PT PLN (Persero) menargetkan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 648 megawatt (MW) bakal beroperasi pada 2022. Target bauran EBT sebesar 23% pada 2025 menjadi perhatian utama PLN.
Net zero emission 2060 merupakan sebuah komitmen bersama negara-negara di dunia untuk mengendalikan perubahan iklim. Di Indonesia, sektor energi merupakan 30 persen dari total emisi karbon.
Komitmen pemerintah untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 menjadi perhatian utama PT PLN (Persero) sebagai produsen energi. PT PLN (Persero) menargetkan, pembangkit EBT dengan total kapasitas 648 megawatt (MW) bakal beroperasi pada 2022. Hal ini merupakan wujud upaya PLN dalam mempercepat transisi energi dan mengurangi emisi karbon yang menjadi salah satu agenda penting dalam pertemuan G20 di Indonesia.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi menuturkan, perseroan terus melakukan pembangunan pembangkit EBT untuk mendukung pemerintah mencapai target net zero emission pada 2060. “Untuk tahun ini, kami menargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 648 MW, terdiri dari pembangkit tenaga surya, air, panas bumi, angin, hingga sampah,” ujar Evy, pada acara seminar bertajuk “Mewujudkan Transisi Energi dan Sumber Daya Mineral Menuju Masa Depan yang Rendah Emisi dan Berketahanan Iklim” sebagai rangkaian peringatan Hari Pers Nasional 2022, Senin (7/2/2022).
Pada 2022 akan ada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang beroperasi sebesar 108 MW dan tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 53 MW. Untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) bakal bertambah 154 MW dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 287 MW. Sedangkan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) sebesar 2 MW dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) sebesar 43 MW.
Wilayah regional Jawa, Madura, dan Bali masih mendominasi bauran pembangkit EBT dengan total kapasitas terpasang saat ini mencapai 9,6 gigawatt (GW). Sedangkan Sumatra saat ini sudah mempunyai kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 5,2 GW. Kalimantan mempunyai kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 1,7 GW. Sulawesi mempunyai 2,2 GW pembangkit EBT dan wilayah Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara kapasitas terpasang pembangkit EBT nya sebesar 2,05 GW.
Adapun perihal rencana mengistirahatkan PLTU di 2026, PLN akan menggantikan pembangunan PLTU dengan pembangkit listrik EBT baseload (yang dapat kontinyu menghasilkan listrik). Secara bertahap, mulai 2026, akan menambah kapasitas pembangkit listrik EBT baseload sebesar 100 MW. Di 2027 bertambah menjadi 265 MW dan di 2028 bertambah lagi 215 MW.
Penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT baseload ini juga akan dilakukan hingga 2029 sebesar 280 MW dan terakhir di 2030 sebesar 150 MW.
Evy menekankan, jenis pembangkit yang akan dibangun ditentukan melalui kajian yang lebih komprehensif sesuai dengan potensi EBT yang ada di daerah. PLN menargetkan tambahan pembangkit EBT yang beroperasi sebesar 10,6 GW pada 2025. Sedangkan di 2030 mendatang kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 20,9 GW.
Sebelumnya PLN telah menetapkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021--2030. Penetapan pemerintah melalui keputusan menteri (Kepmen) ESDM nomor 188.K/HK.02/MEM.L/2021 tertanggal 28 September 2021. RUPTL ini menjadi arah dan dasar kebijakan pembangunan sektor ketenagalistrikan Indonesia. Termasuk di antaranya investasi yang dicanangkan untuk sektor tersebut.
Dalam keterangannya, PLN pun menargetkan untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sebesar 10,6 Giga Watt (GW), di samping program efisiensi PLTU yang sudah berjalan untuk mencapai target bauran yang ditetapkan. Dari 10,6 GW pembangkit EBT baru di 2025, 1,4 GW di antaranya merupakan PLTP, dan 3,1 GW berupa PLTA. Sementara itu porsi PLTM 1,1 GW, PLTS 3,9 GW, PLTB 0,5 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 0,6 GW.
PLN telah memetakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung program percepatan carbon neutral 2060. Salah satunya adalah peta jalan (roadmap) pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan RUPTL 2021--2030.
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, PLN akan melakukan konversi 499 Megawatt (MW) PLTD menjadi pembangkit yang ramah lingkungan dengan dengan mekanisme hibrida dengan PLTD eksisting. Program konversi PLTD ke EBT ini dibagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama, PLN akan mengkonversi sampai dengan 250 Megawatt (MW) PLTD yang tersebar di beberapa titik di Indonesia. Nantinya, akan dilakukan konversi PLTD dengan menggunakan PLTS baseload, yang artinya ada tambahan baterai agar pembangkit bisa nyala 24 jam.
Dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama ini bisa mencapai sekitar 350 Mega Watt Peak (MWp). Sehingga bisa mendongkrak bauran energi terbarukan dan penambahan kapasitas terpasang pembangkit secara nasional.
Dalam tahap selanjutnya, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 249 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut dan keekonomian yang terbaik.
Proyek ini targetnya akan rampung bertahap pada 2025 untuk mendukung pencapaian target bauran EBT 23%.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari