Indonesia.go.id - Tiga Kades di Ajang Internasional

Tiga Kades di Ajang Internasional

  • Administrator
  • Sabtu, 18 Mei 2019 | 17:00 WIB
PEMBANGUNAN DESA
  Forum Program Pertukaran Pemimpin Desa Tiga Plus Plus 8 ASEAN. Sumber foto: Dok Kemendes

Tiga kepala desa (kades) mewakili pemerintah tampil di forum internasional. Standing aplaus pun diberikan oleh peserta yang hadir seusai presentasi. Mereka bercerita soal manfaat dana desa dan pengelolaannya.

That’s all our presentation on Indonesia Village development and poverty elevation program, from the example of Poleonro Village. Kandolo Village, Marga Sakti Village. Thank you, thank you, thank you very much for attention and please welcome to Indonesia. I wait you in my country,” kata Hardi.

Itulah pernyataan penutup presentasi Hardi, Kepala Desa Poleonro Bone Sulawesi Utara,  yang disambut standing aplaus nan gemuruh memenuhi seluruh ruangan Hebian Room di Kota Yunnan, tempat diselenggarakannya The Asean 8th + 3, Village Leaders  Exchange Programme. Forum ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN plus Tiongkok, Korea, dan Jepang di Yunnan, Tiongkok, pada 6 Mei lalu.

Melihat reaksi peserta yang begitu luar biasa, Hardi pun berusaha menahan linang air mata karena saking bangga dan terharu. Dalam acara bergengsi itu, Hardi satu satunya kepala desa di dunia yang tampil di Podium The Asean 8th + 3, Village Leaders  Exchange Programme.

Hardi merupakan salah satu dari tiga kepala desa yang dikirim oleh Pemerintah Indonesia. Dua lainnya adalah Sumaryono, Kepala Desa Margasakti, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, dan Alimuddin Kepala Desa Kandolo, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.  Dan hebatnya, di forum itu hanya delegasi Indonesia saja yang mengirim kepala desa, sedangkan negara lain semuanya diwakili oleh pejabat kementerian.

Dengan kemampuan Bahasa Inggris yang sangat pas-pasan, Hardi mengurai satu persatu slide tentang pengalamannya dalam melakukan  pembangunan dan pengentasan kemiskinan di Desa Poleonro, Desa Kandolo, dan Desa Marga Sakti. Lengkap dengan narasi, statistik dan foto-foto kegiatan desa yang sudah dipersiapkan secara matang di Kantor Kementerian Desa.

Dalam presentasi yang berlangsung sekitar 20 menit itu ia bercerita tentang kisah sukses kebijakan alokasi Dana Desa yang sangat berharga bagi masyarakat desa. Narasi, statistik dan foto-foto kegiatan yang sudah digodok selama dua hari di Jakarta bersama tim dari Kemendes PDT dan Transmigrasi satu per satu tampil di slide.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI Eko Putro Sandjojo menyambut antusias kepulangan Hardi dan kawan-kawan. Ketiga kepala desa tersebut diterima untuk menceritakan pengalamannya.

Eko sendiri dalam kesempatan tersebut menyatakan komitmennya untuk fokus memajukan desa. Tahun 2019 hingga ke depan, pembangunan sumber daya manusia akan menjadi fokus pemerintah.

Pembangunan di desa dengan menggunakan dana desa telah mampu membangun infrastruktur dengan skala yang masif, berikutnya fokus pada pemberdayaan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu proses dari pemberdayaan sumber daya manusia yaitu mengirim kepala desa, pendamping desa, pengurus BUMDes untuk dapat belajar keluar negeri.

Untuk mendorong pemajuan desa, Menteri Eko akan mengadakan kerja sama dengan badan-badan dunia dan negara sahabat. Ia berharap tahun ini bisa dapat 1.000 beasiswa untuk kepala desa, pendamping desa, belajar di luar negeri. Karena dengan cara demikian, mereka bisa melihat, merasakan, dan menerapkan program-program yang baik yang ada di luar negeri tersebut ke desanya masing-masing. Sehingga percepatan pertumbuhan ekonomi di desa-desa menjadi lebih cepat dari empat tahun terakhir.

Sumaryono, Kepala Desa Margaskati, mengatakan bahwa banyak pengalaman yang didapat selama belajar di Yunnan. Salah satunya adalah bagaimana pengentasan kemiskinan di desa, membangun infrastruktur yang terintegrasi di desa.

Ia berharap, dalam waktu tak lama, Desa Margasakti akan berinovasi dalam program integrase.  Misalnya mereka akan membuat inovasi teknologi pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi produk minyak goreng, mentega, sabun, lilin, dan lain-lain. Juga akan menerapkan desa wisata yang terinspirasi dari pemukiman Hebian Village di Yunnan, yang di situ nanti akan dikombinasikan antara sumber daya alam yang ada yaitu sumber daya air dengan wisata menopolitan dengan BUMDes

Pada 2019 desanya mengalokasikan dana desa dengan penyertaan modal Rp350 juta dalam menunjang pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi minyak goreng. Untuk pengelolaan dana tersebut diserahkan sepenuhnya pada BUMDes Maju Jaya Sakti  terutama pembangunan pabrik kelapa sawit.

Sementara itu, Kepala Desa Poleonro Hardi mengatakan, ada beberapa rencana yang akan dilakukan di desanya setelah kembali ke desa. Kegiatan pertama pengembangan produk unggulan desa berdasarkan potensi yang dimiliki seperti yang dilaksanakan di Thailand memadukan kegiatan pertanian dengan kegiatan pariwisata.

Di Poleonro akan dilakukan pengembangan destinasi digital yang pusat pertumbuhannya itu ada di sektor pertanian. Destinasi digital itu desa wisata tetapi proses promosi dilakukan melalui media sosial. Dari ekowisata ini pengunjung bisa menggunakan moda transportasi delman dan singgah ditempat cinderamata. Ada juga kelompok musik anak muda untuk menghibur.

Rencananya tempat tersebut akan dibuka 2-3 kali seminggu. Di dalam destinasi digital tidak ada transaksi dalam bentuk tunai. Mereka membeli koin. Ini diharapkan betul-betul melibatkan banyak orang dan menghidupkan ekonomi kerakyatan. Potensi pasar yang akan ditangkap karena biasanya generasi milenial akan datang ke tempat-tempat seperti itu.

Ia mengatakan tidak lagi terlalu fokus membangun fisik/infrastruktur tapi lebih fokus ke pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini menurutnya sangat banyak mendorong pertumbuhan ekonomi, lahirnya usahawan-usahawan baru, industri-industri baru, dan makin banyak aktivitas ekonomi. Harapannya, destinasi digital ini menjadi pilar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Begitu juga dengan Kepala Desa Kandolo Alimuddin. Ia mengatakan bahwa bukan persoalan kekurangan duit yang ada di desa tapi yang ada adalah kekurangan gagasan, ide, dan inovasi sehingga desa tertinggal. Oleh karena itu di desanya akan mencoba inovasi yang awalnya membuat gula aren, gula semut dari air nira yang selama ini dari tungku dimasak dengan kayu, ke depan diindustrikan dengan menggunakan mesin. Jumlah produksinya pun meningkat dengan biaya operasioanl lebih efisien.

Kalau meggunakan tungku, menurutnya untuk memasak 50 liter air nira perlu waktu sehari full. Kalau menggunakan elpiji atau gas dengan mesin dengan 50 liter hanya cukup waktu 2 jam. Dengan modal 5 pohon aren saja mereka bisa hidup, menguliahkan anaknya.  Di Kandolo ada BUMDes. Selama ini  sudah mengeloal 3 unit usaha, yakni air bersih PAM desa mengaliri 80 kk, pipanisasi 8km, air isi ulang, usaha jual beli sawit/TBS.

BUMDES Madani sejahtera sudah menghasilkan PAD 200 juta per tahun. 40 persen untuk penyertaan modal, 40 persen untuk gaji karyawan, 20 persen untuk PAD Desa. Bagi yang berhubungan dengan persalinan digratiskan. Mereka juga bangun embung yang terintegrasikan dengan wisata dengan bingkai inovasi desa. Ia akan mengajak semua rumah tangga untuk berkreasi buat industri di rumah masing-masing.

"Alhamdulillah, saya senang bisa mewakili Indonesia untuk mengikuti program ini. Mudah-mudahan ini bisa berdampak baik bagi desa-desa di Indonesia khususnya desa kami yang nantinya bisa mengambil manfaat dari progam ini dan bisa kita lakukan di desa kami. Selain itu, juga bisa kita jadikan sebagai pemacu pembangunan di desa kami masing-masing," kata Sumaryono, Kepala Desa Margasakti, Bengkulu Utara. (E-2)