Indonesia.go.id - Menelisik Kearifan Lokal Suku Bugis, Lewat Tradisi Mappalette Bola

Menelisik Kearifan Lokal Suku Bugis, Lewat Tradisi Mappalette Bola

  • Administrator
  • Jumat, 27 September 2019 | 20:51 WIB
BUDAYA
  Tradisi Mappalette Bola. Foto: InfoBudaya

Saat seseorang akan pindah rumah, biasaya mereka akan disibukkan dengan mengemasi barang mereka untuk memindahkannya ke rumah yang baru dari rumah lama. Tapi kegiatan itu tidak berlaku bagi masyarakat suku Bugis di Provinsi.

Bagi mereka pindah rumah memiliki artian yang sesungguhnya yakni memindahkan rumah dengan benar-benar memindahkan rumah yang sebenarnya. Tradisi memidahkan rumah ini mereka sebut ‘Mappalette Bola’.

Biasanya tradisi mappalette bola dilakukan jika ada salah satu masyarakat yang ingin pindah dan menjual rumahnya tapi tidak dengan tanahnya. Rumah yang dipindahkan pun buka rumah sembaragan, yakni rumah adat panggung yang terbuat dari kayu ciri khas masyarakat Sulawesi.

Kerangka rumah biasanya menggunakan tiang dan balok yang dirangkai tanpa menggunakan paku. Serta dengan bentuk bagunan persegi empat yang dibuat memanjang ke arah belakang. Sementara tiang-tiang rumah ada yang ditancapkan ke dalam tanah dan yang lainnya diletakkan di atas batu dengan keseimbangan.

Sebelum rumah tersebut dipindahkan perabot rumah tangga, seperti lemari, barang pecah belah yang ada di dalam rumah tersebut harus dikeluarkan dari dalam rumah untuk menghindari kerusakan. Kemudian tiang-tiang yang ada di bawah rumah panggung tersebut dipasangi bambu yang berguna untuk mengangkat rumah. 

Melibatkan hampir puluhan bahkan ratusan warga kampung ternyata ada tekih pemindahan rumah. Pertama jika lokasi yang baru tidak jauh dari tempat semula, rumah hanya akan didorong setelah bagian bawah rumah dipasangi roda/ban.

Namun jika lokasi yang baru ternyata jauh mereka akan bergotong royong mengangkat rumah bersama. Dan berutungnya saya dapat menyaksikan serta ikut terlibat langsug dalam tradisi ‘Mappalette Bola’ ini.

Sebelum prosesi dimulai doa juga dipanjatkan bersama agar berjalan lancar dan sesuai harapan. Prosesi ini hanya dilakukan kaum laki-laki, sedangkan para ibu-ibu bertugas menyiapkan makanan.

Ada dua jenis makanan yang disajikan untuk para laki-laki yang melakukan pemindahan rumah tersebut, yakni sebelum dan sesudah pindaha. Makanan yang disajikan sebelum proses pindahan adalah kue-kue tradisional khas Suku Bugis seperti bandang, baronggo, suwella bersama dengan teh atau kopi.

Dan makanan kedua disajikan setelah proses pemindahan rumah selesai berupa masakan sup ‘saudara’ yang merupakan salah satu makanan khas Sulawesi Selatan. Selain itu, disajikan juga berbagai masakan dari ikan bandeng yang dibumbui saus kacang.

Proses pengangkatan dan pemindahan rumah umumnya dipimpin oleh seorang ketua adat untuk memberi aba-aba dan mengarahkan warga. Sang ketua adat akan meneriakan semacam “mantra” agar para warga kuat memidahka rumah hingga sampai ke lokasi yang baru. Ketua adat pula yang akan memberikan aba-aba kapan harus mengangkat, berjalan, kecepatan langkah dan sebagainya.

Setelah setahun menempati lokasi rumah baru, suku Bugis akan melakukan upacara Maccera Bola yakni kegiatan untuk menolak bala dengan cara menyapukan darah ayam pada tiang-tiang rumah. (K-YN)

Berita Populer