Indonesia.go.id - Kolaborasi G20 Kunci Atasi Tantangan Global

Kolaborasi G20 Kunci Atasi Tantangan Global

  • Administrator
  • Sabtu, 30 April 2022 | 19:45 WIB
G20
  Ilustrasi. Kawasan yang hancur akibat perang Rusia-Ukraina. Berdampak pada pemulihan ekonomi dunia setelah dihajar pandemi Covid-19. ANTARA FOTO/REUTERS
Bank Dunia menyorot tiga ancaman bagi perekonomian global, yaitu pandemi Covid-19, krisis iklim, dan perang Ukraina-Rusia.

Di tengah belum tuntasnya wabah Covid-19 meski cenderung mulai menjinak dan melandai, dunia kembali dihantui oleh ancaman pemulihan ekonomi dunia berupa dampak jangka panjang dari perang di Ukraina.

Pandemi dan perang berpotensi mengancam pemulihan ekonomi dunia. Dua isu itu yang mengemuka dari sejumlah pembicara yang hadir di acara 2022 CSIS Global Dialogue, dengan judul G20 Indonesia: Windows for Recovering Together and Stronger, yang berlangsung selama dua hari, Rabu-Kamis (27-28/4/2022).

Wajar saja muncul kekhawatiran pemulihan ekonomi global terancam bila perang Ukraina vs Rusia terus berkepanjangan. Pada pertengahan April 2022, Bank Dunia juga baru saja merilis laporan terbaru mengenai dampak perang di Ukraina terhadap perekonomian global, yaitu pandemi Covid-19, krisis iklim, dan perang Ukraina-Rusia.

Dampak lanjutan dari perang itu adalah negara-negara berkembang di luar Eropa terancam akibat naiknya harga komoditas pangan dan energi akibat dampak negatif perang tersebut. Situasi itu juga dikemukakan Luhut B Pandjaitan ketika memberikan paparannya.

Menurut Luhut, lonjakan harga energi akibat perang di Ukraina dapat memperlambat proses transisi energi global. “Kenaikan harga energi membuat kesinambungan fiskal lebih sulit dipertahankan,” katanya dalam Dialog Global CSIS 2022, yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (27/4/2022).

Implikasi lainnya, dia menambahkan, ruang fiskal yang terbatas membuat sulit untuk berinvestasi dalam penanganan krisis iklim. Di sisi lain, lanjutnya, keterlambatan penanganan krisis iklim dapat membuat perekonomian global rentan terhadap krisis pangan dan komoditas yang mengarah pada inflasi di masa mendatang.

Oleh karena itu, Luhut menambahkan, Presidensi G20 Indonesia telah menjadikan transisi energi sebagai prioritas, dengan masalah yang harus diselesaikan termasuk skala pembiayaan dan distribusi. “Skema dan mekanisme pembiayaan juga harus dilakukan melalui metode yang transparan, jujur, inklusif, dan adil,” ujarnya.

Luhut juga mengingatkan kondisi pandemi dan ketegangan geopolitik, anggota G20 juga didorong untuk menjaga rantai pasokan global. Hal ini sangat penting mengingat krisis kenaikan harga pangan dan energi paling mempengaruhi negara-negara berpenghasilan rendah.

“Anggota G20 harus menangani masalah ini melalui kerja sama dengan semua negara yang bekerja untuk membangun rantai pasokan yang lebih tangguh di masa depan,” ujarnya.

Bentuknya, dia menambahkan, bisa mendukung sistem perdagangan multilateral yang efektif dengan organisasi perdagangan yang lebih kuat.  Dalam acara tersebut, Pandjaitan juga menginformasikan bahwa Kepresidenan G20 Indonesia berkomitmen untuk menutup kesenjangan pembiayaan kesehatan antara negara maju dan berkembang.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Mahendra Siregar juga mengemukakan kekhawatirannya mengenai isu geopolitik yang berkembang di benua Eropa. Wamenlu khawatir bahwa fase Perang Ukraina mulai masuk ke skenario yang semakin buruk. 

"Pada situasi perang dan ketegangan geopolitik, saya berpikir kita baru mulai melihat kemungkinan skenario yang memburuk yang akan datang bersama hal tersebut," ujar Mahendra Siregar. 

Sesuai dengan slogan G20 Indonesia Recover Together, Recover Stronger, Wamenlu meminta agar kerja sama internasional terus dijalin untuk melewati masa sulit ini. Kerja sama internasional dinilai berhasil membuat dunia menghadapi pandemi Covid-19.

"Sangat jelas bahwa kooperasi dan kolaborasi internasional untuk menghadapi tantangan-tantangan global merupakan suatu hal yang wajib," ujar Mahendra Siregar.

Meski demikian, Mahendra yang pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat juga melihat adanya isu kepercayaan antara negara-negara ekonomi besar. Alhasil, situasi jadi makin sulit.

"Level kepercayaan terutama antara kekuatan ekonomi besar menjadi tantangan tersendiri. Ini adalah realita lain yang menambah kesulitan," ujar Wamenlu Mahendra Siregar.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Ekonomi di Bappenas Amalia Widyasanti juga mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih belum pulih akibat Covid-19, kini dihantui dampak angka panjang perang di Ukraina.

"Jika berkepanjangan, krisis terkait Rusia-Ukraina bisa menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan perlambatan," ujar Amalia

Panelis lain yang hadir dari Asia Pacific Research and Training Network (ARTNet) menyebutkan bahwa ada kemungkinan ekonomi bisa terbantu pulih berkat sektor travel dan pariwisata yang semakin terbuka. Hal itu juga tak terlepas dari program vaksinasi Covid-19.

"Harapannya, Asia tidak akan secara negatif terdampak perang," ujar Mia Mikic, penasihat di ARTNet.

Berkaitan dengan isu kesehatan, Sekjen Kementerian Kesehatan dan Ketua Kelompok Kerja Kesehatan G20 Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan, terdapat lima rekomendasi pendanaan kesehatan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggapan pandemi.

Kelima rekomendasi tersebut adalah pendanaan domestik dan pendanaan global untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Bila dipertajam secara lebih detail, pendanaan global untuk kepentingan publik, pendanaan global untuk penanganan pandemi, dan pendanaan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Kami akan menyelesaikan pembahasan dan menjajaki opsi bagaimana memprioritaskan komponen pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons (PPR) pandemi yang perlu didanai dan menetapkan kriteria penerima dana yang dapat memperkuat upaya menemukan, mendeteksi, dan tanggap darurat kesehatan di masa mendatang,” kata Kunta.

Pendanaan itu memadai dan berkelanjutan, sehingga diperlukan kerja sama yang baik antara pengambil keputusan di sektor publik dan swasta. “Kolaborasi sektor kesehatan sangat penting untuk mengatasi potensi kesenjangan pendanaan, menciptakan mekanisme bauran pendanaan multilateral yang ada, dan menjajaki mekanisme pendanaan baru yang dapat terus mendukung pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi,” ujarnya.

Pembicara lain yang hadir dalam acara yang diselenggarakan secara daring itu yaitu Menteri Senior Singapura dan Co-Chair G20 High Level Independent Panel on Financing Pandemic Security Tharman Shanmugaratman dan Executive Secretary of Unescap Armida Alisjahbana.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari