Indonesia.go.id - Tersedia 140 Juta Dosis Vaksin per Juli 2021

Tersedia 140 Juta Dosis Vaksin per Juli 2021

  • Administrator
  • Rabu, 3 Februari 2021 | 01:06 WIB
VAKSINASI COVID-19
  Petugas medis menunjukkan vaksin COVID-19 Sinovac sebelum disuntikkan pada tenaga kesehatan di Klinik Universitas Brawijaya, Jawa Timur, Selasa (2/2/2021). Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Vaksinasi 1,5 juta tenaga kesehatan akan berakhir pada Februari. Tidak ada laporan soal efek samping yang serius. Per Juli nanti tersedia bahan vaksin 140 juta dosis.

Sejumlah kontainer berisi bahan baku vaksin kembali mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta,  Selasa (2/2/2021). Rangkaian kontainer warna putih, dengan tulisan Envirotainer di semua sisinya itu segera dibawa ke hanggar pemeriksaan, dilakukan pengecekan oleh petugas otoritas bandara, untuk kemudian dengan cepat diangkut ke pusat industri vaksin PT Biofarma di Kota Bandung.

“Hari ini kita menerima bahan baku vaksin untuk 10 juta dosis, ditambah satu juta overfill,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi, yang ikut hadir menjemput kedatangan bahan vaksin Sinovac dari Biejing, Tiongkok itu. “Kedatangan bahan baku vaksin ini menunjukkan bahwa pemerintah hadir mengendalikan dan menanggulangi penyakit yang berjangkit di masyarakat,” ujarnya.

Dengan tambahan bahan baku vaksin hari itu, Oscar mengatakan, berarti sudah tersedia 28 juta dosis vaksin di Indonesia dan sebagian telah digunakan dalam vaksinasi. “Sampai hari ini, sudah lebih dari 500 ribu tenaga kesehatan kita yang telah disuntik vaksin, dan itu merupakan sepertiga dari target,” tambah Oscar.

Target 1,5 juta tenaga kesehatan itu akan rampung pada Februari 2021. Berikutnya, ada 17,4 juta tenaga pelayanan masyarakat, termasuk TNI-Polri, yang akan menerima vaksinasi per Maret 2021. “Selanjutnya kita akan terus melakukan percepatan dalam penyediaan vaksin,” Oscar Permadi, menambahkan penjelasannya di depan sejumlah wartawan yang menyertainya ke Bandara Soekarno-Hatta.

Pada kesempatan yang sama, Juru Bicara PT Biofarma Bambang Hariyanto menjelaskan, kedatangan bahan baku vaksin hari itu adalah kali keempat, setelah sebelumnya vaksin tiba pada 6 Desember 2020, 31 Desember 2020, dan 9 Januari. “Bahan baku vaksin ini akan terus menyusul datang, hingga per Juli nanti kita harapkan bisa mencapai 140 juta dosis,” ujar Bambang Hariyanto.

Lebih jauh, Bambang menjelaskan, dari 15 juta dosis bahan baku vaksin, ditambah satu juta dosis overfill (cadangan) yang diterima 9 Januari lalu telah diproses di Biofarma dan akan selesai menjadi 13 juta dosis yang siap pakai pada 12 Februari nanti. Selanjutnya, bahan baku yang datang Selasa 2 Februari itu akan mulai diproses 13 Februari, dan akan selesai 20 Maret 2021.

Sebelum dirilis untuk vaksinasi, vaksin itu akan diperiksa oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk dipastikan apakah proses produksi dan hasilnya memenuhi standar mutu yang ditetapkan. “Bila semuanya berjalan dengan baik, BPOM akan mengeluarkan sertifikat lot release,” kata Bambang.

Dalam pantauan Kemenkes, program vaksinasi Covid-19 yang dimulai 13 Januari silam, dan ditandai dengan penyuntikan vaksin ke lengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka itu, berjalan secara aman. Juru  Bicara Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari 500 ribu orang yang sudah menjalani suntikan vaksin Sinovac, tak ditemukan adanya kasus kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) berat.  “Kalaupun ada masih bersifat ringan. Tak ada yang serius,” kata dokter Nadia yang ikut menjemput vaksin asal Tiongkok itu di Bandar Udara  Soekarno-Hatta.

Siti Nadia juga mengaku gembira melihat bahwa para tenaga kesehatan antusias mengikuti vaksinasi Covid-19. “Vaksinasi ini adalah salah satu jalan untuk kita bisa keluar dari pandemi Covid-19,” katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa antusiasme para nakes itu menandai pula kepercayaan kepada program vaksinasi. “Risiko yang dihadapi kecil dibanding manfaatnya,” kata Nadia pula.

Penyuntikan vaksin kepada 1,5 juta tenaga kesehatan, yang kemudian akan dilanjutkan ke 17,4 juta tenaga pelayanan masyarakat, menurut Nadia, adalah bagian dari vaksinasi pada 181 juta masyarakat Indonesia untuk menciptakan kekebalan kelompok. “Bila kekebalan kelompok itu terbentuk, anggota masyarakat yang tak bisa menerima vaksin karena keterbatasan kondisi kesehatannya, akan ikut terlindungi,” Nadia menambahkan.

Namun, Nadia mewanti-wanti pula bahwa untuk membangun kekebalan kelompok (herd immunity), warga masyarakat harus tetap menaati protokol kesehatan. “Baik yang sudah divaksin atau yang belum, semua harus terus mengikuti protokol ksehatan,” katanya pula. Tak sekadar memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun, mereka perlu juga harus menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitasnya.

 

 

Penulis: Putut Tri Husodo
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari