Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya dalam memperkuat layanan kesehatan melalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2025 tentang Tunjangan Khusus bagi Dokter Spesialis, Dokter Subspesialis, Dokter Gigi Spesialis, dan Dokter Gigi Subspesialis yang Bertugas di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK).

Komitmen tersebut merupakan bentuk keberpihakan negara terhadap dokter yang bertugas di wilayah-wilayah dengan akses terbatas.

Pada galeri foto, kisah visual seorang dokter yang bertugas dalam sepi di Kampung Bupul, Distrik Elikobel, Kabupaten Merauke, Papua Selatan ditampilkan.

Foto      : Bayu Pratama S/ ANTARA FOTO

Naskah : Bismo Agung Sukarno

Komitmen tersebut merupakan bentuk keberpihakan negara terhadap dokter yang bertugas di wilayah-wilayah dengan akses terbatas. Ini adalah kisah dari seorang dokter di kawasan sulit. Menjadi gambaran dari susahnya menjadi tenaga kesehatan di daerah terpencil.

Liberttine Mandala Putri namanya. Ia dokter muda berdarah Toraja yang kini berusia 29 tahun. Liberttine adalah dokter umum di Puskesmas Bupul, sebuah fasilitas kesehatan di daerah terpencil yang berjarak sekitar 185 kilometer dari pusat kota Kabupaten Merauke, ibu kota Papua Selatan. Daerah yang amat berat untuk sebuah penugasan. 

Liberttine menjadi bagian pelayanan dari program pemerintah dalam gelaran Cek Kesehatan Gratis. Program yang jadi bagian dari Asta Cita atau delapan misi utama Presiden Prabowo Subianto itu memang dilakukan di seluruh Indonesia dengan melibatkan tenaga kesehatan. Harapan program ini menjadikan seluruh rakyat Indonesia sehat menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam menjalankan tugasnya, Liberttine menggunakan motor. Ia harus menembus sulitnya medan tanpa aspal, dan jika hujan butuh nyali untuk melintasinya. Itu ia lakukan bukan hanya saat program Cek Kesehatan Gratis berjalan. Sejak ia menjejakkan kakinya di Distrik Elkobel, Papua Selatan tantangan medan sulit yang jauh sudah ia nikmati untuk melayani warga yang membutuhkan.

Liberttine bertugas di Puskesmas Bupul yang cakupan wilayah amat luas serta minim akses transportasi. Wanita yang akrab disapa dokter Berti itu tak bisa hanya duduk manis dan melayani di ruang praktik, tak jarang ia harus menempuh jarak hingga 30 kilometer demi menjangkau rumah warga di kampung-kampung terpencil yang sulit diakses. 

Puskemas Bupul sendiri sejak 11 Februari hingga 7 Juli 2025, telah memberikan layanan Cek Kesehatan Gratis kepada 764 orang yang tersebar di 12 kampung di Distrik Elikobel. Angka tersebut menempatkan Puskesmas Bupul di posisi kedua tertinggi setelah Puskesmas Ulilin dari 25 puskesmas se-Merauke, dengan dokter Berti dan rekan-rekannya sebagai garda terdepan. 

Sebagai tenaga kesehatan, Liberttine memiliki tugas yang amat berat. Ketika program cek kesehatan berjalan ia harus pula mengobati warga yang sakit. Obat pun di harus ia bawa. Sayangnya obat kerap kurang karena lambat datang. Itu menjadikan ia harus siap menyiapkan kebutuhan medis setiap waktu.

Liberttine cukup tenang karena pemerintah telah mengucurkan anggaran sebesar Rp4,7 triliun guna mewujudkan pemerataan layanan kesehatan di seluruh Indonesia. 

Lulus dari Universitas Cenderawasih, Liberttine  sudah teguh menjalani perannya. Di daerah sunyi ia jalankan perannya menjadi penjaga kesehatan warga. Ia bersyukur pemerintah memperhatikan apa yang ia kerjakan di tempat yang jauh dari keramaian.