Pada 2019, produksi Gaharu Indonesia tercatat sekitar 120 ton, dan pada tahun 2023 mencapai lebih dari 180 ton.
Harta karun ‘hijau’ Indonesia sungguh beragam. Selain vanili, harta karun ‘hijau’ Indonesia adalah pohon gaharu (Aquilaria malaccensis). Pohon asli hutan hujan di Asia Tenggara itu tercatat sebagai tanaman mahal. Harga tiap kilogram gaharu bisa mencapai USD100 ribu atau setara dengan Rp1,5 miliar.
Selain di Indonesia, tanaman gaharu dapat dijumpai di Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, dan Thailand. Selain untuk bahan parfum, selama berabad-abad gaharu digunakan dalam upacara keagamaan, juga sebagai obat-obatan, hingga aromaterapi.
Dengan nilai ekonomi yang sangat tinggi dan proses alami yang panjang dalam pembentukannya, Gaharu menjadi komoditas yang sangat berharga di pasar domestik dan internasional. Bau wangi kayu gaharu sudah berabad silam diperdagangkan. Tercatat dalam sejarah Kerajaan Sriwijaya, yang eksis antara abad VII hingga XI masehi di Sumatra Selatan, merupakan pengekspor gaharu sampai ke Arab.
"Ke Negeri Arab, Sriwijaya mengekspor kayu gaharu, kapur barus, cendana, gading, timah, kayu ebony, kayu sapan, rempah," tulis Nia Kurnia Sholihat Irfan dalam Kerajaan Sriwijaya: Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya (1983:63).
Gaharu memiliki berbagai kegunaan yang membuatnya sangat diminati di pasar internasional, di antaranya:
- Parfum dan kosmetik: Gaharu merupakan bahan utama dalam pembuatan oud, parfum mewah yang digunakan di seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah.
- Pengobatan tradisional: Di negara-negara Asia seperti Tiongkok, India, dan Jepang, gaharu digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengatasi stres, serta mengobati penyakit pernapasan.
- Aromaterapi dan ritual keagamaan: Gaharu dibakar sebagai dupa dalam berbagai ritual keagamaan di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Timur. Aromanya yang khas dipercaya dapat menenangkan pikiran dan membawa ketenangan spiritual.
- Produk kesehatan dan kecantikan: Minyak atsiri dari gaharu juga dimanfaatkan dalam produk kecantikan dan kesehatan, seperti sabun premium dan lotion aromaterapi.
Minat Internasional
Komoditas gaharu, yang dikenal karena nilai ekonominya yang tinggi dan penggunaannya dalam industri wewangian serta produk manufaktur, kini semakin mendapatkan perhatian global. Baru-baru ini, dua perusahaan dari Mesir mengungkapkan minat untuk mengimpor produk kayu gaharu dari Indonesia. Pengumuman ini disampaikan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir, pada hari Sabtu (7/9/2024).
Menurut siaran pers KBRI Kairo, Duta Besar RI untuk Mesir Lutfi Rauf mengadakan pertemuan dengan beberapa buyer dari Mesir yang menunjukkan ketertarikan besar terhadap produk kayu gaharu. Dalam pertemuan tersebut, Lutfi menyambut baik permintaan ini dan mengungkapkan harapan bahwa kerja sama ini dapat memperluas pasar gaharu Indonesia.
Dari informasi yang diperoleh, perusahaan Mesir, termasuk Middle East Haji Yusuf dan Khayrat Siwa, tertarik pada produk kayu gaharu Grade I dan Grade II. Grade I merupakan gaharu yang mengandung minyak, sedangkan Grade II adalah gaharu tanpa minyak.
Permintaan tersebut terutama untuk digunakan dalam pembuatan tasbih dan bahan baku wewangian di Mesir. "Konsumen Mesir menyukai rempah dan wewangian yang dihasilkan kayu gaharu, dan mereka sangat tertarik dengan kualitas gaharu dari Indonesia," jelas Manajer Pemasaran Khayrat Siwa Ashraf Al Masry, yang dikutip Kantor Berita Antara, Ahad (8/9/2024)
Kapasitas dan Potensi Produksi
Gaharu, atau agarwood, adalah salah satu komoditas yang sangat berharga dan dicari di pasar internasional. Karena tingginya permintaan, mendorong praktik penebangan liar dan pemanenan berlebihan.
Selain itu, pembentukan resin aromatik dalam pohon ini hanya terjadi ketika pohon mengalami infeksi alami dari jamur tertentu, sehingga membuat gaharu langka dan mahal. Itu sebabnya, Pemerintah Indonesia mendorong budi daya gaharu secara berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada hasil hutan alami.
Namun, upaya budi daya gaharu bukan hal mudah, membutuhkan kondisi lingkungan yang spesifik. Pohon Aquilaria tumbuh subur di daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang cukup. Di Indonesia, beberapa wilayah yang sangat cocok untuk budi daya gaharu meliputi Sumatra, Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Di daerah-daerah ini, iklim dan kondisi tanah mendukung pertumbuhan pohon Aquilaria, serta perkembangan resin gaharu yang berkualitas tinggi.
Merujuk data Kementerian Pertanian, Indonesia merupakan salah satu produsen utama gaharu dunia. Pada 2024, Indonesia diperkirakan memiliki kapasitas produksi gaharu mencapai 15.000 ton, dengan potensi ekspor yang sangat besar mengingat kualitas gaharu yang tinggi dari berbagai daerah di tanah air.
Selain Mesir, sejumlah negara juga punya minat mengimpor gaharu Indonesia. Beberapa negara yang potensial sebagai tujuan ekspor gaharu Indonesia termasuk:
- Uni Emirat Arab: Memiliki pasar yang kuat untuk produk wewangian dan rempah-rempah.
- India: Menggunakan gaharu dalam produk wewangian dan obat-obatan tradisional.
- Jepang: Permintaan untuk gaharu berkualitas tinggi dalam pembuatan barang-barang tradisional Jepang.
- China: Penggunaan gaharu dalam pengobatan tradisional dan produk wewangian.
- Korea Selatan: Pasar yang berkembang untuk produk wewangian dan kosmetik berbasis gaharu.
Peluang di TEI
Untuk lebih mempromosikan dan memperluas pasar gaharu, Indonesia akan menyelenggarakan Trade Expo Indonesia (TEI) pada 9--12 Oktober 2024 di ICE BSD City, Tangerang, Banten. TEI 2023 mencatat kehadiran lebih dari 33.000 pembeli dan pengunjung dari 114 negara dengan total transaksi mencapai 25,3 miliar dolar AS (sekitar Rp392,65 triliun). Acara ini akan menjadi platform penting untuk memfasilitasi pertemuan antara produsen gaharu Indonesia dan pembeli internasional, termasuk dari Mesir.
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil gaharu terbesar di dunia telah mengalami peningkatan signifikan dalam produksi dan ekspor. Merujuk data dari Kementerian Pertanian, produksi gaharu di Indonesia dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata sebesar 15% per tahun. Pada 2019, produksi gaharu tercatat sekitar 120 ton, dan pada tahun 2023 mencapai lebih dari 180 ton. Kenaikan ini juga diikuti oleh pertumbuhan ekspor.
Sementara itu, dikutip dari Kementerian Perdagangan, nilai ekspor gaharu pada 2020 mencapai USD25 juta dan terus meningkat, mencapai USD40 juta pada 2023. Pasar ekspor terbesar untuk gaharu Indonesia adalah negara-negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara, terutama untuk kebutuhan industri parfum mewah, obat tradisional, dan aromaterapi.
Redaktur: Ratna Nuraini
Penulis: Dwitri Waluyo