Indonesia.go.id - Mendorong Kolaborasi Riset Inovasi Negara G20

Mendorong Kolaborasi Riset Inovasi Negara G20

  • Administrator
  • Minggu, 6 Maret 2022 | 14:03 WIB
G20
  Aktivitas peneliti di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta. Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 memandang penting hadirnya sebuah kolaborasi di bidang riset dan inovasi bersama negara-negara anggota G20. Dok brin.go.id
Presidensi G20 Indonesia harus menjadi momen mempromosikan keunggulan riset dan inovasi Indonesia yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara anggota G20.

Pandemi virus corona yang dirasakan dampaknya secara global telah memasuki tahun ketiga. Pandemi memunculkan permasalahan di multisektor. Diperlukan terobosan berupa riset dan inovasi untuk mengatasinya.

Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 memandang penting hadirnya sebuah kolaborasi di bidang riset dan inovasi bersama negara-negara anggota G20. Selain untuk mengatasi pandemi, juga untuk kemajuan riset dan inovasi di masa depan termasuk dalam mengatasi perubahan iklim.

Demikian yang mengemuka dari kegiatan focus group discussion Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang diadakan secara daring di Jakarta, Kamis (17/2/2022). Dalam rangkaian Presidensi G20 Indonesia tadi, BRIN melakukan beberapa kegiatan, salah satunya adalah research and innovation initiative gathering (RIIG).

Dua agenda prioritas yang akan dibahas pada kegiatan RIIG yakni meningkatkan kerja sama riset dan inovasi melalui berbagi (sharing) pemanfaatan fasilitas, infrastruktur, dan pendanaan. Kemudian pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk mendukung green and blue economy. “Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah meningkatnya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara anggota G20 selama ini,” kata Pelaksana tugas (Plt) Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono.

Pertimbagan lainnya adanya kebutuhan terhadap solusi dari anggota G20 untuk menjawab permasalahan yang dihadapi negara anggota G20 secara bersama dalam perspektif global. Perlunya penetapan target dan komitmen yang kuat antarnegara anggota G20 untuk mewujudkan target tersebut. Selain itu, masih adanya kesenjangan kemampuan penelitian yang cukup lebar di antara negara-negara anggota G20.

Agus menjelaskan, terdapat beberapa hasil yang diharapkan dari agenda prioritas peningkatan kerja sama riset dan inovasi lewat berbagi pemanfaatan sarana, infrastruktur, dan pendanaan. Salah satunya adalah munculnya platform kolaborasi riset dan inovasi yang lebih kuat dan lebih efektif sesama negara-negara anggota G20.

Selain itu, memberikan nilai dan peran penting riset dan inovasi dalam membangun ekonomi dunia yang tangguh, dalam menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi. Terdapat empat usulan kegiatan seperti penelitian tentang keanekaragaman hayati, penelitian kelautan, penelitian energi baru dan terbarukan. Terakhir adalah penelitian ruang angkasa dan atmosfer.

Agus juga mendorong seluruh negara anggota G20 untuk meningkatkan kolaborasi riset dan inovasi. Hal ini agar agenda-agenda prioritas tadi berjalan dengan baik. “Indonesia akan mengajak negara-negara anggota G20 untuk sharing fasilitas dan infrastruktur penelitian, mengurangi kesenjangan yang ada, mengembangkan mekanisme dukungan riset dan inovasi bagi negara-negara anggota,” ujarnya.

Indonesia, melalui BRIN, menyambut secara terbuka, dan mendorong peneliti dari seluruh negara anggota G20 untuk melakukan penelitian di Indonesia, sesuai dengan skema kebijakan dan regulasi yang berlaku. Sedangkan Plt. Organisasi Riset Kebumian dan Maritim Ocky Karna Radjasa menjelaskan, agenda prioritas kedua yang akan menjadi kegiatan di dalam RIIG yakni pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk mendukung green dan blue economy. Setidaknya terdapat dua hal penting yang diharapkan dari agenda prioritas ini.

“Pemanfaatan keanekaragaman hayati menjadi faktor penting dalam mendukung green dan blue economy. Meningkatkan kekuatan dan kapasitas negara-negara anggota G20 untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Ini sebagai sumber daya utama untuk mendukung green and blue economy, yang dimobilisasi secara optimal dan kolaboratif, dan manfaatnya dapat dirasakan secara adil,” kata Ocky.

 

Promosi Keunggulan Riset

Menanggapi usulan kedua agenda prioritas yang akan dilaksanakan pada RIIG G20, menurut Plt Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Subandi Sardjoko, side event G20 ini merupakan ajang untuk mempromosikan keunggulan yang dimiliki Indonesia. Khususnya, terkait riset dan inovasi.

Menurut Subandi, ketika menanggapi usulan kedua agenda prioritas pada RIIG G20 itu, dari ajang inilah diharapkan muncul kolaborasi antara Indonesia dengan negara-negara anggota G20. “Presidensi G20 Indonesia kita jadikan sebagai sarana kita untuk mempromosikan keunggulan riset dan inovasi. Kita harus mampu menyampaikan kepada dunia apa keunggulan kita, sehingga produk kita dibeli dan negara-negara maju akan berkolaborasi dengan kita,” kata Subandi.

Subandi menjelaskan, tema utama yang harus dijadikan unggulan dalam perhelatan RIIG nanti adalah pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam mendukung green and blue economy. Hal ini dikarenakan isu green and blue economy menjadi topik mendunia yang selalu dibahas dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

Tema berikutnya, menurut Subandi, adalah meningkatkan kerja sama riset dan inovasi melalui berbagi pemanfaatan sarana, infrastruktur, dan pendanaan. Tema kedua ini menunjukkan bahwa Indonesia telah mempunyai berbagai fasilitas dan infrastruktur yang siap untuk dikolaborasikan antarnegara anggota G20. “Kapasitas periset kita melalui kolaborasi ini bisa ditingkatkan sehingga sumber daya riset kita nantinya akan semakin kuat,” tambahnya.

Yang tidak kalah pentingnya lanjut Subandi, hendaknya kedua tema tersebut nantinya dapat dikaitkan dengan isu global yang melanda dunia yakni pandemi Covid-19 dan perubahan iklim. Melalui riset dan inovasi, BRIN diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.

Adanya pandemi Covid-19, jelas Subandi, turut mempengaruhi kondisi perekonomian nasional dan global. Agar bisa lepas dari persoalan ekonomi dan bangkit dari krisis sebagai dampak dari pandemi Covid-19, Indonesia dan seluruh negara G20 memerlukan transformasi ekonomi sebagai strategi jangka panjang. “Strateginya adalah melakukan pergeseran struktur ekonomi dari sektor kurang produktif ke sektor yang lebih produktif/industrialisasi, dan pergeseran produktivitas antarsektor,”  turunya.

 

Sinergi Pertumbuhan Ekonomi

Strategi berikutnya adalah ekonomi hijau sebagai model pembangunan yang mensinergikan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan, yang dilakukan melalui ekonomi rendah karbon dan transisi energi.

Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan, Kementerian Luar Negeri, Hari Prabowo memberikan pandangannya terhadap rencana kegiatan RIIG yang menjadi bagian dari KTT G20. Presidensi G20 Indonesia bertema "Recover Together, Recover Stronger" yang fokus pada pemulihan kondisi ekonomi setelah diterpa pandemi Covid-19.

Pemulihan yang diinginkan adalah pemulihan yang memungkinkan semua negara untuk pulih dan maju bersama. “Untuk itu kita akan mengedepankan multilateralisme, kemitraan, dan inklusivitas. Presidensi 20 Indonesia akan memastikan ekonomi dunia yang terbuka, adil, dan saling menguntungkan,” kata Hari.

Menurutnya, kondisi pandemi ini harus dijadikan momen langka untuk transformasi dunia yang lebih baik. Presidensi G20 Indonesia akan menyediakan platform terobosan dalam upaya transformasi di berbagai bidang.

Untuk mendorong adanya platform terobosan untuk transformasi di berbagai bidang, jelas Hari, Indonesia telah mengidentifikasi tiga sektor prioritas. Pertama, memperkuat arsitektur kesehatan global yakni menyiapkan sumber daya global untuk menjawab kondisi pandemi dan darurat kesehatan di masa yang akan datang.

Kedua, transformasi digital yang memastikan transisi digital yang inklusif bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Ketiga, transisi energi berkelanjutan untuk mendorong G20 berperan dalam memastikan ketersediaan teknologi bersih dan terjangkau.

Berdasarkan tiga identifikasi sektor prioritas tersebut, terdapat satu hal yang menjadi pembeda Presidensi G20 Indonesia dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya. Yakni, kendati G20 adalah forum multilateral bersifat norm setting dan form shaping, Indonesia coba mendorong agar G20 menghasilkan sesuatu yang konkret dan dapat dilaksanakan secara nyata. 

Ini akan menjadi tantangan dan harus diupayakan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian tujuan G20 sebagaimana yang diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari