Indonesia.go.id - Roket Perontok Pesawat Tempur Buatan Anak Bangsa

Roket Perontok Pesawat Tempur Buatan Anak Bangsa

  • Administrator
  • Senin, 24 Januari 2022 | 16:45 WIB
ALUTSISTA
  Uji coba rudal Merapi. Mampu menghancurkan pesawat tempur seperti jet dan helikopter. KEMENHAN RI
Salah satu keunggulan rudal Merapi beratnya cukup ringan sekitar 10 kg, sehingga mudah dibawa ke mana-mana oleh pasukan di lapangan.

Pemerintah terus konsisten mengembangkan industri alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri. Seiring dengan pemenuhan target program kekuatan pokok minimum atau minimum essential force (MEF) yang dicanangkan pemerintah sejak 2007. Program yang dieksekusi mulai pada 2010 dan terbagi dalam tiga tahap, yaitu Tahap I 2010--2014, Tahap II 2015--2019, dan Tahap III 2020--2024.

Kewajiban matra TNI melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk menggunakan alutsista buatan dalam negeri diatur dalam Pasal 43 Ayat (1) nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Dalam beleid tersebut tertuang bahwa pengguna wajib menggunakan alat peralatan pertahanan dan keamanan produksi dalam negeri.

Salah satu badan usaha milik negara (BUMN) strategis yang turut mengembangkan alutsista lokal adalah PT Dahana (persero). Perusahaan ini sebelumnya dikenal memproduksi bahan peledak maupun amunisi untuk kepentingan militer maupun industri ekstraktif. Dalam beberapa tahun ini, perusahaan ini mulai mengerjakan produk-produk pertahanan seperti misil roket dan peluncur roket jarak dekat/menengah.

Di penghujung tahun ini, Dahana menjalin kerja sama dengan Pusat Penelitian Center for Integrated Research and Innovation (Cirnov) Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Dari kolaborasi dua lembaga ini menghasilkan peluru kendali (Rudal) Merapi untuk pertahanan tempur.

Uji coba rudal produksi anak bangsa ini dilakukan di Area Weapon Range (AWR) TNI-AU, Lumajang, Jawa Timur, pada 27–28 Desember 2021. Ajang uji coba ini diberi istilah “Konser Akhir Tahun 2021”, yang berfungsi untuk mengevaluasi performansi tiap-tiap subsistem rudal dalam rangka pematangan penguasaan pembuatan teknologi rudal, peningkatan kemampuan rudal, serta persiapan hasil produksi riset untuk industri. Uji coba tersebut juga melibatkan Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AD (Dislitbangad), dan Politeknik TNI-AD (Poltekad) Kodiklatad.

Purwarupa rudal Merapi yang didesain untuk melumpuhkan sasaran tempur udara ini telah melalui Proses Quality Assurance (QA) selama pembuatannya. Proses produksinya sangat ketat dan memerlukan sejumlah evaluasi meliputi performansi roket pendorong, struktur aerodinamik sirip belakang (fin-tail), sirip depan (canard), penjejak (seeker) yang menggunakan teknologi inframerah, peluncur tabung, dan lain-lain.

PT Dahana dalam hal ini, menurut Direktur Teknologi dan Pengembangan Dahana Suhendra Yusuf RPN, membuat bahan propelan untuk pendorong roket pada rudal Merapi dengan kaliber 70 mm tersebut. Dengan propelan tersebut rudal Merapi mampu melesat di atas kecepatan 650 kilometer per jam atau bahkan dapat didesain melampaui kecepatan suara (supersonik). "Kecepatan rudal mampu untuk merontokkan pesawat baik pesawat tempur, helikoper militer, serta sasaran udara lainnya seperti drone," ujar Suhendra Yusuf.

Salah satu keunggulan produk ranpur ini, beratnya cukup ringan sekitar 10 kg sehingga mudah dibawa ke mana-mana oleh pasukan di lapangan. Pada aplikasinya, rudal ini dimasukkan ke dalam tabung peluncur yang membutuhkan canard dan fin-tail yang dapat dilipat, sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.

Rudal besutan anak bangsa ini juga dilengkapi dengan sistem fire and forget, di mana setelah rudal dilepaskan, alutsista ini akan mengunci target sasaran secara otomatis. Dengan begitu memudahkan para penembak rudal dalam melakukan manuver selanjutnya setelah melesatkan rudal.

Profesor Hariyadi, Kepala Cirnov sekaligus Ketua Tim Konsultan program pembuatan rudal Merapi, menuturkan bahwa dari hasil uji tembak yang dilakukan diperoleh konsistensi yang tinggi mengenai performansi roket pendorong rudal selain jarak jangkau langsung ke sasaran dapat mencapai 3.000 m. Hal itu penting karena akan menjadi salah satu rujukan dasar bagi sinkronisasi subsistem lain dari rudal secara lengkap.

"Juga canard dan fin-tail dapat membuka dengan baik setelah keluar tabung peluncur untuk menuju area sasaran yang ditandai dengan flare atau sumber cahaya penghasil sinar inframerah yang dibawa terbang oleh drone," jelas Hariyadi.

Dari hasil evaluasi uji coba tersebut akan dilakukan sejumlah penyempurnaan sampai siap dilakukan proses produksi massal untuk kebutuhan pertahanan dalam negeri maupun permintaan dari luar negeri.

Inovasi dari PT Dahana, lainnya di bidang peroketan adalah membangun roket smokeless propellant. Uji coba perdana roket tanpa asap itu juga dilaksanakan di AWR TNI-AU, Lumajang, Jawa Timur, Selasa, 28 Desember 2021.

Suhendra Yusuf RPN menyebutkan, roket buatan anak bangsa ini merupakan roket inovasi pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan dorong tanpa asap (smokeless). Seluruh proses produksi roket dilakukan secara mandiri oleh SDM yang dimiliki oleh BUMN strategis tersebut.

"Smokeless propellant komposit ini diharapkan mampu dikembangkan pada roket kaliber 70 mm atau 80 mm serta dapat diintegrasikan dengan warhead cal 70 mm yang telah memperoleh sertifikasi sebelumnya sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor," ujar Suhendra.

Selain itu, Suhendra juga menambahkan, smokeless propelan komposit dapat diaplikasikan pada roket-roket lain seperti RHAN 122B dan roket lainnya, sehingga roket-roket produksi Dahana memiliki kemampuan dorong tanpa asap.

Hingga saat ini, Dahana telah memproduksi berbagai macam kebutuhan alutsista seperti, kendaraan peluncur dan propelan untuk RHAN 122B, RHAN 450, roket senjata lawan tank (SLT), Bomb P Live Series dan produk sejenis lainnya.

Suhendra juga berharap, dengan membuat peluru kendali secara mandiri Indonesia siap jika menghadapi ancaman embargo peralatan militer. Selain memenuhi kebutuhan alutsista nasional, produksi rudal, dan bahan peledak dalam negeri secara masif mengurangi ketergantungan impor. Tentunya juga dapat menambah devisa bagi negara dengan menawarkan produk alutsista Indonesia di pasar persenjataan dunia.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari