Kereta Cepat Jakarta-Bandung diklaim menjadi proyek kereta cepat pertama di Indonesia dan juga tercepat di Asia Tenggara.
Sejarah baru dimulai. Naik kereta ke wilayah Bandung hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Ya, akhirnya, kereta cepat pertama di Asia Tenggara, yakni Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) resmi diluncurkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Stasiun KCJB Halim, Jakarta Timur, Senin (2/10/2023).
Kereta Cepat Jakarta-Bandung diklaim menjadi proyek kereta cepat pertama di Indonesia dan juga tercepat di Asia Tenggara. Mulai diinisiasi pemerintah sejak 2015 dengan menjalin kerja sama dengan pemerintah Tiongkok. Standar kecepatan kereta cepat ini akan mencapai 350 km per jam. Bahkan bisa mencapai maksimal 354 km/jam.
Dengan menempuh jarak sepanjang 142,3 kilometer dari Stasiun Halim melewati Stasiun Karawang, Padalarang, hingga tiba di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, KCJB hanya memerlukan waktu tempuh 36 hingga 44 menit. Artinya, jauh lebih cepat dibanding waktu tempuh kereta reguler yang kini bisa mencapai 3--4 jam.
Kereta cepat ini dinamakan Whoosh. Presiden Jokowi mengungkapkan, Whoosh merupakan singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat. “W-H-O-O-S-H, dibaca ‘wus’. Ini diinspirasi dari suara yang melesat dari kereta berkecepatan tinggi ini, dan singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat,” ungkap Presiden.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam laporannya mengungkapkan sejak September 2023, telah dilakukan uji coba publik untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
“Selama tiga minggu sejak dibukanya uji coba gratis bagi publik, kita secara langsung melihat rasa antusias yang luar biasa di mana masyarakat diajak untuk langsung merasakan sendiri kemanfaatannya,” ujar Menko Marinves.
Menko Luhut menambahkan, setelah secara resmi beroperasi masyarakat dapat menaiki Kereta Cepat Jakarta-Bandung tanpa biaya hingga pertengahan Oktober mendatang.
Menurut operator kereta Whoosh, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), selama masa uji coba ini akan tersedia sekitar 500 kuota untuk empat jadwal perjalanan pulang-pergi (PPG). Sementara itu, stasiun yang beroperasi selama uji coba ini terbatas pada Stasiun Halim dan Stasiun Tegalluar.
Saat beroperasi nanti, kereta cepat ini diintegrasikan dengan moda transportasi yang ada di Jakarta maupun Kota Bandung, seperti light rail transit (LRT) dan mass rapid transit (MRT). PT KAI juga sudah menyediakan kereta api feeder KCJB atau kereta api pengumpan yang menghubungkan Stasiun Utama Kereta Cepat Padalarang di Kabupaten Bandung Barat dengan Stasiun Feeder Cimahi di Kota Cimahi hingga Stasiun Feeder Bandung di Kota Bandung. Nanti penumpang dari stasiun feeder juga dapat meneruskan perjalanan dengan bus rapid transit (BRT) Bandung Raya.
Menurut Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi, pihaknya mengusulkan tarif integrasi kereta cepat sebesar Rp300.000. Nilai tarif ini nantinya sudah termasuk dengan jenis transportasi umum lainnya. “Sudah sama feeder dan LRT, tapi kan kita masih diskusikan dengan KAI dan LRT,” ujarnya.
Besaran biaya tarif integrasi ini berbeda dengan harga tiket reguler KCJB saja. Tiket integrasi antarmoda transportrasi umum sudah diterapkan di DKI Jakarta melalui aplikasi JakLingko. Mengutip laman resmi jaklingkoindonesia.co.id, tarif Integrasi merupakan biaya yang dikeluarkan seseorang ketika naik lebih dari satu transportasi umum. Disebut integrasi, karena tarif ini melibatkan sejumlah moda transportasi yang saling terhubung, seperti MRT Jakarta, LRT Jakarta, atau sarana bus TransJakarta.
Proyek senilai USD7,3 miliar (Rp109,5 triliun) ini menghubungkan Jakarta dengan Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat yang berpenduduk padat. Mobilitas masyarakat semakin lancar. Wilayah sepanjang jalur yang dilewati kereta Whoosh ini diharapkan turut berkembang, baik kawasan bisnis, pariwisata, dan residensial. Meski demikian, trayek kereta api regular Jakarta-Bandung KA Argo Parahyangan masih tetap beroperasi, mengingat jalur berbeda dengan KCJB.
Kereta Whoosh kini menjadi kereta api tercepat di Asia Tenggara. Sebelumnya, Laos sudah memiliki kereta cepat lebih dulu, Kereta Cepat Boten–Vientiane memiliki kecepatan hingga 160 km/jam. Kecepatan kereta cepat Laos tersebut sama dengan kereta cepat milik Malaysia, KLIA Ekspress, yang juga memiliki kecepatan hingga 160 km/jam.
Sedangkan, negeri jiran lainnya, Thailand juga memiliki dua kereta cepat, yaitu Airport Rail Link yang menghubungkan kota Bangkok dan Bandara Suvarnabhumi dengan kecepatan 160 km/jam.
Profil Kereta Cepat
Gerbong Kereta Cepat Jakarta-Bandung tipe CR400AF memiliki lebar 3,36 meter, tinggi 4,05 meter, panjang lokomotif 27,2 meter dan intermediate kereta sebesar 25 meter. Kereta cepat ini memiliki ukuran yang lebih besar dan mampu bertahan lebih lama, yakni sekitar 30 tahun sejak tahun produksi. Selain itu, biaya perawatannya pun cenderung lebih rendah.
Adapun satu rangkaian KCJB akan terdiri dari delapan gerbong kereta dengan kapasitas penumpang sebanyak 601 pelanggan. Jumlah ini terbagi dalam beberapa kelas pelayanan, yakni VIP, First Class (Kelas 1), dan Second Class (Kelas 2).
Kapasitas maksimal penumpang VIP sekitar 18 orang, 28 orang untuk pelanggan First Class, dan 555 penumpang untuk Second Class. Adapun untuk fasilitas yang disediakan dalam KCJB ini adalah Dining Car, Charging Port, Luggage Storage, hingga fasilitas untuk difabel.
Keistimewaan dari kereta Whoosh ini, antara lain, di setiap rangkaian dari kereta cepat CR400AF dilengkapi dengan dua lighting arrester yang berfungsi meningkatkan keamanan terhadap sambaran petir, terutama di sisi peralatan yang bertegangan tinggi.
Kereta cepat tipe ini juga dapat beroperasi di iklim tropis, cuaca ekstrem, dan suhu dengan kelembapan yang tinggi, seperti Indonesia. Selain itu, CR400AF juga sudah dipastikan dapat melewati kondisi geografis dari lintasan Jakarta-Bandung yang cenderung menanjak.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari