Hasil pertemuan Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) dapat menjadi komunike bersama pertemuan puncak G20 di awal November mendatang.
Sejumlah isu global menuju pertemuan puncak G20 di Bali pada awal November 2022 terus dimatangkan dan dikerucutkan untuk menghasilkan konsensus bersama menuju perekonomian dunia yang lebih baik. Salah satu isunya berkaitan dengan masalah perdagangan (trade), investasi, dan industri.
Topik itu telah dibahas pada pertemuan maraton, mulai pertemuan pertama G20 Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) di Solo. Lalu, pertemuan kedua TIIWG juga di Solo, dan terakhir pertemuan ketiga TIIWG di Nusa Dua, Bali, yang berlangsung sejak 19 hingga 20 September 2022.
G20 sendiri merupakan sebuah platform multilateral strategis yang menghubungkan sejumlah negara dengan perekonomian besar di dunia. Organisasi G20 memiliki posisi yang strategis di dalam menentukan masa depan pertumbuhan ekonomi dunia. Pasalnya, organisasi ini memiliki perhatian yang sama dan kolektif untuk menjamin pertumbuhan tersebut.
Apalagi, anggota G20 merepsentasikan lebih dari 80 persen perekonomian dunia. Organisasi G20 juga mewakili lebih dari 75 persen perdagangan internasional serta 60 persen populasi dunia. Anggota G20 terdiri atas Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Prancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Berkaitan dengan pertemuan ketiga TIIWG di Nusa Dua Bali, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono menjelaskan bahwa pertemuan itu diselenggarakan untuk penyusunan ministerial statement G20 tentang perdagangan, investasi dan industri. Dalam kesempatan itu, Djatmiko didapuk membuka dan menutup pertemuan ketiga G20 Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG), yang berlangsung di Hotel Sofitel Nusa Dua, Bali, yang berlangsung sejak 19 hingga 20 September 2022.
Sebagai forum perdagangan, industri, dan investasi, sejumlah pertemuan TIIWG itu membahas masalah yang masih menjadi hambatan dan kendala dari ketiga topik di forum tersebut. Termasuk, bagaimana investasi berkelanjutan bisa menjawab berbagai tantangan global, seperti masalah emisi rumah kaca, energi hijau, dan transformasi industri.
Djatmiko juga mengungkapkan kesan betapa aktifnya seluruh delegasi yang hadir di pertemuan ketiga TIIWG G20, sehingga bisa melahirkan sesi penyusunan pernyataan para menteri atau ministerial statement. “Pencapaian konsensus pada Ministerial Statement G20 sangat penting dalam mencari solusi untuk mengatasi tantangan ekonomi global,” ujarnya.
Nah, apa saja enam isu prioritas yang dibahas di pertemuan itu untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mengatasi tantangan ekonomi global? Pertama, reformasi World Trade Organization (WTO). Isu tersebut sejatinya sudah lama menjadi pokok bahasan dan masih berlangsung hingga kini di Jenewa.
Pembahasan ihwal isu itu terkait dengan dukungan atas penyelesaian perundingan terkait pertanian, respons terhadap pandemi, subsidi perikanan, dan dukungan bagi pemenuhan fungsi mekanisme penyelesaian sengketa di WTO. Tak hanya itu, WTO juga masih memiliki banyak pekerjaan guna meningkatkan relevansinya bagi sistem perdagangan multilateral, terutama dalam menghadapi tantangan global yang bersifat multidimensi mulai dari ekonomi, lingkungan, dan kesehatan.
Kedua, peran sistem perdagangan multilateral untuk memperkuat pencapaian sustainable development goals (SDGs). Ketiga, respons perdagangan, investasi, dan industri terhadap pandemi dan arsitektur kesehatan global.
Keempat, perdagangan digital dan rantai nilai global yang berkelanjutan. Kelima, investasi berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global. Keenam, industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan melalui industri 4.0.
Djatmiko berkata, “Kami memfokuskan diskusi pada isu-isu substansial yang terkait dengan enam isu prioritas dan menjaga isu-isu lain yang dapat menyebabkan kontroversi di akhir diskusi kami.” Selain itu, dia menambahkan, forum TIIWG juga mengakomodasi para delegasi untuk mengemukakan alasan terkait rekomendasi perubahan substantif yang nanti akan disampaikan.
“Yang jelas, kami menyampaikan apresiasi atas kontribusi dan partisipasi seluruh delegasi pada pertemuan TIIWG tersebut,” tambahnya.
Djatmiko pun menambahkan, dirinya percaya hasil diskusi TIIWG dapat memberikan kontribusi pada pemulihan ekonomi yang kuat, tangguh, inklusif, dan berkelanjutan, serta turut menyukseskan pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia. Sementara itu, wakil Uni Eropa di pertemuan TIIWG G20 berharap, Presidensi G20 Indonesia juga mempertimbangkan semua pandangan dan masukan dari seluruh negara G20 secara berimbang dan fokus pada kesamaan pandangan dalam seluruh agenda prioritas.
Tentu saja, hasil pertemuan TIIWG bisa dihasilkan dan dapat menjadi komunike bersama pertemuan puncak G20 di awal November mendatang. Harapannya, seluruh isu prioritas dapat selaras dengan pencapaian SDGs sebagai tujuan utama G20 untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari