Sektor industri manufaktur tetap menjadi kontributor utama dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2023, dengan sumbangsih 16,77 persen.
Perekonomian dunia kini sedang tidak baik-baik saja. Negara dunia kini dihadapkan dengan risiko pelambatan akibat dampak pandemi, tensi geopolitik yang terus menguat, dan efek rambatan dari kebijakan pengetatan moneter.
Di tengah-tengah perekonomian yang masih belum bersahabat, kinerja perekonomian, terutama di sektor industri pengolahan nonmigas selama triwulan I-2023 masih mencatat perumbuhan yang konsisten, bahkan masih menjadi sumber utama pembentuk struktur produk domestik bruto (PDB), selama tiga bulan pertama tahun ini.
Indikator itu tecermin, mengutip data Kementerian Perindustrian, dari kinerja industri pengolahan nonmigas selama triwulan itu yang mencatat sebesar 4,67 persen (year on year/yoy).
Kondisi yang masih impresif itu tentu sangat diapresiasi oleh Agus Menteri Perindustrian Gumiwang Kartasasmita. Menurutnya, sektor manufaktur masih konsisten menjadi sumber utama bagi pembentuk struktur produk PDB nasional sepanjang tiga bulan pertama pada tahun ini, yang mencapai 5,03 persen.
“Sektor industri manufaktur tetap sebagai kontributor paling besar dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2023. Sumbangsihnya hingga 16,77 persen, mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya (triwulan IV-2022) sebesar 16,39 persen,” ujar Agus, seperti dikutip dari laman resmi Kemenperin, Senin (8/5/2023).
Agus mengatakan, dalam dua kuartal berturut-turut, industri makanan dan minuman mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, mengingat struktur PDB industri pengolahan nonmigas didominasi oleh andil industri makanan dan minuman yang mencapai 38,6 persen, industri ini menjadi prime mover pertumbuhan triwulan I-2023 ini.
Selain itu, Agus mengatakan, pada triwulan I-2023, industri alat angkutan menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 17,3 persen, diikuti industri logam dasar (15,5 persen) serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (12,8 persen).
“Pertumbuhan industri alat angkutan tumbuh signifikan karena dipacu oleh peningkatan produksi kendaraan untuk memenuhi permintaan kendaraan baru menjelang Lebaran serta peningkatan produksi kendaraan listrik,” ujarnya.
Di samping itu, Agus mengatakan, pertumbuhan juga melesat di industri logam dasar yang didorong adanya lonjakan permintaan luar negeri, terutama produk olahan bijih nikel seperti ferro nikel, nikel matte, dan nikel pig iron.
“Hal ini sejalan dengan program prioritas pemerintah dalam menjalankan kebijakan hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, yang memiliki multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional,” tuturnya.
Agus optimistis, pelaku industri manufaktur di Indonesia masih memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Hal ini lantaran didukung tekad pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan menerbitkan berbagai program dan kebijakan yang strategis.
“Sejumlah indikasi juga didukung oleh Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada April lalu menunjukkan level ekspansi. Sejak Kemenperin meluncurkan IKI pada November lalu, dan selama 20 bulan berturut PMI manufaktur kita tetap sama-sama berada di fase ekspansi,” pungkasnya.
Untuk diketahui, PMI Manufaktur Indonesia pada April berada di posisi 52,7 atau naik signifikan dibanding capaian Maret di level 51,9. Perbaikan kondisi bisnis ini ditopang oleh permintaan domestik yang terus menguat.
Kondisi seperti yang dilaporkan Kementerian Perindustrian itu, juga sejalan dengan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini. Secara umum, seperti dlaporkan BPS, ekonomi Indonesia pada kuartal I-2023 tumbuh sebesar 5,03 persen secara tahunan (yoy). Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada kuartal IV-2022 sebesar 5,01 persen.
Bila dibedah lebih jauh, kelompok industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) tumbuh 14,23 persen (yoy) sepanjang triwulan I tahun 2023. Capaian gemilang ini jauh melampaui kinerja ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,03 persen pada periode yang sama.
Dari sejumlah subsektor manufaktur, harus diakui kontribusi penopang pertumbuhan sektor manufaktur adalah subsektor ILMATE. Kondisi itu dibenarkan oleh Sekditjen ILMATE Kementerian Perindustrian Yan Sebarang Tandiele, di Jakarta, Senin (8/5/2023).
“Benar, sektor ILMATE tetap menjadi kontributor utama dalam menopang pertumbuhan industri manufaktur di triwulan I-2023, dengan kontribusinya mencapai 25,96 persen (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya (triwulan IV-2022) sebesar 25,16 persen,” ujarnya.
Secara rinci, hampir seluruh subsektor ILMATE tumbuh dua digit dengan pertumbuhan terbesar di sektor industri alat angkutan yang melaju di angka 17,27 persen, diikuti industri logam dasar (15,51 persen), serta industri barang logam, komputer, barang elektronik dan peralatan listrik (12,78 persen).
Yan menjelaskan, industri alat angkutan tumbuh moncer di atas pertumbuhan ekonomi nasional sejak triwulan II-2022. Hal ini karena didorong oleh keberhasilan program insentif diskon pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM-DTP) kendaraan roda empat yang mampu memberikan stimulus bagi peningkatan kinerja industri-industri pendukungnya, terutama yang bergerak pada industri komponen otomotif.
“Selain itu, pertumbuhan industri alat angkutan di triwulan I-2023 tumbuh signifikan dan berkontribusi sebesar 9,67 persen terhadap capaian industri pengolahan nonmigas, juga dipacu oleh peningkatan produksi kendaraan untuk memenuhi permintaan kendaraan baru menjelang lebaran serta peningkatan produksi kendaraan listrik,” paparnya.
Selanjutnya, performa industri logam dasar termasuk yang konsisten di atas pertumbuhan ekonomi nasional sejak tahun 2020. Ini menunjukkan bahwa industri logam dasar adalah salah satu sektor yang mampu bertahan terhadap badai pandemi Covid-19 saat itu.
“Pada triwulan I-2023, pertumbuhan double digit di industri logam dasar karena didorong adanya lonjakan permintaan luar negeri terutama produk olahan bijih nikel seperti fero nikel, nikel matte, dan nikel pig iron,” ungkap Yan.
Tak dipungkiri, konsistensi pemerintah yang terus mendorong pertumbuhan industri logam dasar melalui kebijakan hilirisasi industri untuk peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri yang memiliki dampak yang luas bagi perekonomian nasional.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari