Indonesia mengajak Australia kerja sama dengan Indonesia dalam sektor transisi energi. Dengan cara membawa bahan baku litium dari Australia untuk disinergikan dengan bahan baku nikel yang masif dimiliki oleh Indonesia.
Nusa Dua, InfoPublik - Indonesia mengajak Australia kerja sama dalam sektor transisi energi. Dengan cara membawa bahan baku litium dari Australia untuk disinergikan dengan bahan baku nikel yang masif dimiliki oleh Indonesia, guna membuat komponen baterai kendaraan listrik.
"Bisa dibawa ke Indonesia saja. Kita bersama-sama melakukan realisasi potensi bisnis itu di Indonesia," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika memberikan sambutan pada forum B20 di Nusa Dua, Bali pada Senin (14/11/2022).
Menurut Presiden, Indonesia memiliki modal utama dalam mendukung kerja sama membangun industri baterai kendaraan listrik dengan Australia yakni hilirisasi industri yang tengah gencar dilakukan.
Dengan kebijakan itu, tentunya ekosistem industri baterai listrik yang dibangun secara bersama dengan Australia dapat berkembang secara masif dan lebih murah.
"Saya hanya menawarkan kepada Prime Minister Anthony Albanese gabungkan litium yang dimiliki oleh Australia dengan nikel yang kita punya," kata Presiden.
Modal selanjutnya, Indonesia memiliki lahan di Kalimantan Utara (Kaltara) seluas 30 ribu hektare yang nantinya akan dibangun Green Industrial Park. Seluruh kegiaatan pada lokasi itu, sepenuhnya akan menggunakan ekonomi hijau. Mengingat potensi energi hijau yang dimiliki oleh kawasan itu bisa mencapai 13 ribu megawatt (Mw).
Dari mulai sumber tenaga hydropower, tenaga surya, hingga geothermal dimiliki oleh sekitar kawasan tersebut. Dengan menggunakan energi hijau dalam pengelolaan industrinya, Presiden meyakini banyak investor menggunakan lokasi tersebut sebagai pabrik di masa depan.
"Saya yakin akan berbondong-bondong investor datang untuk membangun produk-produk hijau dari Indonesia karena di dekat kawasan itu," kata Presiden.
Indonesia optimistis karena kondisi perekonomian Indonesia juga cenderung stabil dari terpaan ketidakpastian global. Indikasinya angka inflasi tetap berada dibawah 6 persen. Pada September 2022 angka inflasi mencapai 5,9 persen, seiring dengan berjalannya waktu pada Oktober 2022 turun kembali ke angka 5,7 persen.
Pertumbuhan ekonomi pun pada kuartal II Indonesia tumbuh 5,44 persen. Adanya tren positif pertumbuhan akan lenbih kuat pada kuartal III mendatang.
"IMF menyampaikan kristal Lina menyampaikan bahwa Indonesia menjadi salah satu titik terang di tengah kesuraman ekonomi dunia," pungkas Presiden.