Indonesia.go.id - Presidensi G20 Indonesia Berkomitmen Pulihkan Sektor Seni dan Budaya

Presidensi G20 Indonesia Berkomitmen Pulihkan Sektor Seni dan Budaya

  • Administrator
  • Senin, 12 September 2022 | 12:54 WIB
G20
  Pentas seni pada pembukaan Indonesia Bertutur 2022 di Taman Lumbini Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (7/9/2022). Menjadi bagian dari kegiatan G20 tersebut mengusung tema 'Mengalami Masa lalu, Menumbuhkan Masa Depan' serta melibatkan 900 pelaku budaya dan menampilkan lebih dari 100 karya. ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Praktik hidup berkelanjutan yang menjadi tradisi di tanah air diharapkan menjadi jawaban atas tantangan-tantangan global seperti ekonomi dan lingkungan.

Kekayaan budaya dan adat istiadat di Indonesia sejak Sabang sampai Merauke, dari Rote sampai Miangas, telah menuntun bangsa ini kepada kebhinekaannya. Menurut data Badan Pusat Statistik, ada sekitar 1.340 suku bangsa berdiam di Nusantara dan mereka bertutur dalam 718 bahasa daerah. Suku-suku ini dalam perjalanannya menciptakan kearifan lokal untuk mengatur tatanan kehidupan mereka.

Salah satunya adalah seni dan budaya masyarakat Indonesia yang kemudian dikenal luas oleh dunia seperti tarian, adat istiadat, musik tradisional, kuliner, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya, seni dan budaya ini kemudian tidak hanya memberi dampak positif secara ekonomi saja. Namun mampu mengakselerasi kesejahteraan di masyarakatnya.

Demikian dikatakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim dalam keterangan persnya di Magelang, Jawa Tengah, Minggu (11/9/2022) menyambut digelarnya Pertemuan Tingkat Menteri Bidang Kebudayaan (Culture Ministers' Meeting/CMM) di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jateng, 11-14 September 2022. Pertemuan CMM sebelumnya diawali oleh pertemuan tingkat pejabat tinggi (Senior Official Meeting/SOM).

Melihat pentingnya pemberdayaan seni dan budaya ini, Indonesia menyerukan kepada dunia untuk saling gotong royong mempraktikkan hidup berkelanjutan karena menjadi modal penting dalam kehidupan berbangsa terutama di era pandemi. "Sektor seni dan budaya juga turut terdampak pandemi. Karenanya, kami terus menyuarakan pentingnya realisasi Dana Global untuk Pemulihan Seni dan Budaya (Global Arts and Culture Recovery Fund/GACRF) yang diinisiasi Presidensi Indonesia. Harapannya, pembahasan dana global ini dapat dilanjutkan India sebagai pemangku Presidensi G20 berikutnya,” kata Nadiem.

Tak hanya menyerukan saja, Indonesia melalui Presidensi G20 juga ingin berbagi dan menginspirasi seluruh negara anggota G20 untuk turut mempraktikkan hidup berkelanjutan berbasis kearifan lokal itu di kawasan masing-masing. Ini ditunjukkan Indonesia dengan menggelar beragam kegiatan budaya di kawasan Candi Borobudur yang dibangun pada 770 Masehi dan telah menjadi salah satu warisan dunia asli Indonesia yang diakui UNESCO pada 1991.

Berbagai kegiatan seni dan budaya yang akan diselenggarakan dalam bentuk Festival Indonesia Bertutur di kawasan Candi Borobudur dan melibatkan lebih dari 2.500 seniman lokal dan mancanegara. Acaranya meliputi Ruwatan Bumi, Ruwat Nusantara, Dialog Budaya Spiritual, Kirab Budaya Ritus Bangun Tuwuh, dan Lampah Lakuning Jantra. Sebagai pembuka jalannya Rapat Raksasa dan G20 Orchestra yang menampilkan musisi tanah air dan negara-negara G20. Untuk Ruwatan Bumi melibatkan masyarakat adat dan seniman dari berbagai daerah di Indonesia.

Melalui rangkaian perhelatan budaya ini, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek selaku Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20, Hilmar Farid berharap acara tersebut dapat memberi inspirasi para delegasi G20. Selain itu, praktik-praktik hidup berkelanjutan yang menjadi tradisi di Indonesia itu diharapkan menjadi jawaban atas tantangan-tantangan global seperti ekonomi dan lingkungan.

"Harapannya, melalui rangkaian kegiatan G20 bidang kebudayaan ini, Indonesia dapat mempertegas peran penting budaya dalam mencapai bumi lestari. Hal ini dapat dicapai dengan aksi nyata agar praktik hidup berkelanjutan dapat mendukung pemulihan perekonomian,” ujar Hilmar.

Menurutnya, rangkaian pertemuan G20 bidang kebudayaan ini merupakan sebuah peristiwa penting dalam konteks pembangunan budaya. Ia beralasan, pengembangan budaya tidak hanya menyangkut artefak atau benda budaya, melainkan juga para pelaku atau seniman budaya yang menciptakan, merawat, dan melestarikannya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para pengambil keputusan sektor budaya, khususnya negara-negara G20, untuk mendengarkan suara dan aspirasi para praktisi budaya, dan mencapai sebuah kebijakan yang mencerminkan aspirasi masyarakat. “Adanya unsur budaya ini, diharapkan dapat menunjukkan filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga dapat diselaraskan dengan kehidupan saat ini,” jelasnya.

Dalam Presidensi G20 kali ini, Indonesia memimpin pembahasan lima agenda prioritas bidang kebudayaan, meliputi peran budaya sebagai pembuka kemungkinan dan pendorong pembangunan berkelanjutan. Kemudian, manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dari kebijakan berbasis budaya, serta upaya untuk menjaga budaya sebagai kepentingan bersama dan memperkuat perlawanan terhadap perdagangan gelap kekayaan budaya.

Selain itu Indonesia mengedepankan pentingnya perluasan dan pemerataan akses terhadap produk budaya dan manfaat ekonomi budaya. Terakhir, mobilisasi sumber daya internasional untuk pemulihan berkelanjutan melalui inisiasi Dana Global untuk Pemulihan Seni dan Budaya.

Indonesia Bertutur

Pertemuan tingkat pejabat tinggi (SOM) dan menteri (CMM) G20 bidang kebudayaan turut diisi oleh pagelaran seni budaya kontemporer dalam bentuk Festival Indonesia Bertutur 2022 yang telah dimulai sejak 7 September 2022. Sebanyak 900 seniman dan pelaku budaya mengisi kegiatan di hari itu yang bertema "Mengalami Masa Lalu, Menumbuhkan Masa Depan" dan diadakan di Taman Lumbini, kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jateng.

Lewat festival ini, Indonesia ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa kemampuan masyarakat dalam mengelola kekayaan budaya dengan cara kreatif adalah kunci dari pertumbuhan. Melalui Festival Indonesia Bertutur 2022 ini, pemerintah juga mengajak masyarakat, terutama generasi muda untuk memaknai kembali pengetahuan dari masa lalu dan sejarah dengan cara-cara baru yang relevan untuk masa kini.

Tujuannya untuk menjaga budaya yang berkelanjutan melalui kegiatan yang memberikan edukasi, pengalaman, dan inspirasi. Pemerintah pun mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya cagar budaya sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan di masa kini dan mendatang.

Semua disajikan oleh para seniman dalam bermacam bentuk karya seni, mulai dari tarian, musik, film, ritual, dan media baru seperti video mapping di tubuh Candi Borobudur yang merupakan hasil narasi dari cagar budaya yang disesuaikan dengan konteks kekinian. Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra mengatakan, festival ini akan menampilkan 116 karya berlatar 20 situs dari masa prasejarah hingga era Majapahit.

Direktur Festival Indonesia Bertutur 2022, Taba Sanchabakhtiar menambahkan, kegiatan ini akan menggabungkan budaya dengan teknologi dan menjadi pengalaman baru bagi generasi muda yang menontonnya. "Festival Indonesia Bertutur 2022 dapat menjadi salah satu media baru bagi perkembangan seni budaya di Indonesia," ucapnya.

Sementara itu, Indonesia juga akan menggelar G20 Orchestra yang melibatkan musisi dari 18 negara termasuk pemusik dalam negeri. Mereka akan tergabung dalam sebuah orkestra musik klasik di pelataran Candi Borobudur, Senin (12/9/2022) malam. Orkestra ini menampilkan 34 pemusik laki-laki dan 26 pemusik perempuan yang sebagiannya adalah musisi muda berbakat.

Demikian dikatakan Direktur Artistik G20 Orchestra sekaligus pianis dunia asal Indonesia, Ananda Sukarlan dalam webinar Forum Merdeka Barat 9 yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bertema “Jalan Budaya untuk Pemulihan Dunia” yang diadakan di Jakarta, Rabu (7/9/2022) lalu.

"Orkestra itu tidak boleh biasa saja, harus membuat gebrakan dan sesuatu yang baru. Misalnya saja soal kesetaraan gender (gender equality), dimana musik klasik dinilai masih sangat laki-laki. Sehingga kami melibatkan pula sejumlah musisi perempuan di dalamnya," terangnya. Ananda menjadi satu-satunya musisi Indonesia yang namanya masuk dalam The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century, sebuah buku berisikan riwayat hidup 2.000 orang yang dianggap berdedikasi pada musik dunia.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari