Indonesia.go.id - Kontribusi Petani Menahan Resesi

Kontribusi Petani Menahan Resesi

  • Administrator
  • Kamis, 20 Agustus 2020 | 00:10 WIB
PRODUK DOMESTIK BRUTO
  Sejumlah buruh menata karung berisi beras di Gudang Bulog Slawi, Procot, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Perum Bulog telah menyerap 700 ribu ton beras di semester I tahun 2020. Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Sektor pertanian diyakini akan tumbuh menguat pada kuartal tiga 2020 dengan kontribusi sebesar 13,5 persen terhadap nilai produk domestik bruto (PDB).

Musim panen padi mulai bergulir di seputar Cirebon. Pintu gudang Perum Bulog sudah dibuka, di tiga tempat sekaligus, yakni Cepena, Larangan, dan Pegambiran. Bila harga gabah di pasar lunglai, petani boleh menjual langsung ke Bulog. Harganya cukup menarik, yakni Rp4.200 untuk gabah kering panen (GKP) kadar air 19 persen, dan Rp5.200 untuk gabah kering giling (GKG), kadar air 14 persen.

Namun, arus gabah ke gudang Bulog tidak terlalu besar, hanya 20 hingga 50 ton per hari. Artinya, harga di pasar lebih menarik. Panen padi musim gadu (musim kering) ini masih akan berlangsung hingga bulan September. Petani Cirebon dan sekitarnya yakin panen kali ini lebih baik dari tahun lalu karena stok air terbilang cukup. Hujan masih turun di bulan Juni, Juli, bahkan Agustus.

Di daerah Brebes, 70 km di timur Cirebon, petani panen bawang merah. Harganya cukup lumayan di tengah panen raya saat ini, yakni Rp15.000 per kg untuk kualitas sedang, dan Rp18 ribu untuk mutu super. Panen masih akan berlangsung setidaknya sampai akhir September nanti.

Menyesuaikan dengan siklus musim, produksi tanaman pangan dan holtikultura di Indonesia meruah sejak Maret-April hingga September. Maka, pola grafik produktivitasnya pun khas, yaitu terendah di kuartal satu (Q1), naik di kuartal dua (Q2), meningkat ke level tertinggi di kuartal tiga (Q3), dan turun lagi di kuartal empat (Q4). Pakem ini mewarnai grafik produktivitas sektor pertanian, karena subsektor tanaman pangan dan hortikultura ini memberi sumbangan besar kepada PDB pertanian secara keseluruhan.

Sektor pertanian sendiri terbukti cukup tahan banting dan terus produktif di tengah pandemi Covid-19. Pada kuartal satu ia tumbuh tipis 0,02 persen year on year (YoY), dan meningkat ke 2,12 persen di Q2. Ada harapan, kuartal ketiga sektor pertanian itu akan tetap bergerak di zona positif, mengikuti pola pakemnya. Ditambah pula, hasil panen Agustus-September cukup menjanjikan karena ketersediaan air pengairan di perbagai daerah cukup melimpah.

Produktivitas pertanian memang tergantung pada siklus musim. Pertumbuhan yang rendah pada kuartal Q1 2020 itu juga tidak lepas dari kemarau panjang 2019. Akibatnya, musim tanam terlambat, dan panen baru dimulai di awal Q2. Jika arus musim basah 2020 ini berlanjut sampai Oktober, musim tanam akan tepat waktu dan pada Q1 2021 pertumbuhan sektor pertanian masih cukup kuat.

 

Tahan Banting

Sektor pertanian dalam arti luas ini meliputi subsektor tanaman pangan (padi dan palawija), subsektor hortikultura (sayur, buah, dan tanaman obat), subsektor perikanan (budi daya dan tangkap),  perkebunan (kakao, karet, kopi, sawit, tembakau, tebu, dan teh), peternakan (ayam, telor, daging, dan susu), dan kehutanan (kayu bangunan, kayu furnitur, dan kayu untuk industri kertas).

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan, sektor yang dipimpinnya terutama dari subsektor tanaman pangan, hortikultura dan peternakan, ikut terpapar pandemi. Namun, dampaknya tidak seburuk yang lain. Melihat kondisi riil di lapangan, ia yakin bahwa di Q3 2020, sektor pertanian bisa tumbuh lebih tinggi dari Q2. “Sektor pertanian berpeluang menjadi penyelamat perekonomian nasional,” ujar Menteri Yasin Limpo dalam webinar, Kamis (13/8/2020), di Jakarta.

Ada sejumlah alasan yang disampaikan Mentan Yasin Limpo. Pertama, hasil produksi tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan, terus meningkat, karena tidak terganggu oleh anomali musim, dan tak pula terlalu terkendala oleh pandemi. Kedua, produknya terserap oleh pasar karena berupa bahan pangan. Yang ketiga, rantai pasok tetap lancar, mulai dari proses produksi, panen, hingga ke pemasaran.

Kabar baik pun datang dari subsektor perikanan. Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo yakin bahwa sektor yang digawanginya akan tetap terjaga di zona positif, setelah mencatat growth pada Q1 dan Q2. Kegairahan budi daya udang masih terjaga, baik pada level korporasi besar maupun petambak rakyat.

Edhy Prabowo percaya bahwa produksi udang nasional 800 ribu ton masih dapat tercapai di tahun 2020. “Mudah-mudahan malah bisa meningkat,” katanya. Budi daya udang adalah primadona di sektor kelautan dan perikanan. Namun, kata Menteri Edhy Prabowo, hasil perikanan tangkap seperti tuna, cakalang, cumi, kepiting, dan rajungan juga bertahan, baik harga maupun volumenya. Yang permintaannya susut adalah produk premium seperti lobster dan ikan baronang. Harganya turun.

Adi Handoyo, seorang pengusaha yang mengoperasikan tambak udang di Lampung Timur dan Jawa Timur, mengaku bahwa produk udang windunya aman. Hampir seluruh produksinya diekspor. ‘’Pasarnya di Tiongkok, Jepang, dan USA. Harganya terkoreksi dikit saja. Tapi masih oke. Pengiriman lancar,” katanya.

Yang sedang booming udang vaname. Dengan teksturnya yang lembut, udang ini disukai oleh banyak  kalangan. Risiko usaha budi dayanya relatif rendah karena udang ini lebih tahan pada penyakit, cepat besar, dan tidak terlalu rakus dengan makanan. Di kalangan petambak Lampung harganya saat ini bisa bertahan di level Rp50 ribu per kg. Di marketplace digital di Jakarta, udang vaname ini dijual eceran seharga Rp110 kg per kg. Bisnis udang vaname ini tahan banting di tengah pandemi.

 

Penyangga Resesi

Namun, seberapa besar sektor pertanian dapat menjadi tiang penyangga agar pertumbuhan ekonomi nasional masuk ke zona positif di Q3 2020? Sektor pertanian menyumbang 13,5 persen PDB nasional, dan menjadi penyumbang  terbesar kedua setelah sektor industri 19,5 persen (2015-2019). Dua sektor utama lainnya ialah perdagangan dan pertambangan, dengan kontribusi 12,9 persen dan 7.9 persen.

Pada Q2 2020, hanya sektor pertanian yang positif. Sektor industri turun 6,49%, perdagangan –6,71%, konstruksi –7,375, dan pertambangan minus 3,75%. Secara kumulatif, PDB nasional turun 5,32 persen. Kalaupun sektor pertanian tumbuh 4%, itu hanya bisa memberi kontribusi plus 0,5 persen saja ke PDB nasional. Dengan demikian, sektor pertanian saja tidak akan cukup menyangga beban PDB.

Berita baiknya, sektor industri mulai mengeliat bangkit. Indeks manufaktur sudah bergerak mendekati angka 50, yang berarti kegiatan produksi sudah mulai bergulir. Termasuk di dalamnya gerakan industri pariwisata dan perhotelan. Industri telekomunikasi dan informasi akan terus bergerak di zona positif. Begitu halnya dengan industri farmasi.

Sektor perdagangan juga telah bergerak. Berbagai stimulasi juga terus diguyurkan, termasuk yang baru adalah bansos untuk pekerja swasta yang berpenghasilan di bawah Rp5 juta per bulan. Harapan bahwa di Q3 perekonomian Indonesia bisa masuk ke zona positif, bukanlah ekspektasi tanpa dasar.

 

 

 

Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini

Berita Populer