Di tengah belum melandainya wabah pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia masih tetap mengusung target pertumbuhan ekonomi di angka 4,5 persen hingga 5,5 persen pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini diperkirakan tetap berada di kisaran 1,6 persen hingga 2,1 persen.
Optimisme itu diungkapkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia pun menyiapkan sejumlah strategi agar perekonomian negeri ini tetap tumbuh positif. Minimal ada empat strategi yang akan digunakan, yakni mendorong agar konsumsi rumah tangga tumbuh positif pada kuartal pertama tahun ini sebesar 1,3 persen hingga 1,8 persen. Berikutnya, mendorong konsumsi pemerintah dan investasi tumbuh 3 persen hingga 4 persen. Lalu, mendorong ekspor dan impor.
“Sejumlah data perekonomian menunjukkan perbaikan. Salah satunya adalah Purchasing Managers Index Januari naik menjadi 52,2 persen, tertinggi dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, Jumat (5/2/2021).
Pernyataan Airlangga tidak salah. Berdasarkan laporan PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2021, negara ini tercatat berada pada level 52,2 atau meningkat dibanding sebulan sebelumnya di level 51,3. Artinya, aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan ekspansi. Kondisi ini juga menunjukkan kenaikan permintaan yang akhirnya juga berpengaruh pada meningkatnya aktivitas produksi. Ini berarti PMI manufaktur Indonesia telah mengalami kenaikan selama empat bulan berturut-turut. Capaian indeks di level 52,2 tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak survei dimulai pada April 2011.
Ini sesuai dengan pernyataan Direktur Ekonomi di IHS Markit Andrew Harker yang menyampaikan bahwa sektor manufaktur Indonesia masih dalam jalur pemulihan pada awal 2021, dengan pertumbuhan output dan pesanan baru di antara yang terbaik dalam survei selama satu dekade ini. “Tren ini memberikan dorongan kepercayaan lebih lanjut, yang paling tinggi dalam empat tahun pada awal tahun,” ujarnya.
Berlanjut di Awal Tahun
Indeks Kepercayaan Konsumen pada Desember juga sudah berada di level 96 atau mendekati optimistis, sedangkan neraca perdagangan tahun lalu, positif di USD21,74 miliar. "Kami harapkan kondisi yang membaik ini berlanjut di awal tahun ini," kata Airlangga.
Namun ada realitas lain. Di mana Badan Pusat Statistik (BPS) dalam pernyataannya Jumat (5/2/2021) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 4-2020 dibandingkan triwulan 3-2020, terkoreksi sebesar -0,42 persen. Walau secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dibandingkan dengan 2019 masih mengalami kontraksi 2,07 persen.
Lebih jauh, lembaga itu juga mengemukakan bahwa tren perekonomian di berbagai negara, selama triwulan 4-2020 menunjukkan gelagat membaik, kendati masih lemah. “Hal itu ditunjukkan dengan indeks PMI global yang mengalami peningkatan pada Oktober, meski kembali melambat pada November dan Desember 2020. Ini akibat masih tingginya kasus Covid-19 secara global,” ujar Kepala BPS Suhariyanto.
Merespons kondisi perekonomian merujuk laporan BPS, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengemukakan tiga strategi yang akan diterapkan pemerintah untuk memastikan perbaikan ekonomi berlanjut dan target pertumbuhan ekonomi tercapai. Pertama, mempertahankan daya beli masyarakat menengah ke bawah dengan melanjutkan program perlindungan sosial, seperti program keluarga harapan, kartu prakerja, dan berbagai program perlindungan sosial lainnya. "Di saat yang sama, pemerintah berupaya menjaga keberlanjutan dunia usaha dengan dukungan kepada UMKM dan korporasi," kata dia.
Kedua, pemerintah akan mendorong keyakinan konsumen menengah atas untuk berbelanja. Ini akan dilakukan dengan percepatan penanganan Covid-19 agar masyarakat pada seluruh tingkatan dapat kembali beraktivitas. "Kami akan mempercepat vaksinasi untuk mencapai herd immunity. Pemerintah juga akan mendorong ketersediaan alat kesehatan hingga APD," katanya.
Ketiga, pemerintah juga akan mendorong implementasi UU Cipta Kerja dan operasional Lembaga Pengelola Investasi. “Itu merupakan game changer untuk mendorong ekonomi dalam jangka menengah dan panjang," katanya.
Harapannya, perekonomian nasional pada tahun ini tumbuh 4,5 persen hingga 5,5 persen seiring telah digenjotnya vaksinasi kepada masyarakat. Artinya, perekonomian dapat pulih dengan cepat jika pandemi Covid-19 dapat dikendalikan.
Sinyal yang diungkapkan Kepala BPS Suhariyanto mungkin bisa jadi pelecut semua pemangku kepentingan untuk terus optimistis. Menurut Suhariyanto, beberapa indikator perekonomian terkini menunjukkan perbaikan, seperti angka PMI dan neraca perdagangan.
Namun, perbaikan ekonomi akan bergantung pada kelancaran program vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan. "Tantangan tahun ini tidak mudah karena ada pandemi Covid-19. Beberapa indikator terbaru memang mengalami perbaikan, tetapi kelancaran vaksinasi dan protokol kesehatan menjadi kunci perbaikan ekonomi," kata Suhariyanto.
Ekonomi, menurut Suhariyanto, juga mulai membaik pada kuartal IV- 2020 meski secara keseluruhan masih terkontraksi 0,42 persen secara kuartalan atau 2,19 persen secara tahunan. Sebagian besar sektor usaha mulai tumbuh positif dibandingkan kuartal III-2020.
Usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib tumbuh 8,95 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 5,8 persen, sedangkan jasa kesehatan dan kegiatan sosial naik 5,78 persen.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari