Indonesia.go.id - Merdeka Belajar Jadi Praktik Baik Indonesia dalam EdWG G20

Merdeka Belajar Jadi Praktik Baik Indonesia dalam EdWG G20

  • Administrator
  • Sabtu, 26 Maret 2022 | 06:00 WIB
G20
  Ketua G20 Education Working Group (EdWG) Iwan Syahril (kiri) dalam Education Working Group (EdWG) di Yogyakarta, Kamis (17/3/2022). ANTARA/HO-Humas Kemendikbudristek/am.
Dalam forum EdWG G20, delegasi Indonesia menyampaikan pentingnya mempersiapkan lulusan yang adaptif dan siap terjun ke dunia kerja.

Indonesia terus memperkuat ajakan kepada negara-negara G20, negara undangan khusus, organisasi internasional, serta kelompok kerja dan kelompok pelibatan G20 terkait untuk bergotong royong menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Komitmen tersebut dibangun melalui serangkaian agenda dalam pertemuan pertama Kelompok Kerja Pendidikan atau Education Working Group (EdWG) G20 2022 yang diampu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Perhelatan itu digelar di Yogyakarta, pada 16-18 Maret 2022.

Negara-negara anggota G20 juga menyepakati komitmen untuk mendukung empat agenda prioritas bidang pendidikan yang diharapkan dapat menjadi solusi bersama untuk bangkit dari situasi pandemi Covid-19. Keempat agenda tersebut adalah pendidikan berkualitas untuk semua, teknologi digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan, serta masa depan dunia kerja pascacovid-19.

Pada kesempatan tersebut, Indonesia yang menyampaikan tantangan selama pandemi dan berbagi praktik baik terobosan Merdeka Belajar untuk memulihkan dunia pendidikan, pada pertemuan pertama EdWG G20, para delegasi G20 juga berbagi inisiatif, strategi, sekaligus tantangan yang dihadapi dalam mengakselerasi kualitas pendidikan.

“Indonesia berbagi praktik baik terobosan Merdeka Belajar untuk pemulihan pendidikan, di mana sejumlah negara juga telah melakukan

praktik-praktik yang selaras dengan apa yang dilakukan Kemendikbudristek melalui Merdeka Belajar,” ujar Ketua EdWG G20 2022 Iwan Syahril saat Konferensi Pers 1st G20 EdWG Meeting, Jumat

(18/3/2022).

Iwan yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbudristek, mengangkat dua konsep Merdeka Belajar di Perguruan Tinggi. Hal itu sebagai contoh nyata komitmen Indonesia dalam mengadopsi semangat solidaritas dan kemitraan di bidang pendidikan.

Di samping itu, Iwan Syahril menyampaikan bahwa semangat solidaritas dan kemitraan, dalam hal ini gotong royong, menjadi salah satu hal yang utama dalam mendukung bangkitnya dunia pendidikan dari setiap tantangan. Semangat kolaborasi ini menjadi salah satu agenda prioritas yang diangkat Kemendikbudristek pada pertemuan Kelompok Kerja Pendidikan G20, yakni Solidaritas dan Kemitraan.

Nuansa semangat dari kemitraan itu juga diakui oleh delegasi EdWG G20. Andres Contreras Serrano selaku Ketua Delegasi Spanyol mengatakan, di bawah semangat gotong royong, solidaritas secara global bukan hanya menjadi kepentingan moral, tetapi juga untuk kepentingan semua orang untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Hal senada juga diungkapkan Delegasi Jerman Rebecca Stock. “Terima  kasih Indonesia telah memilih agenda prioritas Solidaritas dan Kemitraan. (Agenda prioritas) ini adalah pilihan yang tepat,” ujarnya.

Dalam pertemuan G20 EdWG tersebut, Iwan Syahril juga menuturkan, Indonesia telah belajar dari pengalaman dalam upaya pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Indonesia pun optimistis dalam mendorong kolaborasi lintas sektoral, antara publik dan swasta, serta kemitraan antara sektor pendidikan dan industri sehingga hal tersebut menjadi fokus Pemerintah Indonesia.

Dalam forum EdWG G20 itu, delegasi Indonesia menyampaikan pentingnya mempersiapkan lulusan yang adaptif dan siap terjun ke dunia kerja.

Saat ini Pemerintah Indonesia mengedepankan kemitraan antara universitas dan industri. Selanjutnya, sekolah menengah kejuruan (SMK) juga turut didorong untuk mengadopsi skema kemitraan taut-suai atau link and match, sehingga dapat mengembangkan kurikulum yang relevan bagi kemajuan keterampilan siswa, sekaligus meningkatkan infrastruktur sekolah.

Iwan Syahril menuturkan, sebagai bentuk adaptasi dan antisipasi perubahan kebutuhan dunia kerja, pelaku pendidikan harus mendapatkan lebih banyak otonomi untuk berkreasi dan berinovasi.

“Khusus untuk pendidikan tinggi dan vokasi, tuntutan bertransformasi jauh lebih tinggi. Sejak mahasiswa lulus dari pendidikan, mereka akan langsung terlibat dalam dunia kerja,” ujar Iwan di hari kedua pertemuan pertama G20 EdWG di Yogyakarta, Kamis (17/3/2022).

Transformasi di bidang pendidikan, lanjutnya, juga menjadi fokus terobosan Merdeka Belajar Episode Kesebelas Kampus Merdeka Vokasi, yakni untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang semakin relevan dengan dunia kerja. Hal serupa juga diharapkan pada lulusan sekolah kejuruan seperti SMK, agar siap beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang cepat dan perubahan substansial dalam dunia angkatan kerja. Dalam kesempatan tersebut, Iwan juga berbagi praktik baik Merdeka Belajar Episode Kedelapan, yakni SMK Pusat Keunggulan.

Dalam sesi agenda prioritas keempat pertemuan perdana G20 EdWG, pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja menjadi perhatian para delegasi. Neeta Prasad, Troika Co-Chair dari India menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia yang telah memilih topik yang sangat penting tersebut.

“Diskusi ini akan memungkinkan kita untuk memahami keterampilan baru dan peran pekerjaan yang diperlukan di masa depan, di mana pemerintah dan kalangan industri dapat membantu mengakselerasi perbaikan tersebut,” katanya.

Adapun Pertemuan G20 EdWG yang kedua, ketiga, dan keempat akan terus dilanjutkan sebelum pertemuan tingkat menteri pendidikan pada Juli 2022 di Bali, Indonesia.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari