-UE pada 2021 mencapai USD268,9 miliar/Rp4.194 triliun (kurs Rp15.600 per USD), meningkat 18,6 persen dari 2020. UE adalah mitra dagang terbesar ASEAN ketiga setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Amerika Serikat. Adapun investasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) UE ke ASEAN mencapai USD26,5 miliar pada 2021 dan menjadikan UE sebagai sumber FDI terbesar kedua di ASEAN setelah RRT.

Secara bilateral, nilai perdagangan Indonesia-UE pada 2021 sebesar USD29,1 miliar (Rp453,9 triliun) dengan ekspor sebesar USD18 miliar dan impor sebesar USD11,1 miliar. Sementara itu, investasi langsung UE ke Indonesia sebesar USD2,5 miliar atau sebesar USD11,9 miliar selama periode 2017–2021.

Hubungan kemitraan ASEAN–UE pertama kali dikukuhkan pada 1977 dan dilembagakan setelah penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ASEAN–EEC pada 7 Maret 1980. Pada 2020, hubungan tersebut ditingkatkan menjadi Kemitraan Strategis.

Kegiatan KTT ASEAN-UE merupakan salah satu dari sejumlah agenda internasional yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo pada akhir tahun ini, menyusul KTT ASEAN di Phnom Penh, Laos, KTT G20 di bawah Presidensi Indonesia di Bali, dan KTT APEC di Bangkok, yang semuanya diselenggarakan sepanjang November 2022.

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari