Indonesia.go.id - Kusta di Indonesia: Data, Fakta, dan Langkah Penanganan

Kusta di Indonesia: Data, Fakta, dan Langkah Penanganan

  • Administrator
  • Jumat, 28 Juni 2024 | 09:10 WIB
KESEHATAN
  Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan peninjauan sejumlah lumbung sosial guna mengatasi tingginya kasus kusta di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan . KEMENSOS
Penyakit kusta bukan lagi kutukan, tapi bisa disembuhkan dengan pengobatan tepat. Pemerintah terus berupaya memerangi stigma dan meningkatkan akses pengobatan.

Di masa lalu, penyakit kusta lazim dianggap sebagai penyakit kutukan, buah dari perbuatan dosa, atau hukuman dari Sang Pencipta. Dipercaya pula bahwa penyakit itu tidak bisa disembuhkan dan sangat menular.

Alhasil, penderita penyakit yang sudah didapati berada di tengah masyarakat sejak ribuan tahun lalu acap diisolir, ditelantarkan, distigmatisasi, dan juga hidup dalam kemiskinan di tengah-tengah masyarakat. Nah ekslusi dan stigma yang menimpa penyandang kusta potensial menimbulkan dampak pada fisik dapat bersifat permanen.

Ironisnya, stigma tersebut masih berlangsung bahkan sampai sekarang, sehingga bisa berakibat para penyandang kusta rentan terhadap gangguan psikis, antara lain, berupa depresi, kecemasan, dan kesepian, ataupun gangguan dalam relasi sosial.

Padahal, apa yang dipercaya masyarakat di masa lalu terkait kusta itu adalah mitos. Kemajuan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan telah membuktikan bahwa penyakit kusta atau yang kerap pula disebut sebagai lepra, bukanlah bentuk kutukan atau hukuman dari Tuhan.

Penyakit itu juga sangat bisa disembuhkan, asalkan dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat. Kusta dapat disembuhkan dengan pengobatan yang dikenal sebagai terapi multiobat, atau MDT. Dan setelah mendapat MDT selama 72 jam, pengobatan mencegah penyebaran penyakit dan penyakit kusta tidak lagi menular.

Penularan kusta sendiri juga tidak semudah penularan virus corona. Pasalnya, kusta tidak ditularkan melalui udara, melainkan melalui kontak erat dan berulang, tanpa adanya intervensi medis pada orang yang terdeteksi menderita kusta itu tadi.

Di Indonesia, angka keterjangkitan kusta berada di peringkat ketiga tertinggi dunia. Data 2022 mencatat, jumlah kasus kusta di Indonesia mencapai 13.487 kasus dan angka itu masih dapat meningkat seiring dengan kemungkinan adanya kasus-kasus kusta yang tidak dilaporkan.

Itulah sebabnya, pemerintah melalui Kementerian Sosial melakukan beragam terobosan demi mengakhiri rantai penularan kusta. Menteri Sosial Tri Rismaharini telah melakukan terobosan berupa pembangunan sejumlah lumbung sosial demi mengatasi tingginya kasus kusta di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.

Dalam rilis yang disiarkan oleh Kementerian Sosial di Jakarta pada Rabu (12/6/2024), Menteri Risma berharap, pembangunan lumbung sosial tersebut dapat memudahkan para penyintas kusta dalam mendapatkan alat-alat perlengkapan dan kebersihan diri.

“Jika Bapak Ibu kesulitan mendapatkan sabun, handuk dan perlengkapan lainnya, silakan datang ke lumbung sosial. Kami sediakan,” kata Risma.

Ia juga menyebutkan bahwa Kementerian Sosial sudah membangun lebih dari 600 lumbung sosial yang tersebar di seluruh tanah air, terutama di daerah rawan bencana. Dan kali itu, pihaknya membangun lumbung sosial di Kabupaten Barito Kuala dengan prioritas guna mencegah sekaligus mengatasi penyebaran kusta yang kasusnya cukup tinggi.

Meskipun penderita kusta di Kabupaten Barito Kuala bukan yang tertinggi di Kalimantan Selatan, Risma melanjutkan, jumlah penyintas kusta di Kabupaten Barito Kuala tercatat sebanyak 58 orang. Menteri Risma menerangkan, penyebab tingginya kasus kusta di kabupaten tersebut ialah kebiasaan masyarakat mandi di sungai yang disertai dengan belum adanya kesadaran terkait tidak bolehnya pengidap kusta berbagi handuk dan perlengkapan mandi agar mencegah penularan.

“Sekarang Kemensos sudah menyediakan berbagai perlengkapan mandi, perlengkapan tidur, obat-obatan dan berbagai kebutuhan lainnya. Jika perlengkapan Bapak Ibu habis, bisa minta ke lumbung sosial. Jadi tidak boleh campur dengan anggota keluarga lain, supaya tidak tertular," tegasnya

Risma menyebutkan lumbung sosial yang dibangun Kementerian Sosial tersebar di tiga lokasi, yaitu Lumbung Sosial Kelurahan Ulu Benteng di Kecamatan Marabahan, kemudian Lumbung Sosial Desa Sungai Pitung di Kecamatan Alalak, serta Lumbung Sosial Desa Teluk Tambah di Kecamatan Tabukan.

Ia menambahkan lumbung sosial tersebut nantinya dikelola masyarakat dengan mendapat pemantauan dari puskesmas serta pemerintah desa. Adapun berbagai kebutuhan yang disediakan di dalam lumbung sosial tersebut, antara lain, nutrisi, perlengkapan kebersihan diri, alat makan, perlengkapan mandi, pakaian, perlengkapan tidur, masker, disinfektan, serta obat-obatan yang seluruhnya akan selalu terisi penuh untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.

 

Prevalensi Meningkat pada 2022

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pernah melaporkan, prevalensi kasus kusta di Indonesia sebesar 0,55 per 10.000 penduduk pada 2022. Yang mana artinya, ada kenaikan dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 0,5 per 10.000 penduduk.

Hal itu seiring adanya 15.052 kasus kusta yang terdaftar pada 2022. Sedangkan, ada 12.095 kasus kusta baru yang ditemukan di dalam negeri sepanjang tahun lalu.

Adapun, proporsi kasus kusta tanpa catat di Indonesia sebanyak 82,87%. Proporsi pasien kusta yang mengalami cacat tingkat dua sebesar 6,37%. Sementara itu, proporsi kasus kusta yang diderita anak di Indonesia sebanyak 9,89% pada 2022.

Lebih lanjut, data Kemenkes menunjukkan, Papua Barat menjadi provinsi dengan prevalensi kusta tertinggi di Indonesia, yakni 9,89 per 10.000 penduduk. Posisi Papua Barat itu diikuti oleh Maluku Utara dengan prevalensi kusta sebesar 5,32 per 10.000 penduduk.

Prevalensi kusta di Papua tercatat sebesar 4,18 per 10.000 penduduk. Kemudian, prevalensi kusta per 10.000 penduduk di Maluku dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 2,08 dan 1,94.

Sementara itu, Sumatra Barat menjadi wilayah dengan prevalensi kusta paling sedikit, yakni 0,1 per 10.000 penduduk. Di atasnya ada Sumatra Utara dan Jambi dengan prevalensi kusta sama-sama sebesar 0,11 per 10.000 penduduk.

 

Instalasi Air Bersih

Tak hanya membuat lumbung sosial, Mensos Risma juga memasang instalasi air bersih demi mencegah penularan kusta di di empat kecamatan di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Selasa (11/6/2024). Mensos Risma juga memasang instalasi pengolahan air bersih di empat kecamatan di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, guna membantu ketersediaan air bersih sekaligus pencegahan penularan penyakit kusta.

Dalam rilis yang disiarkan oleh Kementerian Sosial di Jakarta pada Rabu malam, pihaknya menjelaskan ketersediaan air bersih menjadi salah satu faktor yang dapat memutus rantai penularan bakteri penyebab kusta. "Jadi kami berikan bantuan termasuk air bersih, supaya tidak menggunakan air yang tidak bersih lagi sehingga tidak terjadi penularan ke yang lain," jelas Risma.

Saat ini, Kementerian Sosial telah memasang instalasi pengolah air bersih di empat kecamatan, yakni di Kecamatan Alalak, Kecamatan Barambai, Kecamatan Bakumpai, dan Kecamatan Tabukan dalam rangka Bakti Sosial di Kabupaten Barito Kuala. Risma menyebutkan, pihaknya juga telah memasang instalasi pengolahan air bersih dengan total kapasitas 5.500 liter air menggunakan 4 tandon untuk mengolah air sungai menjadi air bersih.

Instalasi tersebut mampu mengolah 1 liter air per detik dengan total produksi air layak konsumsi 6.000 liter per hari. Menurut perhitungannya, air sebanyak itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 200 keluarga. Instalasi air bersih tersebut juga turut melengkapi integrasi bantuan Rumah Sejahtera Terpadu (RST) yang dibangun Kemensos.

Pada kesempatan yang sama, Risma juga menyampaikan terobosan idenya untuk menyempurnakan instalasi pengolahan air bersih menjadi alat dekontaminasi bakteri penyebab kusta. "Saya sedang memikirkan bagaimana caranya supaya bakteri penyebab kusta bisa dimatikan melalui proses pengolahan instalasi air bersih ini," tambah Risma.

Sebagai informasi, Barito Kuala adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan dengan karakteristik kewilayahan sebagian besar desa-desanya berada di daerah rawa/gambut. Untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (MCK), konsumsi air diambil dari sungai-sungai kecil yang memiliki kualitas air kurang bagus, sehingga tidak layak dikonsumsi.

Masyarakat setempat terbiasa menggunakan air PDAM untuk dikonsumsi. Hanya saja belum semua wilayah terjamah instalasi PDAM sehingga masyarakat terpaksa harus membeli air dengan harga yang tidak murah.

Secara medis, kusta merupakan penyakit endemik yang merusak jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Jika seseorang terjangkit bakteri itu, maka masa inkubasinya bisa lebih dari 5 tahun, atau bahkan sering disebut penyakit infeksi yang gejala infeksinya tidak akut. 

Komisioner Komnas Perempuan Retty Ratnawati menyatakan, sejak ditemukan Mycobacterium leprae yang merupakan penyebab penyakit kusta,  dan selanjutnya ditemukan jenis antibiotika tertentu yang dapat membunuh Mycobacterium leprae, maka sejak saat itu kusta bisa  disembuhkan  dengan proses pengobatan agak lama, sekitar 6--12 bulan tergantung derajat keakutannya.

“Percepatan penanganan penyakit kusta ini membutuhkan pencegahan berkelanjutan dan diagnosa sedini mungkin sehingga penyakit kusta akan turun prevalensinya dan juga penyandang kusta bisa sembuh tanpa mengalami disabilitas fisik maupun psikis, ataupun bisa bebas dari gangguan relasi sosial. Pencegahan bisa dilakukan dengan memperhatikan kebersihan dan kesehatan individu atau diri sendiri dan juga perhatian pada kebersihan kesehatan lingkungan masyarakat. Keluarga dan masyarakat diharapkan dapat lebih mengenali gejala dini penyakit kusta,” tambah Retty.

Saat ini, obat untuk kusta sudah tersedia di semua tingkatan layanan kesehatan milik  pemerintah. “Kami mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama berkomitmen dalam upaya pemberantasan kusta serta menciptakan lingkungan inklusif bagi seluruh warga Indonesia, tanpa pengecualian,” lanjut Bahrul Fuad, Komisioner Komnas Perempuan.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

Berita Populer