Sejak 2015 pemerintah meluncurkan program pompanisasi. Ribuan pompa dibagikan dan mendukung irigasi, terutama di musim kemarau.
Di pelosok Indonesia, di tengah musim kemarau panjang seperti saat ini (Juni--September 2024), lumbung-lumbung pangan menghadapi tantangan serius saat musim kemarau tiba. Pasokan air yang terbatas sering kali mengancam produktivitas padi, tanaman utama yang menjadi penopang ketahanan pangan nasional.
Itu pula yang terjadi kini, sejak BMKG melaporkan musim kemarau sudah melanda tanah air sejak Juni 2024. Salah satu desa yang mengalami permasalahan ini adalah Desa Pandan Wangi di Jawa Tengah. Desa kecil ini terkenal sebagai penghasil beras terbesar di wilayahnya. Hanya saja setiap kemarau tiba, sawah-sawahnya berubah menjadi tanah gersang yang rentan gagal panen.
Merespons itu, sejak 2015 pemerintah meluncurkan program pompanisasi. Program itu di bawah inisiasi Kementerian Pertanian. Ide tersebut muncul seiring dengan kesulitan yang dihadapi oleh petani di berbagai daerah yang kesulitan mengakses air untuk irigasi, terutama di musim kemarau.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melihat pentingnya menyediakan pasokan air secara konsisten untuk mendukung peningkatan produksi padi dan ketahanan pangan nasional. Salah satu solusi yang didorong adalah penerapan pompanisasi, sebuah metode yang memungkinkan petani memanfaatkan sumber air yang lebih dalam atau yang terletak jauh dari lahan pertanian melalui penggunaan pompa air.
Pompanisasi sendiri, merujuk situs resmi Kementerian Pertanian https://pertanian.go.id/ (18/9/2024), diadaptasi dari metode pertanian modern yang telah berhasil diterapkan di berbagai negara, termasuk di Arkansas, Amerika Serikat. Di sana, pompa-pompa besar digunakan untuk memompa air dari sungai-sungai utama ke lahan pertanian, dan metode ini terbukti efektif dalam menjaga kestabilan produksi padi meskipun menghadapi musim kemarau.
Menurut Amran, model serupa di AS itu dapat diimplementasikan di Indonesia, terutama di daerah yang memiliki akses terbatas ke sumber air alami. Melalui program ini, pemerintah berkomitmen untuk menyediakan pompa air secara gratis kepada para petani. Hingga September 2024, ribuan pompa telah disalurkan ke berbagai wilayah, terutama di lumbung pangan Indonesia seperti Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
Dengan pompanisasi memungkinkan petani memanfaatkan air dari sumber yang berada jauh di bawah tanah atau dari sungai-sungai kecil yang sulit dijangkau. Hal ini penting untuk memastikan pasokan air tetap terjaga, mendukung produksi padi, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pompanisasi Menjaga Produksi
Sejak dimulainya program ini, manfaatnya mulai dirasakan petani di berbagai wilayah. Data dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat lebih dari 10.000 unit pompa telah didistribusikan ke petani sejak 2019 hingga pertengahan 2024.
Pompa-pompa itu disalurkan ke provinsi-provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Utara, wilayah yang menjadi pusat produksi padi Indonesia. Kini, petani di daerah tersebut dapat lebih mudah mendapatkan akses air, bahkan saat musim kemarau melanda.
Sebuah contoh sukses penerapan pompanisasi bisa dilihat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Sebagai salah satu daerah penghasil beras terbesar di Indonesia, Indramayu kerap dihantui kekeringan. Namun, dengan bantuan pompa air, para petani kini mampu mempertahankan produktivitas sawah mereka.
"Dengan pompa ini, kami bisa menjaga sawah tetap hijau. Sebelum ada bantuan pompa, sawah banyak yang gagal panen saat musim kemarau panjang," ujar Pak Arman, seorang petani di Indramayu.
Inspirasi dari Arkansas
Program pompanisasi Indonesia juga terinspirasi oleh sistem pertanian modern di Arkansas, Amerika Serikat. Di sana, pompa-pompa besar memompa air dari sungai utama seperti Sungai Arkansas dan Mississippi, yang kemudian didistribusikan melalui saluran air dan kanal untuk mendukung produksi padi di daerah delta.
Sistem pompanisasi Arkansas itu diadopsi di Indonesia, dengan tujuan mengurangi risiko kekeringan dan memastikan keberlanjutan produksi padi di berbagai lumbung pangan. “Di Arkansas, stasiun pompa modern membantu memompa air dari sungai dan mendistribusikannya ke lahan pertanian. Teknologi ini sangat penting dalam menjaga stabilitas pasokan air, bahkan di musim kemarau terpanjang sekalipun,” terang Mentan dalam keterangan resmi (18/9/2024).
Merujuk data Kementan, program pompanisasi berhasil meningkatkan produksi beras ditengah El Nino. Berdasarkan data Kerangka Sampling Area (KSA) yang diterbitkan BPS, proyeksi produksi beras pada Agustus sebanyak 2,84 juta ton, lalu September 2,87 juta ton, dan Oktober 2,59 juta ton. Hal ini jauh lebih besar dari produksi beras dalam 5 tahun terakhir di bulan yang sama.
Dampak dan Prospek
Dalam lima tahun terakhir, program pompanisasi telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi padi di Indonesia. Pada 2023, Indonesia mencatat produksi padi lebih dari 55 juta ton, meningkat dari 51 juta ton pada 2019.
Keberhasilan itu tidak lepas dari inovasi pertanian, termasuk peran vital pompanisasi dalam menjaga ketersediaan air. Namun tantangan masih ada, terutama dalam hal pemeliharaan pompa dan infrastruktur pendukungnya.
Pemerintah terus berupaya memperluas cakupan pompanisasi ke wilayah-wilayah yang lebih terpencil, memastikan bahwa semua daerah pertanian dapat memanfaatkan teknologi ini. Program pompanisasi adalah bukti bahwa teknologi bisa menjadi kunci untuk mengatasi tantangan kekeringan yang kerap menghantui petani Indonesia.
Dengan ribuan pompa yang telah disalurkan, para petani kini memiliki akses air yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi pangan nasional. Keberlanjutan program itu akan sangat bergantung pada dukungan pemerintah, sektor swasta, serta komitmen petani dalam menjaga produktivitas.
Jika pompanisasi terus diperluas dan didukung dengan inovasi lain, Indonesia akan mampu mencapai ketahanan pangan yang lebih kokoh, dengan setiap lahan pertanian berfungsi optimal, bahkan di musim kemarau. Kolaborasi inilah yang akan menjadi fondasi masa depan pertanian yang lebih cerah di Indonesia.
Ketika teknologi pompanisasi bertemu dengan semangat para petani, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju ketahanan pangan yang lebih kuat dan berkelanjutan. Pertanian Indonesia, yang sebelumnya tergantung pada kondisi alam, kini memasuki era modernisasi dengan teknologi yang lebih canggih, membuka peluang baru bagi kesejahteraan petani dan produksi pangan yang lebih stabil.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/TR