Indonesia.go.id - Presidensi G20 Indonesia Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tetap Stabil  

Presidensi G20 Indonesia Menjaga Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tetap Stabil  

  • Administrator
  • Rabu, 9 November 2022 | 14:49 WIB
G20
  Foto: ANTARA
‘’Kehadiran G20 memainkan peran penting untuk mendorong dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan bagi pemulihan ekonomi global,’’ ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo.

Jakarta, InfoPublik - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih positif hingga tahun depan. Kuatnya konsumsi rumah tangga, ekspor dan investasi menjadi motor penggerak bagi Produk Domestik Bruto (PDB). Ditambah lagi posisi Indonesia yang memegang Presidensi G20 2022, makin mendorong penguatan ekonomi secara nasional.

‘’Kehadiran G20 memainkan peran penting untuk mendorong dialog, kerja sama dan koordinasi respon kebijakan bagi pemulihan ekonomi global,’’ ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo kepada Tim Komunikasi dan Media G20, Rabu (9/11/2022).

Pertemuan pimpinan negara G20 di KTT Bali nanti, katanya, akan memberikan arah panduan serta kepercayaan pasar bagi prospek perekonomian dan stabilitas sistem keuangan kedepannya. BI pun meyakini konsumsi masyarakat masih akan tetap kuat, walau tertahan oleh kenaikan bahan bakar minyak (BBM).

Meski begitu, Dody mengakui jika memasuki 2023 nanti, akan ada risiko perlambatan perekonomian secara global. Namun konsumsi domestik ditegaskannya masih akan tetap solid sehubungan dengan persiapan pemilihan umum pada 2024.

Perekonomian sepanjang 2022 hingga tahun depan diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,5 -5,3 persen, dengan kecenderungan mencapai batas atas. PDB mencatat pertumbuhan sebesar 5,4 persen, selama sembilan bulan di 2022, dibanding periode Januari – September tahun lalu.

Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kinerja ekspor barang dan jasa yang tumbuh 19,57 persen, diikuti oleh konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing tumbuh sebesar 5,66 persen dan 5,08 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Tantangan perekonomian global hingga tahun depan tidaklah mudah. Ancaman terhadap inflasi yang diikuti pengetatan keuangan global, krisis pangan dan energi mendorong perlambatan ekonomi global. Sejumlah nilai tukar di Asia termasuk rupiah mengalami pelemahan karena US dollar yang terlalu kuat. Kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif telah menyebabkan dollar menguat cukup kuat terhadap sejumlah mata uang di dunia.  

Kedepan, kata Dody, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan pro stabilitas dan menekan inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan. Inflasi inti akan dibawa menuju sasarannya pada kuartal dua 2023. Target inflasi Indonesia sepanjang 2022 hingga 2023 ditetapkan sekitar 2 - 4 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Oktober sebesar 5,71 persen, secara tahunan. Secara akumulasi sejak Januari hingga Oktober, inflasi telah mencapai 4,73 persen. Sedangkan inflasi inti sebesar 3,31 persen pada Oktober.   

Operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang, sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan akan ditempuh untuk membawa inflasi kepada sasarannya. Kebijakan lainnya yang mendukung pertumbuhan akan ditempuh melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif dalam mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, lancar dan aman. Kebijakan pendalaman pasar keuangan untuk meningkatkan nilai transaksi pasar keuangan sebagai sumber pembiayaan ekonomi.

Demi menjaga stabilitas nilai tukar, BI, kata Dody, berkomitmen untuk menempuh tiga langkah intervensi atau triple intervention yakni melalui pasar spot, domestic non-deliverable forward (DNDF) dan pasar obligasi yakni penjualan dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder. 

Sepanjang Juli – September 2022, perekonomian tumbuh sebesar 5,72 persen secara tahunan. Sumber pertumbuhan terbesar berasal dari kinerja ekspor barang dan jasa sebesar 5,21 persen, konsumsi rumah tangga sebesar 2,81 persen dan kinerja investasi sebesar 1,57 persen. Bila dilihat dari sumber pertumbuhan menurut pulau, yang terbesar masih disumbangkan oleh Jawa sebesar 3,37 persen, Sumatera 1,01 persen dan Sulawesi sebesar 0,55 persen.

‘’Kami tidak melihat ada ancaraman resesi terhadap Indonesia, sebab pertumbuhan ekonomi hingga kuartal ketiga mencatatkan pertumbuhan yang positip, tidak terjadi kontraksi,’’ kata Managing Director PT Samuel International, Atsushi Suzuki. 

"Namun memang ada risiko perlambatan ekonomi secara global termasuk Indonesia pada tahun depan, tapi tidak akan parah hingga menimbulkan resesi di Indonesia," paparnya.