Berdasarkan sensus BPS pada 2010, terdapat setidaknya 1.340 suku bangsa di Indonesia. Suku Dayak adalah salah satunya. Warga suku Dayak mendiami Pulau Kalimantan dengan populasi sebanyak 3.009.494 jiwa, di tahun itu.
Saat ini, suku Dayak terbagi ke dalam beberapa rumpun besar, yaitu Punan, Klemantan, Murut, Iban, Ot Danum-Ngaju, dan Apokayan. Rumpun paling tua yang mendiami Pulau Kalimantan adalah rumpun Dayak Punan.
Masyarakat suku Dayak terkenal dengan keramahannya. Itulah yang membuat banyak wisatawan lokal hingga mancanegara tertarik menjadikannya sebagai tujuan wisata. Selain, memang banyak keunikan yang ditemukan pada suku Dayak.
Sebut saja, tato khas suku Dayak yang membuat banyak wisatawan yang datang juga ingin memilikinya. Anthony Kiedis dari Red Hot Chilli Peppers bahkan pernah datang ke Borneo demi mendapatkan tato asli Dayak. Walau begitu, sebenarnya tidak semua orang bisa memiliki tato khas suku Dayak.
Masyarakat Dayak meyakini, tato merupakan sesuatu yang memiliki makna mendalam. Bukannya sekadar hiasan tubuh. Tato khas Dayak sendiri merupakan salah satu warisan tato tertua di dunia yang dilestarikan.
Suku Dayak juga memiliki senjata khas bernama Mandau. Mandau atau parang merupakan alat yang digunakan oleh para pria Dayak sebagai alat pembela diri saat menghadapi bahaya. Tata cara masyarakat Dayak mengatur, Mandau tidak boleh digunakan untuk mengancam orang lain ataupun dikeluarkan secara serampangan dari tempatnya.
Itu sejalan dengan cerita yang berkembang di masyarakat itu, yakni jika Mandau sudah keluar dari tempatnya, maka bakal ada darah yang tertumpah. Suku Dayak memang terkenal dengan dunia magisnya. Dahulu, rakyat Dayak menganut paham animisme. Mereka menyembah roh leluhur dan sering melakukan ritual pemujaan roh.
Senjata lain yang juga dimiliki oleh suku Dayak adalah Sumpit Beracun. Sumpit merupakan senjata yang digunakan dengan cara ditiup, untuk melesatkan anak sumpit di dalamnya ke arah sasaran. Senjata itu mematikan karena ada racun yang diterakan pada anak sumpit tersebut.
https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1543301776_3.jpeg" style="height:500px; margin-left:150px; margin-right:150px; width:400px" />
Hal yang juga menarik dari tradisi Dayak adalah kebiasaan memanjangkan cuping telinga. Pemanjangan cuping daun telinga itu biasanya dilakukan dengan meletakkan logam pemberat yang berbentuk lingkaran di cuping telinga. Dengan pemberat itu, lama-kelaman daun telinga akan memanjang beberapa sentimeter.
Tradisi memanjangkan cuping telinga itu tidak hanya berlaku bagi wanita, tapi juga untuk laki-laki. Biasanya, ada perbedaan makna dalam tradisi memanjangkan cuping telinga yang dilakukan anggota suku Dayak.
Bagi laki-laki dari suku Dayak Kayan, misalnya, aktivitas itu menunjukkan bahwa dia merupakan kalangan bangsawan. Sedangkan bagi perempuan, pemanjangan cuping telingga bisa menunjukkan kebangsawanan atau malah mereka adalah para budak yang kalah perang atau tidak mampu membayar utang. Cuping telinga panjang juga bisa menjadi identitas untuk menunjukkan umur seseorang.
Kekhasan suku Dayak juga tampak dari tipologi para gadisnya. Gadis Dayak dikenal memiliki kulitnya yang relatif putih dan bersih, menyerupai gadis-gadis Tionghoa. Gadis Dayak juga identik dengan tubuhnya yang mungil.
Dalam kehidupannya, gadis Dayak juga sangat akrab dengan kain tenun Ulap Doyo. Kegiatan menenun Ulap Doyo sudah dilakukan perempuan Dayak sejak dahulu. Kegiatan itu lazimnya dilakukan untuk mengisi waktu luang. Selain juga untuk menambah penghasilan.
Kain Ulap Duyo acap dipakai untuk menghadiri upacara adat. Warna dasar kain khas Dayak itu adalah hitam, merah, dan cokelat muda. Motif beragam dan biasanya perbedaan motif itu sekaligus menunjukkan status sosial pemakainya.
Sebut saja motif Ulap Doyo jaunt nguku. Motif itu biasanya hanya dipakai oleh para kalangan bangsawan. Sedangkan motif waniq ngelukng digunakan orang biasa. Jika terkait ihwal keelokan, maka simbolnya adalah naga bagi perempuan dan harimau bagi pria.
Dengan beragam tradisinya yang unik itulah, tak heran jika suku Dayak begitu memikat banyak pelancong. Hanya haruslah diingat, jika hendak bertandang ke bumi suku Dayak, pastikan Anda juga telah memahami aturan lokal yang dijunjung tinggi ketaatannya oleh masyarakat di sana. (T-1)