Indonesia.go.id - Kenalkan Budaya Khas Indonesia Melalui Gastrodiplomasi

Kenalkan Budaya Khas Indonesia Melalui Gastrodiplomasi

  • Administrator
  • Minggu, 3 September 2023 | 09:40 WIB
ASEAN
  Soto Lamongan. Makanan khas Jawa Timur ini menjadi bagian dari diplomasi gastronomi yang dilakukan Indonesia dalam perhelatan KTT le-43 Asean. INFOPUBLIK/ Agus Siswanto
Pemerintah Indonesia tentu sudah menyiapkan sejumlah sajian untuk menyambut delegasi KTT ASEAN, baik soal budayanya maupun sajian kulinari khas Indonesia.

KTT ke-43 ASEAN sudah di depan mata. Pertemuan puncak kepala negara di Kawasan Asia Tenggara dan pimpinan negara sahabat lainnya itu akan berlangsung di Jakarta, tepatnya di  Jakarta Convention Center (JCC), akan berlangsung mulai 5-7 September 2023.

Perhelatan KTT ke-43 ASEAN mengambil tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Pertemuan para kepala negara merupakan kelanjutan dari KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. 

Kini saatnya Jakarta bersolek dan menunjukkan keramahtamahannya menerima kedatangan tamu negara dari pelbagai negara. Dalam rangka itu, Pemerintah Indonesia tentu sudah menyiapkan sejumlah sajian untuk menyambut delegasi KTT ASEAN, baik soal budayanya maupun sajian kulinari khas Indonesia.

Dari ribuan makanan khas Indonesia, mungkin salah satunya adalah rendang, makanan asli suku Minang yang kaya akan rempah-rempah yang super wangi dan lezat. 

Khusus rendang, makanan khas Minangkabau telah menjadi sajian makan malam atau gala dinner delegasi pertemuan 30th Socio Cultural Community (ASCC) di Ballroom Hotel Langham, Jakarta, pada Selasa (29/8/2023).

Selain rendang, gala dinner ASCC juga menyajikan tiga makanan lainnya, yakni rujak salmon, soto Lamongan, dan puding mangga. Seperti disampaikan Tantri Moerdopo, MC Gala Dinner 30th ASCC Meeting, sajian jamuan makan malam ala Indonesia sangat diapresiasi delegasi ASCC.

“Banyak delegasi yang memuji cita rasa hidangan-hidangan tersebut,” tutur Tantri.

Berbicara soal rendang, makanan khas Sumatra Barat itu kini dicatat sebagai makanan terenak di dunia. Bahkan, makanan ini sudah didaftarkan ke Unesco sebagai makanan terenak asal Indonesia.

Selain rendang, jangan lupakan makanan khas Indonesia asal Surabaya, yakni rawon. Makanan khas Jawa Timur disajikan dan jadi momentum untuk diperkenalkan kepada tamu negara di tengah-tengah penyelenggaraan KTT ASEAN.

Rawon khas Surabaya tercatat pernah masuk ke daftar sup terenak di dunia versi Taste Atlas. Bahkan kelezatan rawon ini mengalahkan ramen dari Jepang. 

Dengan terdaftarnya rawon sebagai sup terenak di dunia versi Taste Atlas, promosi itu jelas sangat menguntungkan untuk lebih banyak lagi Indonesia mengenalkan makanan lokalnya ke panggung dunia.

Pelbagai makanan asal Indonesia di atas tentu sudah sangat dikenal dan tidak boleh dilewatkan kelezatannya. Namun, Jakarta sebagai tuan rumah patut juga  untuk mengenalkan santapannya ke pentas dunia, sehingga bisa menambah dan memperkenalkan makanan terenak milik Indonesia.

Apa saja, makanan khas Jakarta yang bisa dicoba dan mungkin disajikan bagi delegasi KTT ASEAN ke-43? :

- Kerak telor merupakan makanan khas Jakarta yang bisa dijadikan sebagai hidangan pembuka yang mempunyai cita rasa gurih dan smoky.

- Laksa Betawi, makanan khas Jakarta, cocok untuk menyegarkan badan yang lelah karena mengikuti rangkaian KTT ke-43 ASEAN.

- Sayur babanci sebagai makanan khas Jakarta yang kaya rempah bisa memanjakan lidah para delegasi ASEAN karena rasa makanan dengan komponen utama ketupat ini sangat nikmat.

- Nasi uduk Betawi, makanan khas Jakarta yang bisa diandalkan untuk mengisi perut keroncongan.

- Gabus pucung, makanan khas Jakarta berupa sajian ikan berkuah berwarna hitam mirip rawon dengan cita rasa asam yang menyegarkan.

 

Tentu masih banyak panganan lagi yang siap disajikan kepada delegasi KTT ASEAN. Sajian makanan dan pernak-perniknya kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari diplomasi satu negara dalam pergaulan antar bangsa.

Pendekatan budaya dan kekayaan kulinari satu bangsa kini telah menjadi instrumen diplomasi. Indonesia pun kini gencar menggunakan media sebagai sarana memperkuat citra diplomasinya, atau dikenal sebutan pendekatan gastrodiplomasi.

Gastrodiplomasi mempunyai karakter soft-power. Alih-alih menggunakan ancaman dan mengandalkan daya tawar, gastrodiplomasi mengandalkan kekuatan daya tarik budaya yang secara inheren terdapat di makanan suatu negara.

Indonesia perlu belajar dari negara-negara seperti Malaysia, Jepang, dan Thailand. Negara-negara tersebut  sangat sering mempromosikan kulinernya sebagai nilai daya tarik agar warga internasional untuk mengenal negaranya melalui kuliner. Praktik mempromosikan kuliner tersebut dikenal dengan istilah Gastro Diplomacy “.

Makanan Indonesia tidak kalah dengan Thailand. Kini di pelbagai belahan dunia sudah sangat mudah mencari restoran Indonesia, terutama di Eropa. 

Cara pengenalan makanan khas Indonesia di KTT ke-43 ASEAN adalah salah satu cara yang tepat untuk lebih mengenalkan budaya dan kulinari khas Indonesia. Ini saatnya makanan Indonesia lebih dikenal Masyarakat global, atau saatnya Indonesia gunakan pendekatan Gastrodiplomasi dalam pergaulan internasional.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini