Pembangunan jalan perbatasan di Papua sepanjang 1.098,33 km merupakan upaya memperkuat teritorial perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melanjutkan pembangunan jalan perbatasan di beberapa kawasan Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Salah satunya, pembangunan jalan perbatasan Papua sepanjang 1.098,33 km.
Pembangunan itu sebagai salah satu upaya untuk memperkuat teritorial perbatasan antara Republik Indonesia dan Papua Nugini. Dikatakan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, jaringan jalan perbatasan merupakan infrastruktur yang bernilai strategis bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Fungsinya, menurut Menteri Basuki, sebagai pertahanan dan keamanan negara dan mendukung pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan perbatasan. Menteri Basuki menambahkan, tantangan dalam pembangunan jalan perbatasan di Papua adalah gangguan keamanan, kondisi alam yang masih berupa hutan, pegunungan, serta cuaca.
Di samping itu, Menteri Basuki menjelaskan, ada keterbatasan material konstruksi serta akses ke lokasi juga sulit dicapai, sehingga logistik dan tenaga kerja sulit didapat. “Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap mengingat medan yang dilalui sangat berat karena harus melintasi pegunungan terjal, menembus hutan yang sangat sulit untuk para pekerja konstruksi dan mobilisasi alat kerja,” tambah Basuki.
Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian mengatakan, pembangunan jalan perbatasan Papua terbagi menjadi tiga segmen. Segmen 1 Jayapura-Arso-Waris-Yeti dengan panjang 127,56 km. Lalu, segmen 2 Yeti-Ubrub-Oksibil sepanjang 302,36 km, dan segmen 3 Oksibil-Tanah Merah-Muting-Merauke sepanjang 668,41 km.
Per April 2023, progres fisik pembangunan segmen 1 telah mencapai 100%. Sementara itu, segmen 2 sekitar 49,10% dan segmen 3 mencapai 87.02%. Sehingga, total jalan perbatasan di Papua yang sudah terbangun sepanjang 944.44 km.
Pelaksanaan pembangunan jalan perbatasan Papua pada segmen 1--3 dari periode tahun 2015--2022 dengan anggaran sebesar Rp1,283 triliun dan ditargetkan penyelesaian pembangunan secara bertahap dengan target kondisi jalan pada akhir 2024 adalah hutan sepanjang 146,79 km, jalan tanah sepanjang 181,86 km, dan jalan aspal sepanjang 769,68 km.
Disebutkan Hedy, selain memperkuat teritorial perbatasan antarnegara, pembangunan jalan perbatasan Papua juga bertujuan untuk membuka isolasi dan memperlancar konektivitas pusat ekonomi wilayah. Sehingga, memudahkan transportasi barang dan manusia yang akan berdampak pada penurunan harga barang dan jasa di Papua, sehingga mengurangi kesenjangan antarwilayah di Indonesia.
Pada 2023, pembangunan jalan perbatasan masih menjadi prioritas pemerintah. Kementerian PUPR menargetkan 3.707 km pembangunan jalan perbatasan di seluruh Indonesia, seperti di Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua dapat selesai hingga akhir 2024.
Adapun target kondisi konstruksi jalan perbatasan yaitu perkerasan aspal sepanjang 1.717,66 km, agregat 434,97 km, tanah 1.000,11 km, serta kemungkinan menyisakan 198,84 km berupa hutan.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari